Kisah cinta dua insan dengan karakter bertolak belakang yang diawali dengan keterpaksaan demi bakti kepada kedua orang tua. Jelita Khairani, gadis cantik 21 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya tak dapat mengelak kala kedua orang tuanya menjodohkannya.
Namun siapa sangka yang di maksudkan sebagai calon suaminya adalah pria yang sama dengan seseorang yang ia juluki "ALIEN, MANUSIA KAYU, dan PRIA KAKU" seusai pertemuan pertama mereka.
Dialah Abima Raka Wijaya, pria dengan segala keangkuhan dengan masa lalu menyakitkan yang membuatnya tak mampu berdamai dengan diri tidak mungkin menerima begitu saja keputusan orang tuanya. Kehadiran Kinan di lubuk hatinya menjadi alasan utama ia tak dapat membuka diri pada sembarang wanita.
Akankah Raka melupakan Kinan dan menerima kehadiran Jelita? Bagaimana jika suatu saat sang mantan kekasih berniat kembali padanya?
Ig: desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
"Rhan perut gue sakit banget." Jelita meringis menahan sakit di perutnya.
"Lah, lo kenapa? Kebanyakan cabe nggak tuh bakso?" Rhania mencoba kuah bakso Jelita yang berada tak jauh darinya.
"Nggak juga. Lo kenapa sih, Ta." Rhania merasa heran melihat Jelita yang tak henti meringis.
"Tamu bulanan mungkin," ucap Jelita.
"Yah. Ngapain muka lo Sampe segitunya, Ta." Rhania yang mengetahui sebab sakitnya Jelita menjadi tenang seperti biasa.
"Terus gimana? Gue nggak kuat. Ini sakit banget serius deh." Jelita masih berusaha menahan sakitnya.
"Iya mau gimana, lo mau pulang? Gue izinin ntar." Rhania memberikan penawaran, Jelita yang mendengar kata pulangpun menganggukkan kepalanya cepat.
"Duh, ada-ada aja sih. Udah cepet." Rhania menuntun Jelita yang berjalan sedikit menunduk menekan perutnya.
Setelah mendapat izin dari Bu Arne Jelita merasa sedikit tenang, sakit diperutnya semakin melilit. Ia sudah tidak sanggup jika harus memaksakan diri untuk terus bekerja hari ini. Kebetulan Rhania membawa mobil hari ini, Jelita yang merasa langkahnya dipermudah merasa sedikit lebih baik.
"Rhan anterin kerumah gue yah," ucap Jelita seraya menahan sakit.
"Iya dong, Ta. Masa iya mau gue anterin ke rumah gue." Rhania berdecak sebal mendengar ucapan Jelita.
Ucapan Rhania barusan membuat Jelita tersadar bahwa dia hampir salah bicara, tidak seharusnya dia mengatakan hal itu. Bagaimanapun Rhania tidak tahu statusnya sekarang. Jelita tiba-tiba menghentikan Rhania disebuah minimarket untuk membeli sesuatu yang ia benar-benar butuhkan saat ini. Dan tentu saja dia akan meminta Rhania turun tanpa dirinya.
"Rhan. Lo ngerti kan mau gue apaan?" Jelita memelas berharap Rhania akan menurutinya.
"Bener-bener lo seenak jidat ya sama gue. Lo beneran udah nggak bisa jalan?" Rhania sedikit sebal dengan permintaan Jelita.
"Tolong ya Rhan. Gue butuh lo banget kali ini." Memasang muka selemas mungkin. Dan itu berhasil membuat hati Rhania melunak.
"Iya udah, gue beliin deh. Uangnya mana? Merk apa?" Jelita mengambil uang lima puluh ribuan dari dompet imutnya. Dengan sedikit kasar Rhania menariknya, Jelita merasa geli melihat sahabatnya.
"Rhan, yang pakek sayap yah." Jelita sedikit berteriak ketika Rhania hendak menutup pintu mobil.
Rhania yang menjalankan perintah Jelita tak henti-hentinya mengumpat. "Bisa-bisanya sih gue dijadiin kacung ama tu kutu ayam." Dengan muka yang sedikit cemberut Rhania kembali masuk ke mobil dan memberikan belanjaan Jelita.
"Eh gue nggak minta dibeliin ini." Jelita mengeluarkan botol minuman pereda nyeri datang bulan dari katong plastik putih itu.
"Minum aja, biar sakitnya mendingan." Rhania bahkan membuka botol minuman itu agar Jelita segera meminumnya.
"Baik banget sih, Mba. Makasih ya," ucap Jelita.
Bukan hal baru jika Rhania akan selalu bersikap baik padanya meskipun tak bisa dipungkiri Jelita memang sedikit menyebalkan.
Rhania berlalu ketika Jelita memasuki rumahnya. Randy yang sedang duduk manis di sofa menghampiri Jelita yang terlihat sedikit pucat. Kerinduan terucap lewat tatapan mata keduanya, berpisah belum lama tetap saja ada rindu tersemat di hari mereka.
"Lo kenapa, Kak?" Randy membuntuti Jelita hingga masuk kamar.
"Perut gue sakit banget, Ran. Ambilin gue minum ya," pinta Jelita memelas. Randy dengan rasa kasian melihat teman perangnya tak berdaya segera beranjak menuruti keinginan Jelita.
"Nih, Kak. Lo kenapa sih. Ulah Kak Raka ya?" tanya Randy seraya menyerahkan gelas kepada Jelita. Jelita tak langsung menjawab, Ia menegak habis isi gelas itu hingga tandas.
"Sembarangan, gue dateng bulan doang," ucap Jelita dan kembali menyerahkan gelas kosong itu kepada Adiknya, dengan patuh Randy menyambutnya.
"Yaelah. Kirain gue KDRT kek biar seru dikit, eh datang bulan doang udah kayak mau wafat lo." Randy meninggalkan kamar Jelita, ia merasa telah salah khawatir pikirnya.
Jelita yang terlalu lelah menahan sakit akhirnya terlelap dengan posisi kaki mengangkat dan di sandarkan pada tembok kamarnya. Dengan begitu sakitnya bisa sedikit berkurang pikirnya.
******
Waktu pulang kerja Raka terlihat menunggu kepulangan Jelita di depan kantor. Beberapa menit namun wanita yang ia tunggu tak jua muncul. Tak ingin begitu lama membuang waktu Raka meminta Andra untuk melajukan mobilnya. Dari raut wajahnya terlihat jika Raka masih ingin menunggu. Namun, hak itu tak mungkin ia lakukan.
"Tenang aja, dia nggak bakal hilang kok. Pasti udah pulang duluan." Ucap Andra yang seakan paham apa yang Raka pikirkan.
"Aku tidak memikirkannya, Ndra." Raka berdalih.
"Halah mulutnya bilang nggak, hatinya bilang iya padahal," ledek Andra dan mendapat tatapan sinis dari Raka.
Raka masuk kedalam rumah dengan langkah panjang, ia berharap Jelita sudah lebih dulu pulang. Jika tidak sudah pasti Mamanya akan ceramah seperti pagi tadi. Baru saja hendak menuju kamarnya Bu Rena memanggil namanya.
"Jelita mana? Kamu inget tadi pagi Mama bilang apa Raka!" Raka sedikit terkejut dengan ucapan Mamanya. Jadi benar jika Jelita belum pulang juga, lantas mengapa dia tidak menemukannya.
"Aku pikir dia sudah lebih dulu pulang, Ma. Aku menunggunya beberapa menit tapi aku tidak menemukannya." Raka berbicara apa adanya. Bu Rena menatap Raka dengan teliti mencoba menelaah apakah Putranya sedang berbohong atau tidak. Namun, dia tidak menemukan hal itu.
"Cari dia, Mama tidak ingin Jelita kenapa-kenapa." Bu Rena khawatir dan berlalu meninggalkan Raka.
Raka yang ditinggal merasa sedikit frustasi, wanita itu seakan selalu membuat Raka dalam posisi salah. Mamanya selalu membela Jelita dan menjadikannya istimewa. Bahkan Mamanya merasa khawatir hanya karena Jelita tidak pulang bersamanya. Raka mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menghubungi salah satu nomor disana. Beberapa saat panggilan itu terhubung
"Hallo, Kak," ucap seorang laki-laki dari seberang telpon.
"Eh, Randy. Apa Kakak kamu ada di rumah?" tanya Raka kemudian. Ia tahu betul itu Randy, tidak ada laki-laki yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu sebelumnya.
"Iya, Kak, dia lagi sakit tadi siang tiba-tiba pulang kesini," ucap Randy polos menjelaskan.
Mendengar Randy mengatakan bahwa Jelita sakit, Raka bergegas menuju ke rumah mertuanya. Rasa khawatir sedikit mencuat dalam dirinya, separah apa sampai dia tidak sanggup untuk bekerja pikir Raka.
Dengan kecepatan yang cukup tinggi tak butuh waktu lama untuk tiba ketempat tujuannya. Segera Raka turun dan mengetuk pintu rumah yang terasa sejuk itu. Bu Rini menghampiri menantunya dan memintanya untuk masuk segera.
"Masuk aja, Jelita ada dikamar." Bu Rini menuntun Raka untuk masuk ke kamar Putrinya. Ia tahu tujuan menantunya datang tentu saja untuk menjemput Putrinya.
Begitu masuk Raka sudah disuguhkan dengan pemandangan yang tak biasa.
"Ada-ada saja, bahkan gaya tidurnya harus seperti itu."
Raka menggelengkan kepalanya melihat posisi tidur Jelita yang terlihat begitu berbeda dan asing menurutnya. Apa akan nyaman jika tidur dalam posisi demikian pikirnya. Benar-benar wanita aneh.
Cukup lama Raka menunggu Jelita terbangun, namun malah rasa kantuk menyerangnya begitu saja. Raka yang tak bisa menahan lelahnya ikut membaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur yang masih kosong. Tak butuh waktu lama ia malah ikut terlelap begitu saja disampingnya Istrinya.
TBC 🌻
.
.
.
Mohon dukungan kalian, tinggalkan jejak yah, semoga kalian suka 💜💜
See Ya 😘😘
Seru bnget
btw tgl yg author sematkan itu tgl kelahiran anak aku 🥰