Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28-Rahasia Yang Terungkap
Hari berlalu, Kamar utama keluarga Albirru di malam hari selalu terasa hening, hanya cahaya lampu meja yang menerangi sebagian ruang. Malam itu, Daddy Samudra baru saja selesai dari ruang kerjanya. Bahunya sedikit tegang, pikirannya pun penuh dengan hal yang sejak beberapa waktu lalu ia simpan sendiri. Saat memasuki kamar, ia menemukan Mommy Zivana tengah duduk di depan meja rias, menyisir rambut panjangnya dengan gerakan perlahan. Pantulan wajah anggun istrinya di cermin seolah menjadi pemandangan yang menenangkan, namun kegelisahan dalam hati Samudra tak serta-merta hilang.
Dengan langkah pelan, Daddy Samudra mendekati istrinya. Ia merangkul dari belakang, lalu menyandarkan dagunya di bahu Mommy Zivana. Aroma lembut parfum istrinya menenangkan hatinya sejenak.
“Sepertinya ada yang lagi kamu pikirkan?” tanya Mommy Zivana pelan. Suaranya selalu terdengar menenangkan, seakan mampu membaca isi hati suaminya hanya dari tatapan matanya.
Daddy Samudra menghela napas panjang. “Kamu memang selalu mengertiku, Sayang.”
Mommy Zivana tersenyum tipis melalui pantulan cermin. “Jelas saja, aku kan istrimu. Jadi, ada apa, Dad?”
Daddy Samudra tidak langsung menjawab. Ia menarik tangan istrinya, mengajaknya beralih ke sofa besar yang terletak di pojok kamar. Keduanya duduk berdampingan, namun Daddy Samudra lebih banyak menunduk sambil mengusap keningnya. Mommy Zivana tahu, ketika suaminya bersikap seperti itu, berarti ada hal besar yang sedang disembunyikan.
“Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu, Mom.” Suaranya berat, namun mantap.
Mommy Zivana hanya mengangguk. “Aku mendengarkan.”
Daddy Samudra menatap istrinya, lalu berkata perlahan, “Sebenarnya… Aliya tidak menghilang.”
Kening Mommy Zivana berkerut. “Apa maksud Daddy? Bukankah selama ini Angkasa bilang Aliya pergi tanpa jejak?”
Daddy Samudra menghela napas panjang. Ia tahu pengakuan ini akan mengejutkan Mommy Zivana. “Awalnya benar, Aliya memang berniat pergi dari kehidupan Angkasa. Namun sebelum ia benar-benar jauh, anak buahku yang ditugaskan untuk mengawasi keluarga kita memberi kabar. Aku segera memerintahkan mereka untuk mengamankan Aliya dan memberinya perlindungan.”
Mata Mommy Zivana membesar. “Tunggu dulu… Jadi selama ini Daddy tahu Angkasa punya dua istri?”
Daddy Samudra mengangguk pelan. “Ya. Aku selalu mengawasi Angkasa dan Tania, dan tanpa disengaja semuanya membawaku pada Aliya. Dia gadis yang baik, Mom. Dia tidak pernah berniat merebut Angkasa. Justru Tania yang menyeret Aliya masuk ke lingkaran masalah rumah tangga mereka dengan segala kelicikannya.”
Daddy Samudra berhenti sejenak, lalu melanjutkan. “Setelah aku mengetahui bahwa Aliya hamil, dokter keluarga kita memastikan hal itu. Aku tak bisa tinggal diam. Aku langsung mengatur pengawasan ekstra dan memastikan ia mendapat perlindungan. Aku tidak ingin ada hal buruk menimpa dia dan calon pewaris keluarga kita.”
Mommy Zivana menutup mulutnya dengan tangan, sulit mempercayai apa yang ia dengar. “Lalu… kenapa Daddy tidak memberitahu Angkasa? Bukankah itu akan membuat semuanya lebih mudah?”
Daddy Samudra menatap dalam mata istrinya. “Aku ingin melihat sejauh mana kesungguhan Angkasa. Apa dia benar mencintai gadis itu, atau hanya ingin anaknya saja. Aku butuh bukti, Mom. Dan sekarang… aku sudah melihat sendiri. Angkasa hancur, remuk. Dia berusaha mati-matian memperbaiki semuanya. Kesungguhan itu akhirnya terlihat jelas.”
Keheningan melingkupi kamar. Mommy Zivana menunduk, mencerna semua yang dikatakan suaminya. Lalu dengan suara lembut, ia berkata, “Dad… Mommy ingin bertemu dengan Aliya sebelum Angkasa yang bertemu. Bisa kan?”
Daddy Samudra tersenyum tipis, seolah lega mendengar permintaan itu. “Itu memang rencanaku, Honey. Aku ingin kamu yang lebih dulu menemuinya. Aku yakin dia butuh kehangatan seorang ibu.”
Keesokan harinya, udara pagi begitu segar. Daddy Samudra dan Mommy Zivana sudah bersiap untuk perjalanan panjang. Mereka tidak memberitahu siapapun, bahkan Angkasa. Semua harus tetap menjadi rahasia untuk sementara waktu. Mobil hitam keluarga meluncur meninggalkan rumah utama, menuju sebuah villa keluarga di kawasan puncak yang sudah dipersiapkan dengan pengamanan ketat.
Di dalam mobil, Mommy Zivana duduk tenang, tapi jantungnya berdegup cepat. Ada perasaan gugup yang tak bisa ia sembunyikan. “Aku tak tahu harus berkata apa saat bertemu dengannya nanti, Dad.”
Daddy Samudra menggenggam tangan istrinya. “Kamu hanya perlu jadi dirimu sendiri. Aliya butuh pelukan, bukan penghakiman.”
Perjalanan memakan waktu hampir dua jam. Jalanan menanjak, udara semakin sejuk, dan kabut tipis mulai menyelimuti. Hingga akhirnya mobil memasuki halaman luas sebuah villa megah yang dikelilingi pepohonan rindang. Villa itu berdiri kokoh, sekaligus hangat, dengan pemandangan pegunungan yang menenangkan.
Sementara itu, di dalam villa, Aliya sedang duduk di kursi rotan dekat jendela besar. Buku tentang kehamilan terbuka di pangkuannya. Sesekali tangannya mengelus perut yang sudah membuncit, tanda usia kehamilannya memasuki bulan kelima. Ada cahaya baru di wajahnya, meski rasa rindu dan sepi masih sering menyergap di malam hari.
Selama ini, Aliya tidak tahu siapa yang membawanya ke villa. Semua pelayan, tukang kebun, dan bodyguard hanya menjawab dengan kalimat yang sama: “Semua ini demi kebaikan Nyonya Aliya.” Awalnya ia takut, tapi lama-kelamaan, perhatian dan ketulusan yang ia terima membuatnya merasa cukup aman.
“Nyonya Aliya.” Suara lembut terdengar. Seorang pelayan wanita yang selalu menemaninya, sosok yang sudah seperti sahabat, berdiri di dekat pintu.
Aliya menoleh dan tersenyum. “Iya, Mbak.”
“Ada tamu untuk Nyonya. Mereka ingin bertemu dengan Nyonya.”
Aliya terkejut. “Tamu?” Sudah berbulan-bulan ia menunggu seseorang datang menemuinya. Rasa harapannya sempat pudar, namun kini kata ‘tamu’ membuat jantungnya berdetak lebih cepat. “Siapa, Mbak?”
Pelayan itu hanya tersenyum. “Mari, saya antar.”
Dengan hati-hati, Aliya berdiri. Gaun hamil yang nyaman membalut tubuhnya, menambah aura cantik alami yang semakin terpancar. Tangannya sesekali mengelus perut, memberi kekuatan pada dirinya sendiri.
Langkahnya terhenti ketika memasuki ruang tamu besar. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Di hadapannya berdiri sepasang suami-istri yang sangat ia kenali.
“Nyonya Zivana… Tuan Samudra.” lirih Aliya dengan suara bergetar.
Udara seakan berhenti bergerak. Tatapan penuh emosi bertemu dalam diam. Pertemuan pertama itu menyimpan begitu banyak rasa—kejut, haru, dan tanda tanya besar.
jangan lengah,ntar kejadian lagi Aliya hilang
gak jauh jauh dari semesta kan kk Thor 😆...
udah 4 bulan ya dad 🤣🤣🤣