NovelToon NovelToon
Bisnis Plus Plus

Bisnis Plus Plus

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahmuda / Playboy / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial / Aliansi Pernikahan / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:14.7M
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

"200 juta, ini uang untuk membelimu!"

Pria di depannya melihatnya dari ketinggian, dan aura angkuh memenuhi ruangan.

Dewi Puspitasari kehabisan akal.

Karyawan cafe yang berusia dua puluhan ini telah mencoba berbagai cara, tapi semuanya sia-sia seperti berada di jalan buntu. Ayahnya harus segera menjalani operasi yang memakan biaya besar.

Dari mana dia mendapatkan 200 juta dalam sekejap?
Setelah hampir menghabiskan semua dana, setengah putus asa, dia membuat tawaran gila dengan bosnya, Virata Agastia.

"Oke. Aku setuju."

Dewi Puspitasari hanya bisa menerima kenyataan bahwa dirinya seperti barang yang diperdagangkan dalam transaksi ini.

Akankah pernikahan yang didominasi uang ini akan berakhir dengan bahagia?

Bagaimana nasib pernikahan mereka setelah ayah Dewi Puspitasari sembuh?


Note: Novel ini mengandung unsur dewasa. Harap bijak menyikapinya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Detektif Bahri Part 4

Bahri memang berbeda di antara Dewi dan adiknya. Adik Dewi yang satu itu adalah cowok pintar. Jarang belajar, namun selalu dapat ranking di kelasnya.

Bahri meski agak pemaksa anaknya, namun sebenarnya adalah anak yang rajin bekerja dan baik hati. Ia yang menggantikan Bapaknya ngojek jika Bapaknya istirahat dan dirinya sudah pulang sekolah.

Tak ada rasa malu dalam diri Bahri. Wajah tampannya tidak membuatnya banyak gaya. Justru Ia mau membantu orang tuanya.

Sayang, Bahri yang sudah kelas 3 SMA harus fokus sekolah. Banyak tugas dan ujian yang harus Ia kerjakan. Otomatis Ia jarang ngojek lagi.

Bahri memang mendesak Dewi meminjam uang di kantornya. Bahri menganggap, pemilik cafe tempat Tari bekerja adalah bos yang baik. Itu yang Ibu Inah ceritakan sama Ibunya.

Ibu Inah selalu menceritakan kebaikan majikannya Pak Agas dan Bu Tari yang suka menolong orang. Banyak karyawan yang mereka rekrut, asal rajin dan niat bekerja pasti akan dibantu.

Bahri yang meminta Bu Inah memasukkan Kakak-nya bekerja. Bahri pikir, memiliki bos baik akan membuat Kakak-nya bekerja dengan nyaman dan berharap Kakak-nya yang rajin akan cepat naik jabatan.

Ternyata bos Kakak-nya bukanlah Pak Agas, melainkan anaknya yang mata keranjang. Anaknya yang malah memanfaatkan Kakak-nya demi keuntungannya semata.

Bahri tak terima Kakak-nya hanya diperlakukan sebagai pemuas napsu semata. Bahri menganggap Kakak-nya yang hebat terlalu hina jika diperlakukan seperti itu. Sebagai adik, Ia marah. Ia harus membela kehormatan Kakak-nya. Kalau bukan dia siapa lagi?

"Bukti?" tanya Wira yang kini berwajah serius. Wira tau anak remaja di depannya tidak asal mengancam. Anak remaja ini tau titik kelemahannya adalah kedua orang tuanya.

Wira takut Mommy-nya sedih dan kecewa dengan apa yang Ia lakukan dan Abi yang marah pasti akan sangat menyeramkan. Bisa dicoret dari kartu keluarga kalau keluarganya tau apa yang Ia lakukan. Bisa saja Abi meminta kembali uang apartemen yang sudah diberikan padanya. Mau bayar pakai apa? Bulu kaki?!

Bahri mengeluarkan Hp miliknya dan menekan tombol stop video yang sejak tadi merekam apa yang dilakukannya. Ia memutar video yang menampilkan apa yang Ia lakukan sejak pertama datang sampai pengakuan Wira dan Dewi tentang apa yang mereka lakukan. Sengaja Ia percepat. Hanya poin penting saja untuk mengancam Wira.

Secepat kilat Wira berusaha merebut Hp milik Bahri, namun secepat itu juga Bahri memasukkan Hp miliknya ke dalam saku celana. "Tidak semudah itu, Boss! Gue anak basket! Biasa mengoper bola."

Wira merasa gagal mengambil barang bukti. Bahri tak semudah itu ditaklukan. Anak itu terlalu pintar membaca situasi. Tak bisa dengan cara kasar.

"Oke. Gini aja, gue kasih lo duit buat tutup mulut selama perjanjian gue sama Kakak lo berlangsung!" nego Wira.

Bahri diam dan acuh dengan penawaran Wira.

"Lima juta! Lumayan buat lo beli Hp dan sepatu baru!" kata Wira mengimingi Bahri.

Bahri makin mengacuhkan Wira. Membuat Wira makin geram saja.

"Oke, sepuluh juta! Bisa beli motor second tuh buat lo ngojek!" pancing Wira lagi.

Bahri masih mengacuhkan. Wira mulai naik darah dibuatnya.

"Dua puluh juta! Udah gede tuh! Lo malah bisa beli motor baru dan Hp baru! Kurang baik apalagi coba gue?!"

Dewi mencolek Bahri. Memberi kode pada adiknya kalau uang dua puluh juta akan adiknya terima. Lumayan buat daftar kuliah nanti. Itu yang Dewi pikirkan.

"Dek, bisa buat kamu daftar kuliah! Nanti Kakak akan cari uangnya buat bayar semesteran!" bujuk Dewi.

Wira senang, Dewi mendukung apa yang Ia lakukan. Sayangnya, Bahri yang keras kepala tak mau menerima tawaran Wira.

"Aku enggak butuh, Kak. Aku enggak mau kuliah dari hasil Kakak menjual diri!" kata Bahri pedas. "Lebih baik aku ngojek siang malam buat uang kuliah daripada Kakak yang mengorbankan diri!"

Dewi tertegun mendengar perkataan Bahri. Ternyata adiknya sangat menyayangi dirinya. Tak mau dirinya semakin terjerumus dalam kubangan dosa.

Bahri kini menatap Wira dengan tajam. "Gue enggak mau terima duit lo. Gue cuma mau lo nikahin Kakak gue. Nikah siri pun tak apa. Asal Kakak gue enggak berkubang dalam dosa. Kasihan Kakak gue. Selesaikan perjanjian kalian dalam ikatan pernikahan. Gue yang akan nikahin tanpa ada yang tahu. Setidaknya gue akan mengatakan pada dunia, Kakak gue kehilangan kesuciannya karena suaminya. Jadi janda lebih baik daripada gadis tapi tak suci karena menjual diri."

Wira terdiam.

Lagi-lagi Ia merasa Bahri adalah dirinya jika membela kehormatan Carmen. Ia punya saudara perempuan dan tak mau ada yang merusak saudaranya. Pasti begitu yang dilakukan Bahri saat ini.

Ditawari uang banyak tidak membuat Bahri bergeming. Ia lebih memilih membela kehormatan Kakak-nya dibanding segepok uang. Ia tak mau menjual kehormatan Kakak-nya hanya demi kesenangan pribadinya saja.

"Nikah enggak segampang itu, Bro! Apalagi antara gue sama Kakak lo enggak ada perasaan. Hanya saling butuh aja!" ujar Wira yang kini pusing dengan permintaan Bahri yang tak masuk akal baginya.

"Gue enggak peduli! Dosa tau enggak! Kalian dosa dan enggak mau menebus dosa kalian? Mau sampai kapan? Lo enggak kasihan sama Kakak gue? Mungkin lo sering kayak gitu sama cewek lain, tapi ini Kakak gue. Lo tau kan Kakak gue cewek baik-baik? Pacaran aja enggak pernah!" sama seperti Wira, Bahri pun putus asa karena perbuatan Kakak-nya. Ia yang harus berpikir jalan keluar terbaik demi kehormatan Kakak-nya.

Wira lagi-lagi terdiam. Usianya masih terlalu muda. Tak ada keinginan dalam dirinya untuk menikah muda. Apalagi dengan cewek yang Ia belum kenal betul macam Dewi.

"Dek, sudahlah. Kamu tutup mata saja atas apa yang Kakak lakukan. Biar Kakak yang tanggung dosanya. Anggap saja kamu tak tahu." pinta Dewi setengah memohon.

"Enggak bisa, Kak. Keputusan aku udah bulat. Kalau kalian enggak mau nikah, aku akan beritahu Bapak dan Ibu serta orang tua bos Kakak! Aku enggak mau jadi saksi perbuatan kotor kalian di akhirat nanti!" Bahri tetap keras kepala tak mau kalah.

"Gue enggak mau!" Wira juga keras kepala tak mau kalah.

"Yaudah tunggu aja kedatangan gue di rumah lo!" balas Bahri tak mau kalah.

Dewi berada di antara dua orang yang tak mau kalah. Jujur saja, Dewi diam-diam ingin Bahri menang. Ia juga takut berkubang dalam dosa terus menerus. Setidaknya kalau menikah, Ia akan lebih tenang sedikit.

Wira nampak marah. Wajahnya memerah. Ingin menghajar Bahri namun kasihan dengan Dewi. Melihat mereka seperti melihat dirinya dan Carmen. Tak tega juga.

"Hanya nikah siri. Setelah perjanjian kalian selesai, terserah kalian mau bagaimana. Gue punya kenalan penghulu dan sohib gue yang akan jadi saksi. Dijamin aman. Enggak ada yang tahu." Bahri mulai meyakinkan Wira. "Semua aman. Kalian berdua juga bisa bebas. Ada gue yang jadi saksi pernikahan kalian."

Wira diam. Ia merenungkan perkataan Bahri.

"Menikah? Dengan Dewi?" batin Wira. Wira menatap Dewi yang matanya sembab karena terus menangis.

Dewi adalah gadis polos yang terpaksa menjual dirinya demi keluarga. Wira tahu Dewi cewek baik-baik dan tak rugi menikahinya.

"Gimana? Jangan kemalaman!" Bahri tak sabar.

Bagaimana jawaban Wira?

****

1
kalea rizuky
kapok kn lu keguguran salah sendiri ngeyel
kalea rizuky
jd ini alasan wira g suka Carmen dket Zaky hahhahah
kalea rizuky
adek g tau diri bisanya nyusain
kalea rizuky
uda miskin np g urus kis aja
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
🥰🥰🥰😍
Atoen Bumz Bums
judulnya arah positif
Atoen Bumz Bums
Carmen nikah ma siapa
Atoen Bumz Bums
anak puncak kayaknya😎
Atoen Bumz Bums
Dewi yg di doa' in aku yg terhura
Atoen Bumz Bums
kirim pesantren x
Atoen Bumz Bums
la Dewinta td turun sendirian
ratnanya yg tidur gak diceritain LG tau2 da sampe apart
minum Aqua dulu thor🤭
Ran Aulia
🤣🤣🤣🤣 go wira go 👍👍👍👍
Ran Aulia
romantic comedy love story 🥰🥰🥰🥰

terima kasih ya kak
aryuu
kenyataannya didunia nyata pun sering terjadi yg seperti ini...
aryuu
antara sedih dan pengen ketawa🥲
Jessica
Lumayan
Deistya Nur
keren, semangat terus ka👍💪
Zainatul Ilmiyah
up. I'm t5
Zainatul Ilmiyah
w, z
Junita Junita
cepat selesaikan tugas mu wi dan pergi dri hidup si barakok yg selalu nyakitin hati org klu ngomong🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!