hana, seorang gadis remaja yang tiba-tiba menikah dengan seorang mafia tampan karena desakan posisinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vatic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
baju dinas
Mendengar ucapan hana Sean langsung membalas tatapannya "Apakah kamu kira aku sudah tua? " Tanya Sean.
" Tidak,,, aku kira kamu itu berumur 40an tadi...!"
Sean tersenyum mendengar itu, dan entah mengapa dia menjadi sedikit banyak bicara sekarang.
Lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai ke mansion mewah Sean. hana tidak kaget dengan mansion yang indah seperti itu. karena selama ini dia juga tinggal di mansion. Hanya saja setelah mamanya meninggal dan papanya menikah lagi, hana lebih suka tinggal di apartemen bersama dengan pengasuhnya.
Setelah masuk pintu utama mansion itu, hana langsung di bawa oleh Sean ke ruang tengah "bawa dia ke kamar! " Kata Sean pada seorang pelayan.
Di sini hana langsung mengikuti langkah wanita berseragam pelayan , dan setelah sampai di sebuah kamar mewah, hana langsung di berikan sebuah baju ganti, yang di mana itu sangat seksi. Bahkan hana tidak tahu bagaimana cara pakainya, karena menurut dia, itu tidak pantas di sebut baju, karena bentuknya yang banyak sekali tali.
Pelayan itu tidak tahu kalau hana adalah istri tuannya,yang berarti dia adalah nyonya di mansion itu. karena pelayan yang memberikan pakaian itu mengira, kalau hana adalah wanita penghibur Sean, sama seperti wanita-wanita yang datang seperti biasanya.
" Ini apa? " Monolog hana sambil merentangkan baju yang di berikan padanya.
Sedangkan di ruang tengah , Sean dan nathan sedang berbicara serius, keduanya tampak tegang dalam membahas sesuatu.
Namun,ketika sedang serius-seriusnya, tiba-tiba pandangan Sean berpaling pada sosok hana yang keluar kamar , dan sekarang sedang berjalan ke arahnya, dengan membawa kotak pakaian tadi.
" Ada apa? " Kata Sean pada hana setelah dekat.
Nathan yang awalnya sedang berbicara serius langsung berhenti , lalu melihat ke arah pandang yang sama dengan Sean.
" Ini, ! " Kata hana sambil menjulurkan pakaian seperti tali tadi. " Ini apa? Kata kepala pelayan,,, aku di suruh pakai ini... !"
Mendengar suara hana yang begitu imut , sempat membuat nathan terhanyut untuk beberapa saat, akan tetapi hana sama sekali tidak melihat padanya. Sampai hana benar-benar memberikan baju itu pada Sean dan berdiri tepat di depannya.
"Katanya ini adalah pakaian,,,, ! Tapi bagaimana cara pakainya,? Banyak sekali tali,,, bahkan baju dalaman juga tidak seperti ini,,, iyyaaa kaaann,,, ?" Kata hana dengan menatap penuh pada Sean.
Sean sempat memandangi baju di tangannya, kemudian dia menatap pada hana yang masih menatapnya penuh.
"Apakah kamu benar-benar tidak tahu ?" Tanya Sean.
" Kalau ini baju? " Tanya hana balik.
" Hmm, " Jawab Sean.
" Ini,,!" Kaget hana yang langsung mengambil kembali baju itu, kemudian dia rentangkan kembali untuk melihatnya dengan seksama.
Tapi sampai baju itu di putar-putar, hana tetap tidak tahu . "Apakah ini benar-benar baju..?" Monolog hana. Sean tersenyum tipis melihat itu.
Sedangkan nathan yang melihat senyum tipis sean merasa sangat amazing. Melihat wajah yang biasanya tegas dan kaku, ternyata bisa tersenyum.
" Tapi aku tidak mau memakai ini,, " Kata hana lagi pada Sean dengan suara yang terdengar imut dan manja .
" Kalau begitu, biar nanti di belikan,,! " Kata Sean pada hana dengan nada yang terdengar lembut. Dan itu membuat nathan menatap kaget atas perilaku Sean pada gadis tertutup di depannya ini.
" Sekarang kembalilah ke kamarmu,,,! " Kata Sean pada hana, dan hana pun terlihat menurut. dia kembali ke kamarnya dengan membawa kembali baju itu serta bungkusnya.
Pemandangan di depannya benar-benar membuat nathan tidak bisa berkata-kata, matanya masih menatap penuh pada Sean dengan pandangan yang seolah tak percaya.
Di dalam kamar, hana melakukan kewajibannya yang tertunda. Dengan kain selimut yang membungkus tubuhnya. Dia terlihat khusyuk berdo'a pada tuhan di waktu yang hampir tengah malam ini.
Tok,,, tok,,, tok,,,
" Masuk! " Kata hana.
Beberapa orang pelayan masuk, membawakan keperluannya, seperti pakaian dan kebutuhan mak upnya. Semuanya lengkap, dan itu membuat hana sempat merasa kaget .
" Ini mau di taruh di mana nyonya? " Tanya salah seorang pelayan.
" Di sini saja,,!" Tunjuk hana pada kasurnya. "Oh yaa,,, di mana suamiku,, ? Apakah tamunya tadi sudah pergi...?" Tanya hana.
Semua pelayan yang ada di sana saling pandang. Karena dia tidak tahu siapa suami yang di maksud oleh gadis di depannya.
" Ada apa? " Tanya hana yang ikut bingung melihat wajah pelayan-pelayan itu.
" Maksud nyonya ,, tuan Sean,,,? " Tanya salah seorang pelayan.
" Sepertinya iyya,,,! " Jawab hana ragu, karena dia hanya samar mendengar nama itu ketika Sean mengucapkan ijab.
" Dia di kamarnya nyonya..! "
" Di kamarnya,,, lalu ini kamarnya siapa? " Tanya hana.
" Ini adalah kamar wanita-wanitanya tuan Sean...!"
Mendengar itu hana hanya mengangguk , dan sejujurnya dia tidak begitu paham dengan istilah wanita-wanitanya Sean. Tapi dia orang baru di sini , jadi dia tidak perlu mengorek sesuatu yang ada di sini.
Malam semakin larut dan dalam kamar yang sepi itu hana tiba-tiba terbangun karena merasakan perutnya yang lapar.
Awalnya hana merasa ragu untuk mencari makanan di mansion itu,tapi karena perutnya yang tidak lagi bisa di ajak kompromi,akhirnya dia memutuskan untuk keluar mencari makanan.
Dia berjalan di ruangan luas namun remang, untuk mencari di mana keberadaan dapur di mansion itu. tapi, karena dia tidak bisa menemukannya, akhirnya dia bertanya pada seorang penjaga ,, "Maaf tuan,,,,di mana dapur di sini ,,,? "
Penjaga yang mendengar suara imut hana langsung menatapnya penuh arti, pikirannya berkelana jauh dengan jiwa mesumnya. membayangkan bagaimana indahnya jika suara manja seperti itu mendesah. tapi hana tidak menyadarinya karena keadaan sekitar yang temaram.
" Tuan..!" Panggil hana lagi karena pelayan itu hanya diam.
Mendengar suara imut hana lagi, birahi pria itu langsung membuncah, sehingga sebuah ide muncul dalam benaknya.
" Mari saya tunjukkan..! " Katanya dengan tersenyum licik. Hana yang percaya pun langsung mengikutinya.