Cerita ini sekuel dari Menikahi Mafia Kejam
Sebuah malam kelam mengantarkan Devi Aldiva Brodin pada malapetaka yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Kesalahan fatalnya yang menggoda sang atasan yang divonis impoten saat ia dalam keadaan mabuk berat. Dan pria itu adalah Ibra Ashford Frederick merupakan pria yang sudah beristri sekaligus atasannya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan Ibra
Theo menatap tajam Ibra yang baru saja masuk. Ia tidak menyangka jika Ibra menyembunyikan hal yang begitu besar darinya. Selama ini ia mempercayai perkataan anaknya.
"Bisa kamu jelaskan Ibra?," tanya Theo. Ingin rasanya ia memberikan bogeman pada anaknya ini. Beraninya membohonginya tentang penyakit impoten yang di derita anaknya ini.
Ibra menghela nafas beratnya, ia tidak tahu mengawali semuanya dari mana."Dad... mereka berdua memang anak kandungku," jawab Ibra dengan suara tercekat. Tatapan tajam Daddy nya membuatnya merinding.
"Hem, lalu?," tanya Theo yang ingin Ibra menjelaskan lebih detailnya.
"Kamu mengaku impoten lalu bagaimana bisa mereka itu adalah anakmu?," sambung Theo.
"Daddy percaya tidak kalau seorang pria yang mengalami impoten bisa mengalami ereksi saat disentuh oleh wanita tertentu?. Mungkin memang wanita itu yang dikirim kan Tuhan?," tanya Ibra.
"Hem...," angguk Theo.
"Itu juga yang aku alami Dad," jawab Ibra.
"Jadi kau menikahi wanita itu tanpa sepengetahuan kami kedua orangtuamu?," tanya Theo.
Ibra menggeleng kecil."Maaf Dad, aku belum menikah lagi. Dan aku--
Bugh
Sebuah pukulan mendarat di rahang tegas Ibra dan pelakunya tidak lain adalah Daddy nya sendiri yang menyebabkan sudut bibirnya pecah.
"Bukan kah kami mendidik mu dengan baik untuk tidak merusak seorang wanita?. Tidak kah kau memikirkan Mommy mu yang juga seorang wanita?," tanya Theo yang geram dengan anaknya ini. Apakah ini karma yang ia terima karena dulu juga pernah melakukan hal yang sama pada Alin sang istri. Akan tetapi selama ini ia berusaha mendidik Ibra agar tidak mengikuti jejaknya.
"Maaf Dad," jawab Ibra.
"Dan parahnya kamu sampai hari ini tidak kunjung menikahi Mommy dari anak-anakmu. Kau mau mempermainkan wanita lagi Ibra?," teriak Theo yang emosinya sudah terpantik sejak tadi.
"Bukan tidak kunjung menikahinya Dad namun setelah kejadian malam itu aku tidak kunjung menemukannya Dad. Aku sudah mengerahkan semua anak buahku untuk mencarinya tapi tidak membuahkan hasil. Dan itu dikarenakan dia mengubah identitasnya. Baru dua minggu ini aku kembali bertemu dengannya dan kedua anakku Dad," jawab Ibra.
Theo memijat pelipisnya, kepalanya berdenyut pelan. Kelakuan anaknya ini benar-benar diluar nurul."Kamu tidak berniat menikahi Mommy dari kedua anakmu?," tanya Theo. Sampai Ibra menolak menikahi wanita yang sudah memberikannya gelar ayah itu maka ia sendiri yang akan mengkebiri anaknya.
"Tentu saja Dad. Dan tadi aku baru saja mendapatkan restu dari kedua orangtuanya," jawab Ibra menahan rasa sakit di rahangnya.
"Good, sampai kau tidak menikahinya terpaksa Daddy mengkebiri mu," ucap Theo menepuk pelan pundak Ibra lalu melangkah meninggalkan ruangan itu.
Kedua mata Ibra membola dan ia bergidik ngeri membayangkan miliknya di kebiri. Bisa-bisanya Daddy-nya memberikannya ancaman seperti itu. Apakah Daddy nya tidak takut kalau ia tidak bisa lagi menambah cucu untuknya?.
****
"Mommy...," seru Zoey saat memasuki apartemennya diikuti Zion dan Alin dari belakang.
"Iya sayang. Mommy di belakang, masak," jawab Diva setengah berteriak dari arah dapur.
Zoey berlari menuju dapur menghampiri sang Mommy yang ternyata sedang memasak."Mommy masak apa?," tanya Zoey yang lupa dengan niat awalnya memanggilkan Mommy nya.
"Kesukaan anak Mommy ini. Spaghetti saus udang," jawab Devi tersenyum kecil pada sang putri sembari mengaduk masakannya.
"Mommy masak banyak kan?. Aku mau kasih Daddy juga. Mommy tahu tidak kalau Daddy juga suka spaghetti saus udang," ucap Zoey.
"Yah... sayangnya Mommy hanya masak untuk kalian berdua saja. Mommy kan tidak suka udang," jawab Devi.
"Ehem..."
Devi menoleh pada asal suara, ia sedikit terkejut melihat siapa yang datang. Ia seringkali bertemu dengan wanita paruh baya yang kini berdiri diambang pintu dapurnya saat kumpul di bersama Queen dan keluarganya.
Sama akan halnya Devi. Alin juga tidak kalah terkejutnya melihat siapa wanita yang kini berdiri tidak jauh darinya yang dipanggil Mommy oleh cucunya.
"Kamu Mommy nya anak-anak?," tanya Alin.
"Iya Aunty," jawab Devi lalu mematikan api kompornya. Ia berjalan menghampiri Alin diikuti Zoey.
Alin tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia mengenal Devi yang tidak lain adalah teman dari keponakan kesayangannya yaitu Queen. Apakah dari sana Devi mengenal anaknya?.
"Apa kabar Aunty?," tanya Devi.
"Baik," angguk Alin tersenyum kecil.
"Silahkan duduk Aunty. Maaf apartemen nya hanya seperti ini, kecil," ucap Devi mempersilahkan Alin untuk duduk.
"Iya," jawab Alin.
Devi melangkah ke belakang untuk membuatkan minuman. Ia tidak menyangka kalau Aunty Alin akan berkunjung ke sini. Sedangkan kedua orangtuanya tidak ada disini karena ada acara keluarga dari pihak Papanya.
"Silahkan duduk, Oma!," ucap Zion.
"Iya," jawab Alin lalu duduk di sofa yang ada di dekatnya.
"Maaf Aunty, adanya hanya ini," ucap Devi meletakkan teh hangat depan meja Alin.
"Tidak apa apa," jawab Alin.
"Zoey....Zion. Spaghetti nya sudah Mommy letakkan di atas meja. Sana makan dulu," ucap Devi pada Zoey dan Zion.
"Iya Mommy," angguk Zoey dan Zion bersamaan lalu melangkah menuju ruang makan.
Devi kembali menoleh pada Alin yang duduk dihadapannya. Ia tidak tahu harus membicarakan apa pada Alin. Meski sering bertemu namun ia tidak dekat dengannya.
"Sejak kapan kamu menjalin hubungan dengan anak saya?, tanya Alin menatap lurus pada Devi yang terkejut mendengar pertanyaannya.
"Saya tidak pernah menjalin hubungan dengan Pak Ibra, Aunty," jawab Devi dengan jujur. Pada kenyataannya ia tidak pernah menjalin hubungan dengan Ibra.
"Lalu bagaimana bisa kalian... maaf bisa berhubungan sehingga kamu bisa melahirkan anak kembar?," tanya Alin.
Devi sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Alin, ia tidak mungkin mengatakan aibnya pada wanita paruh baya ini."ONS, Aunty," jawab Devi terdengar hampir tercekat.
Alin mengangguk kecil. Ia tidak lagi bertanya karena melihat ketidak pahaman Devi. Ia tersenyum kecil."Kalian sudah berencana menikah kan?," tanya Alin.
Devi terdiam mendengar pertanyaan Alin. Memang Ibra sudah melamarnya akan tetapi ia belum mengiyakannya. Devi mengangguk kecil."Ya Aunty, itu kalau Aunty merestui," jawab Devi.
Ia dan Ibra sangat jauh berbeda, ia hanya anak dari pensiun Abdi negara. Sementara ibunya hanya ibu rumah tangga saja. Sedangkan Ibra, pria itu memiliki segalanya.
Alin hanya tersenyum mendengar jawaban Devi. Ia terlihat membuka cincin yang melingkar di jari manisnya lalu berpindah duduk disebelah Devi.
Dan alangkah terkejutnya Devi saat Alin memasangkannya cincin miliknya pada Devi."Tentu saja Aunty merestui mu," jawab Alin.
"Aunty ini?," tanya Devi.
"Untukmu, pakailah. Oh ya bisa Aunty bertemu dengan kedua orangtuamu?," tanya Alin mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan namun tidak kunjung melihat keberadaan kedua orang tua Devi.
"Mama sama Papa tidak tinggal disini Aunty," jawab Devi.
"Lalu kamu disini tinggal bertiga dengan anak-anak?," tanya Alin.
"Iya Aunty," jawab Devi.
...****************...
lebih tegas Daddy mu kamu Weh Weh no good 👎👎👎👎