NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:774
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Aku Gak Mau Kamu Salah Paham

Pintu kafe berbunyi pelan saat Vivian masuk dengan langkah limbung. Matanya kosong, rambut sedikit berantakan, dan tas kerjanya nyaris terjatuh dari genggamannya.

"Vi?" Panggil Zeke yang sedang membersihkan mesin espresso langsung meletakkan lapnya. "Kamu kenapa?, Kaya zombie gitu?."

Vivian hanya menggeleng lemas, lalu menjatuhkan diri di kursi favoritnya, kursi dekat jendela yang selalu ditempati Mocca, si kucing hitam gembul yang sekarang menjadi penjaga kafe. Kucing itu mengeluarkan suara kesal "meong!" sebelum pindah ke pangkuan Vivian.

Mini-Vivi muncul di atas meja, wajah pucat dengan mata berkunang-kunang. " KANTOR... DIPENUHI MAHKLUK PENIKMAT GOSIP ITU...BAGAI NERAKA... ..."

Zeke mengerutkan kening. Dengan cepat, ia menyiapkan:

- 1 Gelas kopi spesial Vivian extra caramel plus es yang banyak.

- 1 slice red velvet cake, dengan potongan lebih besar dari biasanya.

- 1 mangkuk kecil whipped cream untuk Mocca.

"Nih, obat stres khusus buat kamu," ujarnya sambil menyerahkan kopi itu pada Vivian lalu meletakkan red Velvet didepan Vivian dan whipped cream di letakkan dilantai dibawah kursi untuk Mocca, lalu duduk tepat disamping Vivi.

Vivian memegang cangkir dengan kedua tangan, menghirup aromanya dalam-dalam

"Aku dikira pacaran sama Bos, Zek," keluhnya, suara parau. Belum menyadari kedekatan Zeke yang duduk disampingnya.

"Sekarang seisi kantor ngiranya kami mau nikah. Divisi marketing sampai kasih aku... lingerie buat hadiah!"

" Pacaran?. Menikah?. Kamu sama bos mu... Lingerie?!."

Mini-Vivi tiba tiba meloncat loncat panik. " MULUT MU VI!!. KENAPA CERITA KE ZEKE!!. GIMANA KALAU DIA SALAH PAHAM!!."

Vivi yang sadar dia keceplosan berbalik ke arah Zeke yang duduk sangat dekat disampingnya. Menarik kembali semua kata katanya. "Eh, tunggu...!" Tangannya terangkat, wajahnya merah padam. "Aku...aku bukan pacaran sama dia! Beneran! Itu cuma gosip kantor yang keterlaluan! Aku gak ada apa-apa sama Nathanael, sumpah!"

Kata-katanya meluncur cepat, hampir tanpa jeda, seperti takut Zeke akan hilang sebelum dia selesai menjelaskan. Bibirnya gemetar, telapak tangannya berkeringat.

Padahal, di kantor, saat dihujani pertanyaan Mia dan teman-teman, dia cuma bisa menjelaskan sebisanya dengan sedikit kesal. Tapi di depan Zeke?, Dunia terasa mau kiamat kalau dia salah paham.

Zeke mengamatinya dengan ekspresi datar sampai akhirnya, dia tertawa. Suaranya hangat dan dalam, seperti biasa.

"Vivi, santai," Ujarnya, menyentuh bahunya dengan lembut. "Aku percaya kok sama kamu."

Vivian mengerutkan kening masih khawatir. "B-Beneran?."

Zeke mendekat perlahan, matanya berbinar seperti api yang menari-nari dalam gelap—hangat, menggoda. Senyumnya mengembang, seolah tahu betapa Vivian mulai kehilangan oksigen hanya karena kehadirannya.

"Vi..." Suaranya rendah, serak, seperti gesekan kasar yang sengaja digoreskan di atas kulit.

Vivian terkunci dalam pandangannya, tidak bisa bergerak, tidak bisa berpaling. Dia bisa merasakan hembusan napas Zeke yang hangat menyapu permukaan wajahnya, membuat bulu-bulu halus di lehernya merinding.

Aroma kopi dan kayu manis yang selalu melekat pada Zeke, sekarang terasa lebih pekat, lebih memabukkan.

Jarak antara bibir mereka yang tinggal beberapa inci, cukup untuk membuat imajinasinya berkobar liar.

"Kamu tadi bilang... gak ada apa-apa sama dia, kan?" Zeke mengulurkan kata-katanya dengan sengaja, seperti kucing yang bermain dengan mangsanya sebelum menerkam.

Vivian hanya bisa mengangguk lemas, lidahnya terasa kaku. Dada sesak, jantung berdegup kencang seolah ingin kabur dari sangkar tulang rusuknya.

Zeke tertawa pendek, suara yang dalam dan menggema."Good."

Dan ketika dia akhirnya menarik diri terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, Vivian nyaris mengikuti nya. Seperti magnet yang terus menariknya untuk terus mendekat.

Mini-Vivi terduduk lemas di bahu Vivian bergumam. " APA ITU TADI?. APA ITU TADI?. DIA BENAR BENAR TAHU GIMANA BUAT KITA TIDAK BISA TIDUR MALAM INI."

Vivian perlahan kembali bisa bernafas. Tapi kemudian, Zeke kembali mencondongkan badan, senyum menggoda itu masih terpampang di wajah tampan nya

"Tapi..."

Vivian menegang lagi.

"Kamu harus traktir aku makan sebulan kalau ternyata kamu bohong," Godanya, matanya kembali berkedip.

Lalu dengan santainya seolah tidak terjadi apa apa mengacak-acak rambut Vivian sebelum kembali ke mesin kopinya untuk melayani pelanggan yang baru datang.

Jantung Vivian masih berdebar hebat. Tapi sekarang bukan karena panik.

Tapi apa yang baru saja dilakukan Zeke yang bikin perasaannya campur aduk, antara senang dan penuh harap.

Zeke setelah selesai melayani pelanggan kembali ke meja Vivi dengan lembar brosur yang ia keluarkan dari balik counter. " Aku mau kasih ini sama kamu." Katanya sambil menyerahkan brosur itu pada Vivian. " Besok ada pertandingan Rugby amal. Aku main. Kamu datang ya, biar jadi semangat aku main." Ujarnya yang lagi lagi mengembangkan senyuman menggoda itu.

Vivian yang masih terbawa suasan ambigu tadi hanya diam terpesona dengan Zeke yang bersandar di meja. Badan kekarnya menghalangi sorot cahaya lampu dari jalanan. Tangan Vivian sudah menggenggam brosur dari Zeke. Kemudian mengangguk.

Mocca mengeluarkan suara "meong" setuju.

Mini-Vivi yang sedari tadi diam tiba-tiba bersemangat. " RUGBY! OTOT! KERINGAT! ZEKE PAKAI JERSEY RUGBY! YES! AKU SUKA IDE INI! "

Vivian terpengaruh oleh semangat menggebu Mini-Vivi tanpa sadar membayangkan Zeke dengan rambut yang basah oleh keringat, lengan berotot yang penuh tato, dan senyum cerah secerah matahari pagi.

"Oke," Sekali lagi dia mengangguk. "Tapi janji gak boleh cedera lagi." Ucapnya melihat bekas luka di pelipis Zeke yang belum sepenuhnya pudar.

Zeke tertawa, mengacungkan jari kelingking.

"Deal." Vivi mengaitkan kelingkingnya yang lebih kecil ke kelingking besar Zeke.

______

Esok paginya dengan semangat menggebu Vivian mulai memburu Mia dan menemukan temannya itu habis keluar dari toilet dan langsung menyeret nya kembali kedalam toilet yang sepi, matanya menyala seperti detective yang baru menemukan petunjuk baru.

"Mia," desisnya, suara rendah tapi penuh tekanan, "kamu tahu siapa yang menyebar gosip konyol tentang aku dan Pak Nathanael?"

"H-Hah? Siapa? Aku juga penasaran nih..." Mia toleh kanan kiri pura pura gak tahu.

"JANGAN BERAKTING!" Vivian menggebrak pintu, membuat beberapa rekan lain yang mengurus make up-nya menoleh. "Aku dapat bocoran dari HRD. Kamu tahu kan mereka devisi yang paling gak bisa jaga rahasia."

Mini-Vivi muncul di atas wastafel mengenakan jubah hakim kecil: " TERSANGKA! BERSIAPLAH UNTUK DIVONIS!"

Mia menggeliat. "Oke, oke! Aku hanya... sedikit berasumsi! Kalian memang terlihat manis bersama..."

"ASUMSI?!" Vivian mengacungkan bukti cetakan email. "Kamu sampai bikin PowerPoint presentasi berjudul 'Jalan Menuju Pernikahan Vi-Nath'? DENGAN BAGAN WAKTU? DAN ESTIMASI BIAYA RESEPSI?!"

" Tapi kalian udah nge date bersama berulang kali!!." Mia melakukan pembelaan.

" Itu bukan alasan buat nyebar gosip kita jadian!!. Bahkan bilang kalau kita bakal nikah!!"

" Yah, bagaiman lagi. Kantor tanpa drama romansa itu membosankan." Ujar Mia tanpa rasa bersalah.

Vivian mendengus menyilangkan tangan. "Kamu akan menebus ini. Besok, kamu kamu nemenin aku nonton pertandingan rugby Zeke."

Mia mengerutkan hidung. "Ew, rugby? Itu kan olahraga brutal penuh keringat dan..."

"PAMER OTOT, JERSEY KETAT PENUH KERINGAT!!. " potong Vivian dengan senyum manis beracun.

Mia terdiam, lalu perlahan... tersenyum. "Oke, deal. Tapi aku bawa popcorn ya."

Mini-Vivi menggeleng. " KOK MALAH SENENG SIH? INI HARUSNYA HUKUMAN!."

" Kapan jadwal tandingnya?." Tanya Mia. Vivian meyerahkan brosur yang dia simpan di tasnya.

Saat Mia melihat brosur pertandingan yang Vivian tunjukkan, matanya tiba-tiba berbinar.

"Wait, ini event 'Rugby for Hope'? Proyek kolaborasi perusahaan dengan yayasan kanker anak?"

Vivian membeku. "Apa?"

Mia mengacungkan brosur. "Ini proyek rahasia tim CSR untuk ulang tahun perusahaan. Acara utama meet-and-greet dengan pemain rugby nasional sebelum pertandingan plus dinner dengan direksi." Matanya berkedip. "Dan tebak siapa yang jadi ketua panitia? Pak Nathanael sendiri."

Vivian pucat.

"Jadi maksudmu..."

"Yap," Mia menyeringai. " Jika Zeke bermain besok, maka dia dan calon suamimu akan bertemu di satu panggung. With you di tengah-tengah."

Mini-Vivi terjatuh pingsan dengan efek suara seperti cicak yang jatuh dari dinding.

"PLAK!"

Dan Vivian yang gemetar berkata. " Mia. Aku rasa aku memilih jadi bayangan aja pas acara nanti."

Tapi sayangnya permohonan nya itu tidak terwujud.

_______

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!