Azzura: The Fight Of The Tough Lady

Azzura sampai di depan rumah masih dengan wajah murungnya. Namun saat keluar dari mobil, wanita cantik itu menghembuskan napas dan langsung mengubah ekspresi wajahnya seceria mungkin. Sudah cukup selama ini Azzura hidup dalam tatapan kasihan orang-orang padanya. Azzura tidak ingin mendapat tatapan itu dari Aaron atau orang lain di kehidupan barunya.

"Kau memang memiliki dua wajah Azzura!"

Aaron yang melihat Azzura dari balkon berbalik lalu masuk ke kamarnya, ia duduk di meja kerja menantikan kedatangan sang istri. Azzura pasti akan menemuinya karena tadi dia yang menyuruh Azzura untuk mengambil dokumen untuk melengkapi syarat pendaftaran kuliah wanita itu.

Tok! Tok! Tok!

Aaron mulai membuka buku berpura-pura sibuk. Dia bahkan tidak mendongak saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Tuan!" panggil Azzura dengan senyum di bibirnya, Azzura selalu bersikap lembut nan anggun di depan Aaron, lagi-lagi alasannya karena dia tidak ingin Aaron mengetahui kelebihannya dan malah pergi meninggalkan Azzura karena berpikir jika Azzura ini aneh.

Aaron mendongak, dia melihat ke arah pintu. Sekarang Aaron sudah lebih leluasa untuk menatap Azzura karena di sana tidak ada siapapun. Hanya mereka dan Rubby.

"Ada apa?" tanya Aaron sekedar basa-basi.

Azzura menyodorkan sebuah map. Dia menaruh maf itu tepat di depan Aaron. "Ini yang kau butuhkan Tuan. Semoga nilainya cukup untuk masuk ke universitas itu."

Aaron mengangguk, dia membuka maf itu dan mulai melihat isinya, kening Aaron tertaut, dia diam dan malah mengusap dagu membuat Azzura yang melihat itu sangat penasaran.

"Apa Azzura Aurora juga sangat bodoh dalam pelajaran!" batin Azzura berbicara. Langkah panjangnya membawa Azzura mengitari meja kerja Aaron karena sangat penasaran dengan nilainya sendiri, sebenarnya bukan nilai dia, melainkan nilai Azzura Aurora.

Mata Azzura melotot, ternyata ...

Aaron menatap Azzura lekat, wanita cantik itu refleks mundur, namun entah bagaimana ceritanya tiba-tiba kaki Azzura tersandung kakinya sendiri, beruntung saat itu Aaron sigap, dia menarik pinggang Azzura hingga Azzura duduk di pangkuan Aaron.

Rubby terkikik geli. Dia sangat senang ketika semua rencananya untuk mendekatkan Aaron dan Azzura berhasil. Rubby memang sengaja melakukan itu untuk membuat hubungan antara Aaron dan Azzura terjalin semakin cepat.

Aaron mengunci mata coklat Azzura dengan netranya, pertemuan tatapan itu terjadi untuk yang ke sekian kali, debaran jantung keduanya semakin lama semakin kencang. Wajah Azzura memerah saat dia merasakan sesuatu di bawah sana mendesak di balik dres yang dia kenakan.

"Astaga Rubby aku bisa gila, kenapa laki-laki ini sangat tampan. Bisakah kau menghentikan waktu sampai di sini!" batin Ayunda meminta hal lebih meskipun otaknya sudah berteriak dan meronta meminta Azzura untuk tetap sadar.

"Rubby!" Azzura kembali memekik saat dia merasakan kepalanya maju tanpa dia suruh, Azzura berusaha untuk menjauhkan kepalanya namun semakin dia berusaha, kepalanya semakin mendekat ke arah Aaron. "Rubby jangan lakukan ini, aku mohon selamatkan aku Rubby!"

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Aaron tepat di depan bibir Azzura, mata wanita itu terbelalak. Di saat yang sama dia bisa menarik kepalanya, Azzura tentu tidak menyia-nyiakan hal itu, dia langsung berdiri lalu berlari keluar dari kamar suaminya.

"Rubby sialan!" maki Azzura masih tidak habis pikir akan kelakuan sistem yang katanya akan mempermudah hidup Azzura namun malah sebaliknya.

Aaron tersenyum kecil, dia menggelengkan kepala lalu kembali fokus pada nilai-nilai isterinya. Aaron sempat berpikir jika Azzura mungkin memiliki nilai yang jelek, oleh karena itu dia ragu saat menerima tawaran dari Aaron. Namun nilai-nilai di Ijazah terakhirnya membuktikan bahwa Azzura ini merupakan orang yang sangat pandai.

****

Azzura menunggu dua Minggu agar dia bisa mulai belajar di perguruan tinggi, namun hari pertamanya tentu dia tidak bisa langsung belajar, ada beberapa tahapan yang harus dia lalui, semacam ospek dan itu memang tidak bisa dia tinggalkan. Azzura senang-senang saja. Toh dia tidak rugi apapun.

Azzura turun dari mobil Aaron setelah Aaron memintanya untuk segara keluar, hari pertama Azzura masuk, Aaron ingin mengantar Azzura kuliah dengan dalih bahwa dia takut Azzura akan kabur.

"Tuan bisa berangkat sekarang. Hati-hati!" Azzura melambaikan tangan ke arah mobil mewah Aaron. Setelah melihat mobil itu pergi, Azzura kembali merapikan penampilan. Wajahnya di dandani seperti pengantin tradisional di negara itu, sedang rambutnya di kepang dua dengan lilitan pita warna warni. Bersyukur Azzura Aurora ini sangat cantik. Jadi jadi dandani seperti apapun wajah cantiknya tidak luntur. Balutan baju seragam berwarna putih dengan rok hitam rempel di atas lutut.

"Astaga. Aku sudah telat!" gumam Azzura sembari berlari masuk ke area kampus. Benar saja, saat dia sampai para calon mahasiswa sudah berjejer di lapangan. Azzura memejamkan mata karena para senior sudah menatapnya dengan tatapan tajam.

"Hari pertama sudah telat ya. Bagus sekali!"

Seseorang dengan setelan yang cukup rapi berjalan mendekati Azzura, dia memindai Azzura dari atas sampai bawah.

"Sudah biarkan saja. Kita ampuni untuk hari ini!"

Laki-laki itu menoleh ke arah depan, dia mendengus saat tahu kalau yang berbicara adalah Xiao Zhan, laki-laki paling populer seantero kampus, ketampanan dan kepintarannya membuat Zhan di akui sebagai maskot di kampus itu, padahal di luar kampus dia tak lain dan tidak bukan adalah seorang bad boy yang suka memacu adrenalin dengan balapan liar.

"Kau selalu melunak jika melihat wanita cantik Zhan!"

Semua mata kini menatap ke arah Azzura, wanita itu tentu merasa di kuliti hidup-hidup karena tatapan para wanita yang tidak bersahabat padanya. Dia mendengus ke arah Zhan. Gara-gara dia Azzura harus jadi pusat perhatian seperti ini. Azzura yakin jika masa depannya terancam.

"Baiklah. Kegiatan kita mulai, sekarang kalian kumpulkan apa yang sudah panitia perintahkan untuk kalian bawa. Bagi yang tidak bisa mengumpulkannya, siap-siap untuk menerima hukuman."

Mereka semua mengeluarkan barang-barang yang di maksud Senior mereka di depan. Dan ketika giliran Azzura tiba, matanya memincing ketika melihat seseorang hendak menjahilinya. Azzura pura-pura tidak melihat, namun saat gadis lain menyelonjorkan kakinya di depan kaki Azzura, Azzura sengaja mengeluarkan kekuatannya. Alhasil gadis itulah yang malah tersungkur di hadapan semua orang.

"Upsss, kakinya terlaku panjang ya, kenapa gak di potong aja!"

Azzura menarik ujung bibirnya mendelik menatap gadis itu jijik. Azzura sudah tahu trik-trik licik seperti ini. Dia sudah terbiasa menjadi bahan buliying, jika di masa lalu Azzura diam, namun tidak untuk sekarang. Lebih baik dia di cap sebagai perempuan bar-bar daripada harus di injak-injak oleh orang lain.

Gadis itu menatap Azzura sinis, dia berdecih sebal pada Azzura. Beberapa teman dari gadis itu membantunya untuk berdiri. Azzura mengangkat bahunya acuh saat melihat tatapan tajam dari orang-orang di dekatnya.

"Menarik!" gumam Zhan dengan senyum di bibirnya.