Perjodohan berkedok menyambung silaturahmi dengan sahabat Daddy nya membuat Atlas Ferdinand yang sudah berusia matang harus menikahi gadis belia atas permintaan keluarga nya .
" Lala nggak suka sama Om " kata Azila yang baru melihat wajah pria itu saja sudah kelihatan pemarah nya .
" Kau pikir aku menyukaimu?" pertanyaan Atlas yang kalau tidak terpaksa juga tidak mau menikahi bocah ingusan itu.
" Masa Om nggak suka , Lala cantik loh" kata gadis kecil itu dengan centil tersenyum.
" Cantik? bocah ingusan seperti kamu cantik ?" tanya Atlas ulang merasa geli melihat gadis kepedean itu .
" Sembarang bilang Lala bocah ingusan sebulan lagi Lala lulus SMA" katanya tidak terima dikatai bocah ingusan .
" Terserah aku tidak peduli " ketus Atlas memangku kedua tangannya.
" Bagaimana nak apa kalian cocok ?" pertanyaan orang tua mereka begitu datang dan ikut duduk bersama mereka .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
" Jadi makam kak Dafy bukan diluar negri ?" tanya Atlas yang malah berpikir makam kakak Lala diluar negri karena meninggal akibat kecelakaan pesawat atau mungkin tidak ditemukan lagi .
" Kami sekeluarga menugaskan tim khusus untuk mencarinya dan ternyata saat ditemukan jasad nya sudah tinggal kerangka karena terbakar " ucap Lala mengusap air matanya setiap kali teringat peristiwa itu .
" Namun hasil tes DNA menunjukkan itu kak Dafy dan dia meninggal dalam posisi berpegangan tangan dengan istrinya " sambung Lala .
" Kamu punya ponakan Lala?" pertanyaan Atlas yang dibalas gelengan oleh Lala .
" Ya sudah habis ini kita kesana " ucap Atlas mengusap air mata di pipi Lala , sepertinya dia rindu kakak nya .
.............
Sesampai TPU Atlas berjalan mengikuti Lala membawa buket bunga .
" Hai kak Dafy ini suami Lala" kata Lala sejak datang langsung bercerita tanpa henti sambil mengelus batu nisan .
" Ternyata sepilu ini ya rasanya dipisahkan oleh maut dengan orang yang kita sayangi , sudah ikhlas namun rindunya abadi " batin Atlas mengusap air matanya yang menetes.
Melihat Lala yang perlahan menangis Atlas berjongkok dan memeluk nya lalu meletakkan bunga yang tadi dibawanya diatas makan .
" Sudah jangan menangis nanti kak Dafy sedih liat Lala menangis " ucap Atlas mengelus kepala Lala .
" Ohhh, iya Lala nggak boleh nangis " Lala mengusap air matanya lalu tersenyum mengelus nisan kakak nya .
" Ayo kita pulang " ajak Atlas yang tidak ingin Lala larut dalam kesedihan.
" Lala pulang dulu ya kak " pamit Lala .
...........
" Lala kamu mau minum? " tanya Atlas yang tengah menyetir itu curi-curi pandang menatap Lala yang duduk disampingnya.
" Mana?" tanya Lala yang tadinya menunduk kini menatap Atlas.
" Aku beli dulu" ucap Atlas yang sebenarnya hanya ingin menghibur Lala saja .
" Yahhh, kirain udah ada" kata Lala yang padahal tadi sudah semangat jadi cemberut
" Ya kita beli dulu " ucap Atlas berhenti di minimarket .
" Ikut " kata Lala yang langsung semangat begitu melihat freezer es krim dalam minimarket.
" Ayolah " ucap Atlas mengajak Lala dan memilih minuman kaleng lalu menaruhnya di kasir
" Ini " kata Lala menaruh 2 es krim yang dipilihnya dekat minuman Atlas .
" Ada lagi yang lain ? Yang ingin kamu beli " ucap Atlas sebelum membayar .
" Itu aja " kata Lala karena semua kebutuhan nya sudah ada dirumah Atlas yang punya fasilitas lengkap .
Malam harinya.
Lala yang sedari tadi berbaring main ponsel diatas ranjang langsung menoleh begitu menghirup aroma parfum Atlas yang begitu semerbak.
" Om mau kemana ?" tanya Lala yang sudah duduk ditengah ranjang begitu Atlas keluar ruang ganti .
" Aku ada janji ngopi bareng teman-teman" ucap Atlas duduk ditepi ranjang memakai sepatu .
" Wahhh, Om mau nongkrong malam mingguan " ucap Lala dengan yang tiba-tiba sudah duduk di dekat Atlas .
" Mmm, Iya " kata Atlas mengangguk .
" Ikut dong Om " pinta Lala penuh harap ingin pergi malam mingguan juga .
" Tidak Lala disana laki-laki semua tidak ada perempuan nanti kamu ngobrol sama siapa " ucap Atlas makanya tidak membawa Lala karena dia akan berkumpul bersama teman-temannya.
" Lala nggak pengen ngobrol Om, cuma mau pergi malam mingguan aja nggak bakal ganggu Om juga " ucap Lala meyakinkan Atlas .
" Kalau begitu ngapain kamu ikut aku lebih baik pergi sendiri " ucap Atlas yang tidak akan mengekang Lala juga asal jangan melampaui batas.
" Wahhh, boleh Lala pergi sendiri Om " kata Lala dengan excited terbayang banyak tempat yang akan dia kunjungi.
" Enggak " ketus Atlas yang tiba-tiba berubah pikiran ketika bisa membaca pikiran gadis nakal itu kalau dibiarkan bebas .
" Ihhhh, Om mah gitu ikut nggak boleh dan pergi sendiripun nggak boleh terus Lala malam minggu ngapain ?" cemberut Lala .
" Yaudah kamu ikut aku " ucap Atlas yang tidak punya pilihan selain membawa Lala .
" Cepat ganti baju teman-temanku sudah pada menunggu " ucap Atlas yang diangguki Lala .
10 menit kemudian Lala yang sudah siap keluar ruang ganti sambil memainkan tali tas selempang nya.
" Ayuk Om " ucap Lala .
Atlas menatap Lala yang memakai rok pendek dengan atasan kemeja yang dimasukkan kedalam rok .
" Ayo " ucap Atlas berjalan sambil memakai jaketnya.
" Om jangan pakai jaket itu napa" ucap Lala yang berjalan dibelakang Atlas sambil takut-takut.
" Kenapa?" tanya Atlas berhenti berjalan setelah menuruni tangga.
" Kayak bapak-bapak" ucap Lala takut-takut.
Atlas yang lama terdiam itu akhirnya melepas jaket yang dipakainya lalu meletakkan nya diatas sofa .
" Kamu tidak suka penampilan ku ?" pertanyaan Atlas berdiri dihadapan Lala .
" Suka , tapi kalau pakai jaket itu jadi beda auranya" ucap Lala berjinjit lalu melepas dua kancing kemeja bagian atas Atlas .
" Kemejanya keluarin aja nggak usah dimasukin " ucap Lala juga menggulung lengan kemeja Atlas sampai siku agar terlihat lebih modis .
Atlas hanya diam menerima semua perlakuan Lala sambil mengulum senyum setidaknya Lala mulai peduli dengan penampilan suaminya.
............
"Om mau nongkrong atau jual beli saham sih Om ?" melongo Lala begitu mereka sampai menatap tempat yang didatangi Atlas yang katanya hanya ingin ngopi santai bersama teman .
" Ya ngopi bareng " kata Atlas memegang tangan Lala lalu membawanya masuk .
" Ternyata tempat ngopi milyarder emang beda kelas " batin Lala yang walaupun sedari kecil terlahir kaya namun belum pernah pergi ketempat bersantai semewah ini .
Atlas mengajak Lala menuju sofa lingkaran yang view nya langsung menatap suasana kota dimalam hari .
" Hai bro maaf aku sedikit terlambat " ucap Atlas menyapa lalu berpelukan bersama empat orang yang sudah duduk di sofa.
" Atlas kau membawanya ?" tanya Jhon menatap Lala yang berdiri dibelakang Atlas .
" Iya, dia ingin ikut " ucap Atlas mengajak Lala duduk .
Lala menatap Jhon yang ternyata bukan sekedar asisten Atlas tapi ternyata juga teman .
" Hai little siapa nama mu ?" tanya Daniel mengangkat sebelah alisnya.
" Lala " jawab Lala singkat .
" Lala " Mereka bertiga terlihat gemas mendengar nama Lala .
" Pesanlah makanan yang kamu inginkan" ucap Jhon memberikan buku menu pada Lala .
" Boleh pesan es Om ?" tanya Lala menatap setiap menu yang tersedia.
" Kenapa tanya saya ? tanya Atlas " ucap Jhon tersenyum melihat kepolosan Lala .
"Ehhh, boleh Om ?" tanya Lala yang diangguki Atlas dengan isyarat hanya satu .
" Lala boleh foto-foto disana?" tanya Lala menunjuk balkon .
" Pergilah tapi jangan jauh-jauh ya" ucap Atlas yang diangguki Lala karena sepertinya hanya spot foto yang membuat Lala tertarik .
" Atlas siapa Dia?" tanya Jack yang sangat penasaran karena tumben Atlas mau membawa seseorang bersamanya malah ini masih gadis kecil.
" Istriku" pernyataan Atlas terang-terangan tanpa menutupi apapun .
" Hahhh, really? Little girls" ucap Daniel sampai menutup mulut .
" Kami dijodohkan " pengakuan Atlas .
" Kau menikah tidak mengundang kami " ketus Alex merasa Atlas tidak menganggap mereka sahabat .
" Atlas dia masih gadis kecil Lo" diluar semua itu Jack malah kepikiran hubungan antara pria dewasa dengan gadis belia