"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Om Seno pamit pulang setelah makan malam di Mansion Opa Narendra bersama Sandra, Revano dan tentunya Opa Narendra.
Om Seno sempat menolak, sungkan sepertinya, bagaimanapun Ia adalah orang luar bukan keluarga, namun kehangatan dan keramahan Opa Narendra membuat Om Seno akhirnya menerima ajakan makan malam.
"Vano, ajak Sandra istirahat. Jangan sampai Cucu dan Cicit Opa capek." Nada ancaman namun terasa hangat dihati Sandra mendapat perhatian besar dari Opa Suaminya itu.
"Iya Opa. Astaga! Opa kenapa semakin bawel saja! Aku Suaminya padahal."
"Opa kadang belum percaya padamu Vano, Opa takut jiwa Playboymu kambuh! Awas saja kalau benar! Semua aset milikmu akan Opa Alihkan atas nama Sandra dan Cicit Opa nanti!"
"Luar biasa sekali Tuan Narendra kalau soal mengancam. Ngeri!"
Sandra hanya bisa geleng kepala saja. Melihat bagaimana keseharian Opa dan Revano, ada rasa iri, kapan Ia bisa seperti itu lagi dengan Papanya.
Mengingat sampai kini Papa Armando masih betah tertidur dalam pusaran mimpi panjang. Entah apa yang sedang ada dalam alam bawah sadar Papa Armando hingga betah sekali memejamkan mata.
"San, besok sebaiknya istirahatlah dulu. Urusan A Corp ada Seno, dan Revano biarkan Ia cari uang yang banyak agar bisa menjadi Suami yang bertanggung jawab! Tapi harus tetap ingat Istri Kamu Vano!"
"Gak pake ancaman berapa ya Tuan Besar," Ledek Revano.
"Nih anak! Astaga Sandra, nasibmu kurang beruntung punya Suami model Dia Nak, untung masih ada Opa, tenang Opa bakal gembleng Si Playboy satu ini agar tobatan nasuha!"
"Astaga! Cucu sendiri ternistakan! Opa memang benar-benar!"
"Opa sama Mas Vano mau sampai kapan nih ributnya? Kalian berdua itu lucu! Seru! Sandra beruntung bisa ada ditengah-tengah Kalian." Senyuman Sandra namun disertai setitik air mata disudut membuat Opa Narendra dan Revano Reflek memeluk Sandra.
"Ih! Opa ngapain ikutan! Makanya kawin lagi! Biar bisa peluk Istri sendiri!"
"Sembarangan Kamu Vano! Opa gak kayak Kamu ya! Kamu sih Ayam dibedakin juga ditaksir!"
"Gak Sayang! Opa bohong!"
"Mau Opa buka kartumu satu-satu?"
"Sumpah! Ampun Suhu! Sayang, tapi Mas sudah gak nakal kok! Beneran!" Revano memberikan dua jari tanda berjanji.
"Tenang Sandra, kalo Si Playboy ini kambuh, nakal lagi, Opa sendiri yang akan bawa dia ketukang sunat! Jangan pake laser, pake golok sekalian, habisin!"
Revano meringis ngilu. Apa Opa bilang? Senjata pamungkas yang sudah tokcer menghasilkan Cicit buat Opa mau ditebas pake golok? Alamak! Bisa-bisa alamat tak ada perkembangbiakan selanjutnya Revano dengan Sandra.
"Kejamnya Opaku! Cocok tuh buat judul Sinetron! Kalau gak Ratapan Cucu Teraniaya!"
"Mas, drama banget! Perasaan dulu Kamu cool banget deh!"
"Aslinya memang begitu Sandra, Opa aja suka mikir kayaknya dulu Revano ketuker deh waktu di Rumah Sakit, kayaknya Opa harus cek." Opa Narendra memang paling suka menggoda Revano.
"Astaga! Drama apa lagi kali ini, Cucuku bukan Cucuku! Ish! Opa kebanyakan baca novel online nih! Jadi halu!"
"Ya, kenapa memangnya? Opa sudah pensiun. Menikmati hidup! Apalagi sebentar lagi punya Cicit, ah senangnya hati Opa."
"Ayo Sayang kayaknya Kita mending masuk kamar deh, sayang-sayangan terus biarin Opa nelangsa jadi jomblo disini!"
"Bener-bener ya!"
Revano sudah menggendong Sandra, segera masuk lift menuju kamar Mereka.
Dalam diamnya Opa Revano tersenyum. Bahagia bisa melihat Revano kembali seperti dulu lagi. Memang aslinya Revano suka jahil namun banyak peristiwa membuat Revano seperti belakangan, kaku, kejam dan pendiam.
Perlahan, Opa Narendra melihat Revano mulai kembali seperti dulu dan Opa Narendra sangat bersyukur akan hal itu. "Semua berkat Sandra. Terima kasih Sandra,"
"Mas, berat. Turunin aja Akunya." Sandra meminta diturunkan, tapi Revano menggeleng.
Revano menggendong Sandra ala bridal hingga kamar Mereka. Setelah Revano mendekatkan sidik jarinya pintu terbuka.
Dengan perlahan, Revano meletakkan Sandra di ranjang besar dengan begitu hati-hati, bagai kaca yang takut pecah, Revano memperlakukan Sandra dengan lembut.
Saat Revano hendak bangkit, Sandra menahan lengan Revano,
"Ada apa Sayang? Kamu mau sesuatu?" Revano khawatir Sandra merasakan sesuatu yang tak nyaman.
Gelengan kepala Sandra, sambil tersenyum, "Makasi,"
Senyum Sandra menular, "Mas mau mandi, Kamu mau ikut?" Revano hanya bercanda. Masih ingat pesan Dokter bahwa Sandra masih berada di trimester pertama. Revano pun tak mau gegabah. Cukup sekali Ia melakukan kesalahan dan hadirnya buah hati Mereka akan Revano jaga dengan sepenuh hati.
Revano mengecup lama kening Sandra. Bibir hangat Revano menyentuh relung hati Sandra. Bisa dirasakan ketulusan dan rasa melindungi oleh Sandra dari setiap perlakuan Revano.
"Mas mandi dulu, kalau mau sesuatu tunggu Mas selesai mandi, tak akan lama. Kecuali mandinya bareng Kamu, bisa gak kelar-kelar," Sambil mengedipkan mata Revano menggoda Sandra.
Revano segera masuk ke kamar mandi, bayangan Revano yang kini berada dalam kamar mandi masih menjadi perhatian Sandra.
"Dia bisa semanis itu. Padahal dulu sangat menyebalkan."
Sandra mengambil ponsel dan melihat-lihat sosial media miliknya. Tak sengaja diakun Toktok yang sedang Sandra buka ada video yang bahkan sudah FYP, Sandra memutar video tersebut.
"Astaga! Apa benar?" Sandra kembali memutar ulang video itu dan Sandra yakin bahwa orang yang ada dalam Video itu cukup Ia kenal.
Sandra terlalu fokus hingga tak sadar Revano sudah keluar dari kamar mandi.
"Sayang, Kamu lihat apa?"
Sandra padahal sudah sering melihat Revano dalam keadaan hanya memakai handuk dari pinggang hingga lutut, namun masih saja rasa canggung tak bisa Sandra tutupi.
Melihat wajah memerah Sandra, Sasaran empuk bagi Revano menggoda Istrinya itu, sengaja betul, Revano malah lama sekali mengeringkan rambut masih dengan setengah telanjang.
"Kalau mau pegang, boleh kok, Mas sih seneng banget malah!"
Sandra ketahuan memperhatikan Revano begitu lekat. Malu! Tapi ya sudahlah!
"Pake baju Mas! Nanti masuk angin!"
"Mas gak bakal masuk angin, justru kalau Kamu kemasukan Mas, nah itu jadinya," Revano dengan gerakan membentuk perut hamil sambil melirik kearah perut Sandra.
"Astaga! Asal banget kalo ngomong!"
"Terbukti Sayang," Revano sudah memakai kaos putih dan celana pendek, kini bergabung dengan Sandra di ranjang besar Mereka.
"Buktinya sekali tembak langsung jadi. Mas bangga sekali!"
"Mas, inget perbuatan Kita yang lalu gak patut dijadikan kebanggaan. Justru Aku masih merasa berdosa. Tapi Aku gak pernah menyesal mengandung anak Kita."
Revano tergugu. Benar apa yang Sandra katakan. Perbuatannya memang tidak dibenarkan, tapi anak yang ada dalam kandungan Sandra tidak berdosa. Ia suci bahkan anugrah terindah bagi kedua orang tuanya.
Revano mengambil kedua tangan Sandra, mengecupnya perlahan dan lama. "Sayang, Maafkan atas segala kesalahan yang Mas lakukan sama Kamu. Mas janji akan selalu menjaga Kamu dan anak Kita. Mas akan selalu menjadi garda terdepan untuk Kalian. Jangan tinggalin Mas ya Sayang, apapun yang terjadi, Kita harus saling menguatkan."