Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Sudah dibantu malah Menyalahkan
Begitu Tasya di bawa masuk ke unit gawat darurat. Riko menghampiri Paula dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Nona muda..."
"Panggil nyonya, Riko!" sela Paula.
Riko segera mengangguk hormat. Dia tadinya berpikir, karena di tempat itu hanya ada dia dan Paula. Dia bisa memanggilnya nona muda seperti di kota A.
"Seperti yang Nyonya perintahkan. Aku memberikan informasi yang sangat minim. Bahkan tidak menyertakan deposit!"
Paula mengangguk.
"Bagus, sekarang cari tempat istirahat. Hoaammm... aku mengantuk!"
"Nyonya bisa ke ruangan VVIP. Aku sudah pesan kamarnya, aku akan tunjukkan pada nyonya!" kata Riko mempersilahkan Paula.
Paula mengangguk dan mengikuti langkah Riko.
Sementara itu di dalam ruangan unit gawat darurat. Dokter sudah membalut luka bakar di tangan dan kaki Tasya.
"Kenapa aku tidak di pindahkan ke ruangan rawat?" tanya Tasya.
Berada di ruangan unit gawat darurat tentu saja tidak nyaman. Selain tempat tidurnya memang sangat sempit. Karena hal itu untuk mempermudah dokter melakukan tindakan. Juga ada beberapa orang yang sedang di tangani. Benar-benar tidak nyaman.
"Pihak keluarga belum mengurus ruangan rawatnya, nona" jawab salah seorang perawat.
"Apa maksudnya? bukannya tadi sudah di utus satpam dan wanita bodohh itu!"
Bahkan di depan orang lain, di depan seorang perawat rumah sakit. Tasya tidak ada canggungnya merendahkan Alisa.
"Iya, tapi mereka sudah pergi!"
"Pergi kemana?" tanya Tasya.
"Katanya mau cari suaminya, katanya dia tidak membawa uang. Kebetulan suaminya ada di rumah sakit ini. Jadi, dia mau cari. Seperti itu yang dikatakan nyonya di depan tadi!" jelas perawat itu pada Tasya.
"Dasar bodohh! kalau tidak bawa uang kenapa tidak telepon... bisa pinjamkan aku ponsel? aku mau hubungi kakakku!" kata Tasya.
Perawat itu pergi sebentar, dan kembali memberikan ponselnya pada Tasya. Tak berapa lama, selang 15 sampai hampir 20 menit. Terdengar langkah kaki dari dua orang bergegas ke ruangan dimana Tasya berada.
"Tasya!"
Wajah Berta yang masih sembab, semakin tidak terlihat baik ketika melihat tangan dan kaki anak keduanya itu di balut perban.
"Apa yang terjadi padamu?" mata Berta sudah kembali berkaca-kaca.
"Kakak, aku mau pindah ke ruang rawat!" kata Tasya.
Mark menghela nafas panjang, dan segera mengangguk dengan cepat. Dia pun menghubungi Anggun, dan minta asisten pribadinya itu mengurus semuanya.
"Bagaimana kamu bisa seperti ini?" tanya Mark yang cukup terkejut, dan sebenarnya sedih sekali.
Kedua adiknya yang dia jaga dengan sangat baik sejak kecil, sejak ayahnya tiada. Keduanya terluka dan masuk rumah sakit. Tentu saja sebagai kakak, ada rasa sesak penuh dengan perasaan bersalah pada kedua adiknya itu. Karena tidak bisa menjaga mereka tetap baik-baik saja.
Dan Tasya, dia tidak mungkin melepaskan kesempatan untuk mengadukan pada kakaknya, apa yang sudah dilakukan oleh Alisa padanya.
"Kakak, wanita gelandangan itu yang membuatku seperti ini. Dia membuat tanganku terbakar dengan setrika, dan dia juga dengan sengaja menyiapkan air panas, sampai tanganku terluka semakin parah, kakiku juga!" keluh Tasya.
Berta yang mendekati aduan anaknya itu menjadi sangat marah. Wajahnya terlihat bengis, dan segera saja wanita tua itu memaki Alisa.
"Aku sudah kukatakan dari dulu Mark, dia itu hanya membawa masalah. Lihat apa yang sudah dia lakukan pada Rena, sekarang pada Tasya. Kamu harus balaskan rasa sakit kedua adikmu ini Mark. Atau ayahmu tidak akan tenang disana"
Berta sangat pandai membuat Mark merasa emosional.
"Dimana Alisa?" tanya Mark.
"Wanita bodohh itu katanya mencari kakak dengan satpam yang baru itu. Dia tidak bawa uang, bahkan mengurus administrasi saja dia tidak bisa. Dia benar-benar tidak berguna kakak!"
Tasya terlihat marah. Setelah di pindahkan ke ruang rawat. Mark keluar dari ruangan yang memang sengaja di atur bersebelahan dengan Rena. Supaya Berta bisa menjaga kedua anaknya itu, dan tidak terlalu harus berjalan jauh.
"Ibu, aku akan cari Alisa!" kata Mark pada ibunya.
"Untuk apa kamu cari dia! paling dia sudah pulang!" kata Berta.
Mark berpikir, istrinya itu pergi dengan satpam yang membawa mobil. Mungkin apa yang dikatakan ibunya masuk akal.
"Benar Mark, paling dia sudah pulang. Sebaiknya kita pulang saja, kamu harus istirahat. Besok kamu harus bekerja!' kata Karina dengan lembut.
Berta menoleh ke Karina.
"Iya Karina benar, Karina juga biar istirahat malam ini. Besok dia harus gantikan ibu!"
'Heh, menyebalkan sekali. Kenapa sih orang-orang ini harus masuk rumah sakit. Menyebalkan, aku kan jadi harus repot!' batin Karina.
Namun, meski dalam hatinya membatin seperti itu. Tetap saja wajahnya terlihat tersenyum tulus.
"Iya bibi, aku akan datang pagi-pagi dengan membawa sarapan!" kata Karina.
Wanita itu sungguh lain di mulut lain di hati.
"Baiklah, aku pulang dulu ibu. Kalau ada apapun, telepon saja!" kata Mark.
Dan begitu Mark sampai di rumah. Karina juga langsung istirahat di kamar utama. Sementara Mark segera berjalan ke arah belakang.
"Mark, kamu mau kemana? kamarmu..."
"Aku akan lihat, apa Alisa sudah sampai di rumah atau belum"
"Dia pasti sudah tidur!" kata Karina.
"Kamu istirahat saja Karina. Besok kamu juga harus gantikan ibu menjaga Rena!" ujar Mark yang tetap melangkah ke arah pintu belakang.
Mark mengetuk pintu kamar Alisa beberapa kali. Seperti yang sudah disepakati, Mark tidak boleh asal masuk sembarangan ke kamar Alisa aka Paula.
Tok tok tok
"Alisa!"
"Alisa"
Tok tok tok
Beberapa kali dia mengetuk dan memanggil. Tetap tidak terdengar ada gerakan dan suara dari dalam kamar. Mungkin kata ibunya dan Karina benar. Alisa sudah tidur.
Mark pun membuka pintu itu, tapi ternyata tidak ada siapapun disana. Mark bergegas menuju ke pos security.
Dan Mark tambah terkejut, Riko sudah ada di sana.
"Riko, dimana nyonya?" tanya Mark pada Riko.
"Tuan, tuan sudah pulang. Nyonya masih di rumah sakit. Nyonya bilang akan mencari tuan, dia tidak bawa uang. Sementara nona Tasya..."
"Kenapa kamu tinggalkan dia di rumah sakit?" tanya Mark dengan nada tinggi menyela Riko.
"Nyonya dan aku sudah mencari tuan cukup lama. Tapi kamu tidak menemukan tuan, kata nyonya dia memintaku pulang. Kalau-kalau tuan sudah pulang. Jadi, dia ingin aku katakan pada tuan. Kalau nona Tasya juga masuk ke rumah sakit" jelas Riko.
Ucapan Riko itu memang berpihak pada Alisa. Dan itu membuat Mark tak habis pikir.
"Bodohh sekali dia! kamu tinggalkan uang untuknya tidak?" tanya Mark.
"Aku juga tidak bawa uang tuan!" jawab Riko.
Mark mendengus kesal. Pada akhirnya dia kembali menuju ke arah mobilnya.
"Wanita ini, kenapa dia bodohh sekali!" gumam Mark sambil mengendarai mobilnya untuk kembali ke rumah sakit.
***
Bersambung...