NovelToon NovelToon
HIDDEN MARRIAGE

HIDDEN MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Pernikahan rahasia
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Wendy081104

Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

Elena masuk ke dalam apartemennya dalam keadaan basah kuyup, dirinya langsung menuju ke kamarnya. Tujuan utamanya adalah kamar mandi, Elena melepaskan seluruh pakaiannya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, mengatur airnya menjadi air hangat.

Setelah selesai Elena langsung keliar dari sana, dan menuju ke Walt in Closet, lalu memakai gaun tidurnya. Elena mengeluarkan seluruh barang - barangnya, yang basah dari dalam tas, kemudian mengeringkannya perlahan menggunakan pengering rambut.

Elena menghela napas berat saat selesai mengeringkan barang-barangnya. Udara dingin apartemennya semakin menusuk, dan rasa lelah mulai merayap ke tubuhnya.

Elena duduk di sofa kamarnya, lalu membuka laptopnya. Mengerjakan tugas, yang baru saja dirinya dapatkan dari profesor tadi, bahkan Elena sudah lupa kapan dirinya melewatkan makan malam. Tiba - tiba ponselnya berbunyi, saat Elena melihat nama yang tertera, Elena langsung menolak panggilan itu, dan menonaktifkan ponselnya karena panggilan itu, sangat mengganggu.

Alex yang berada di luar apartemen Elena, menelpon nomor Elena berulang kali, namun nihil panggilannya berada di luar jangkauan. Dia tidak punya pilihan lain, selain meminta kepada seseorang untuk menelpon ke tempat Elena, jika dia naik dan menggedor rumah orang maka dia akan di cap sebagai penjahat.

Alex mencengkeram ponselnya dengan erat, jari-jarinya mengetuk-ngetuk layar dengan frustasi. Elena tak mengangkat teleponnya. Ia mencoba menghubungi lagi, dan lagi, namun hasilnya tetap sama : panggilan di luar jangkauan.

"Maaf, bisa tolong hubungi kamar 188? Katakan bahwa ada yang ingin menemuinya." pinta Alex, setengah memerintah.

Seorang wanita paruh baya dengan kacamata bundar, mengerutkan kening, "Saya tidak bisa menghubungi penghuni apartemen, tanpa alasan yang jelas, tuan. Ada masalah?"

"Ya, ini urusan penting." kata Alex.

Wanita itu ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk, "Baiklah, saya akan mencobanya."

Beberapa menit kemudian, resepsionis mengatakan hal yang sama sekali tidak di inginkan oleh Alex, "Maaf, Tuan, nomornya tak aktif."

Alex menghela napas berat. Ia semakin gelisah, "Terima kasih," katanya, lalu berbalik dan berjalan menuju lift.

Alex masuk ke dalam lift itu, dan menekan lantai 27. Tidak peduli atau tidak, Alex akan langsung mendatangi penthouse Elena dan membuat keributan, hingga istrinya itu keluar dan melihatnya. Saat lift tiba di lantai 27, Alex keluar dan berjalan menuju pintu penthouse Elena. Ia mengetuk pintu dengan lembut. Tidak ada jawaban. Ia mengetuk lagi, kali ini lebih keras. Tetap saja tidak ada jawaban. Bahkan dia sudah menekan bel namun sama sekali tidak ada jawaban.

Elena memakai earphone di telinganya, agar dirinya tidak di ganggu oleh siapapun di luar sana, saat Elena mengaktifkan ponselnya, 15 panggilan tiadak terjawab dari Alex muncul di notifikasi layarnya, namun Elena mengabaikan hal itu, dan kembali fokus pada laptopnya.

Setelah menimbang cukup lama, akhirnya Elena mengirimkan pesan singkat pada Alex. Elena menutup laptopnya dan langsung naik ke atas tempat tidur, melepaskan earphonenya dan menyimpannya di atas meja.

Alex membenturkan kepalanya di pintu apartemen Elena, dengan sedikit kasar. Tidak tahu cara apa lagi yang harus di lakukannya, untuk bertemu dengan istrinya. Saat akan kembali Alex melihat pesan masuk dari Elena, di notifikasi ponselnya.

Elena : "Aku lelah dan ingin tidur, jangan mengangguku."

Alex hanya bisa menarik napasnya pelan, lalu berjalan menjauh dari apartemen Elena. Mungkin setelah ini Elena tidak akan percaya lagi padanya.

·–·–·–·–·

Ini adalah akhir pekan, dan sepertinya Elena terkena demam ringan. Tubuhnya sangat lemah, sehingga dirinya kesulitan untuk melakukan sesuatu. Namun Elena harus memaksakan dirinya, makan dan minum obat agar tubuhnya kembali seperti semula. Mungkin karena terkena hujan semalam, Elena langsung terserang demam seperti ini. Bagian belakang tubuhnya juga sangat sakit, Elena langsung memupukan tangannya di atas meja, mencoba untuk meraih belakangnya yang terasa sakit. Bahkan di saat seperti ini, tidak ada seseorang yang bisa Elena mintai tolong.

Elena melangkah perlahan, menuju ke arah dapur untuk membuat bubur untuknya, sambil menunggu Elena membuat segelas teh hangat, agar tubuhnya bisa menerima apapun yang masuk. Jika sampai sore tubuhnya tidak memungkinkan, Elena akan pergi ke rumah sakit sendiri. Setelah makan dan minum obat, Elena membaringkan dirinya di atas sofa. Mencoba untuk memejamkan matanya sejenak, agar obat yang sudah masuk ke tubuhnya bekerja lebih cepat.

"Ugh..." Elena mengerang pelan, kepalanya juga sudah mulai terasa sakit.

Tiba - tiba kesadarannya kembali, kala ada orang yang mengetuk pintu apartemennya dengan cukup kasar, Elena yang berbaring di sofa sambil memegang kepalanya, hanya bisa menggerutu pelan.

"Elena buka pintunya, ini aku." kata Alex dari arah luar.

Namun kesadaran Elena perlahan memudar dan—

Alex yang berada di luar sudah merasa khawatir sejak tadi malam, apalagi setelah menerima kabar bahwa Elena pulang dalam keadaan basah kuyup, Alex takut istrinya akan terkena demam. Dengan sisa kesabarannya, Alex mendobrak paksa pintu penthouse Elena, biarlah dirinya di dendai oleh pemilik gedung ini. Sekarang istrinya yang lebih penting.

"ELENA!" Alex terkejut melihat Elena yang terbaring di lantai, dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Alex memegang tangan Elena, namun detik berikutnya pria itu terdiam di tempat. Tubuh Elena sangat panas, dugaannya benar, Elena terkena demam. Alex menggendong Elena bridal dan membawanya kembali ke kamarnya, lalu menelpon dokter pribadinya untuk datang ke sana.

"Ini salahku, seharusnya aku menjemputmu kemarin." Alex mengambil kain dan air dingin, untuk mengkompres kening Elena.

Setelah beberapa menit berlalu, dokter yang di telepon oleh Alex, sampai di penthouse milik Elena. Dengan sigap dokter itu langsung memasangkan infus pada tangan Elena, kemudian menyuntikkan obat ke dalam tubuh Elena.

"Walaupun terkena demam, imun tubuhnya sangat bagus, jadi tidak perlu khawatir tuan, dalam beberapa jam kedepan dirinya akan sadar, dan sampai waktu itu jangan mengganggunya." jelas Johanes, dokter pribadi keluarga Castellio.

Alex hanya duduk di kursi pinggir ranjang, sambil memegang tangan Elena yang di infus, tanpa menjawab penjelasan Johanes terkait kondisi Elena. Pria itu sudah cukup senang, karena Elena baik - baik saja.

"Saya akan meresepkan obat ini, silahkan." Johanes langsung keluar dari kamar itu, di antar oleh David, yang di telepon oleh Alex tadi.

"Maafkan aku...maaf." Alex mencium lembut tangan Elena.

·–·–·–·–·

Elena membuka matanya perlahan. Entah sudah berapa lama dirinya tertidur, saat Elena ingin bergerak tangannya sedikit sakit. Elena langsung mengangkat tangannya, dan melihat infus yang ada di sana. Elena menatap botol infus yang tidak jauh dari tempatnya, dan jas hitam di atas kursi samping tempat tidurnya. Elena berusaha untuk bangun perlahan, namun sepertinya gadis itu sedikit kesulitan.

Setelah berjuang beberapa saat, akhirnya Elena bangun dan bersandar pada kepala tempat tidur, tubuhnya sudah lebih baik. Elena memandang keluar jendela, dengan tatapan yang sedikit kosong.

"Sweetie."

Elena melihat ke arah pintu kamarnya, saat suara lembut menyapa indra pendengaran miliknya. Alex berdiri dengan memegang nampan berisi bubur, lalu melangkah perlahan dan duduk di kursi samping tempat tidur Elena. Elena hanya menatap Alex, tanpa berniat untuk berbicara. Dirinya memilih melihat keluar jendela, daripada melihat pria yang duduk di depannya ini.

"Masih marah?" tanya Alex.

Elena hanya terdiam tanpa membalas kalimat itu, Elena bahkan tidak percaya jika pria ini berani memberikan pertanyaan seperti itu. Jika tidak bisa menepati janjinya, lebih baik tidak usah di janjikan. Alex hanya bisa terdiam, melihat Elena yang mengabaikan keberadaannya secara terang - terangan, bahkan gadis itu lebih memilih melihat jendela dan arah lain, ketimbang melihat dirinya.

"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?" tanya Elena akhirnya.

"Menerobos masuk." jawab Alex singkat.

"Jika sudah selesai pulanglah, aku sedang sakit, jangan sampai kamu ikut tertular." Elena kembali berbaring perlahan, menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnnya, dan berbaring membelakangi Alex.

Alex berdiri dan menaruh nampan berisi bubur itu di atas meja, lalu berjalan ke samping tempat tidur itu, lalu berbaring di sebelah Elena. Dia akan pulang? Jangan mimpi! Istrinya sedang sakit, dia tidak akan pergi ke manapun juga.

·–·–·–·–·

to be continue...

1
nyonya
jangan bilang lu sengaja menta ditembak lex
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!