Gegana Sang Penjinak Hati

Reina tengah berguling kesana kemari sembari memainkan ponselnya,tubuh kecil namun berisinya itu tidak mau diam padahal saat ini Reina tengah bermain game.

Namun tiba tiba Reina segera bangkit dari posisinya saat kedua telinganya mendengar suara mobil masuk kearea rumahnya. Dengan segera Reina melangkahkan kakinya menuju balkon, saat sampai disana Reina melihat sebuah Jeep hitam sudah terparkir tepat dihalaman rumahnya.

Reina sudah tahu itu mobil siapa tanpa harus menunggu pemiliknya keluar dari dalam mobil. Namun entah kenapa Reina lebih memilih untuk menunggu sang pemilik mobil keluar terlebih dahulu.

Dan saat Reina menampakan tubuhnya tidak lagi bersembunyi dibalik gorden, si pemilik mobil jeep itu akhirnya keluar juga. Reina yang melihat itu langsung menyembunyikan tubuhnya dibalik gorden karena orang yang tengah dia kepoi melirik kearahnya. Orang itu seakan tahu kalau ada seseorang yang tengah mengintainya.

"Dasar insting serigala,"

Reina bergumam pelan, lalu segera masuk kedalam kamar dan segera menutup pintu balkonnya rapat rapat. Reina terlihat mondar mandir didalam kamarnya, gadis itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.

"Harus apanih, harus apa?mentok banget nih otak ya,pasti bentar lagi si Mama bakalan ngetuk pintu."

Reina bermonolog sendiri sembari menatap was was pada pintu kamarnya yang sudah terkunci rapat.

"Pura pura tidur?gak ah drama banget, pura pura sakit perut?entar diaaminn sama malaikat berabe, eemm harus apa ini iiihh,"

Disaat Reina tengah pusing memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini.Dilantai bawah Ilham sudah duduk dengan tenang sendirian diruang keluarga.

"Maaf ya, Mama punyanya cuma kopi, ayo silahkan diminum,"

Ilham menganggukan kepalanya pada Ibu dari kekasihnya itu, kedua mata coklatnya memindai keadaan rumah yang lumayan sepi. Kemana para penghuninya, bukannya dirumah ini ada dua orang anak kecil,kenapa sepi sekali.Ingin sekali Ilham bertanya seperti itu pada calon Mama mertuanya.

"Nak Ilham mau ketemu Reina?"

"Iya Tante,"

"Panggil Mama aja, biar terbiasa."

Mama Rika tersenyum lembut pada kekasih putrinya itu. Wanita paruh baya itu melihat kalau Ilham terlihat semakin tampan saat usianya semakin dewasa, cocoklah untuk putrinya yang cantik tapi suka membuat dia kesal.

"Kenapa rumahnya sepi sekali,Mas Damar kemana ya?"

"Oh, Damar sama keluarganya lagi main ketempat neneknya. Kalo si Papa lagi main catur ditempat pak RT. Ya udah bentar ya Mama psnggilin Rein dulu keatas dari tadi siang dia gak mau keluar kamar, bahkan makan malam saja dia gak mau. Tumben banget,bikin Mama khawatir padahal biasanya Rein paling semangat kalau bahas soal makanan,"

Ilham menganggukan kepalanya sembari tersenyum kecut mendengar ucapan calon Mama mertuanya itu. Sebegitu berpengaruhkah ucapan jahilnya pada Reina tadi siang, hingga membuat gadis itu tidak memiliki kemauan, bahkan kemauan makan. Padahal makan adalah salah satu hobi Reina yang tidak pernah dia lewatkan.

Kalau saja dia tidak mengucapkan hal itu mungkin saat ini dia dan Rein tidak akan jauh jauhan seperti ini. Rein bukan kekanak kanakan, mungkin dia juga yang salah bicara tadi walaupun hanya bercanda.Wanita mana yang tidak sakit saat mendengar kalau laki laki yang dicintainya tidak ingin menikahinya .

Padahal Ilham bermaksud untuk menjahili Rein, bukan serius seperti saat ini. Apa orang kaku seperti dia tidak boleh bercanda, apa setiap ucapannya memang dianggap serius oleh orang lain.

POKOKNYA JANGAN LUPA BUAT LIKE VOTE DAN KOMENYAAA