Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 25
Selepas subuh Salman biasanya berolah raga, agar badannya terasa lebih segar. Namun, pagi ini dia terasa begitu malas. Bahkan, dia merasa begitu lapar karena tadi malam tak sempat makan malam.
Pria itu dua hari ini begitu memperhatikan istrinya, sampai-sampai pria itu tidak ingat untuk mengurus dirinya sendiri. Pagi ini perut dia merasa lapar sekali, alhasil dia memutuskan untuk pergi ke dapur.
"Makan mie pake cabe yang banyak enak kayaknya," ujar Salman.
Saat Salman hendak masuk ke dapur, dia merasa heran karena ada Syahdan di sana. Padahal biasanya Syahdan akan pulang ke rumah ketika pukul tujuh pagi,dia merasa heran karena kini dia melihat Syahdan yang sedang berdua dengan bi Midah.
Keduanya terlihat begitu dekat sekali, mereka mengobrol dengan begitu serius. Sampai-sampai keduanya tidak menyadari kedatangan dari Salman.
"Kenapa mereka terlihat begitu dekat?"
Salman yang merasa begitu kepo akhirnya mendekat ke keduanya, dia bersembunyi di balik rak penyimpanan stok makanan. Tentunya hal itu dia lakukan agar bisa menguping pembicaraan antara bi Midah dan juga Syahdan.
"Bagaimana dengan usaha pengalihan harta milik Salman yang ada di kampung ini? Aman?"
"Dikit lagi, Bu. Semua aset milik pria itu akan segera dialihkan atas namaku, semua surat sudah dibuat. Tinggal minta tanda tangan dia doang, kalau sudah dapat pasti dia akan jadi orang miskin. Dia akan merasakan yang namanya tidak punya harta sama sekali," jawab Syahdan.
Deg!
Salman begitu kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Syahdan, dia juga lebih kaget saat mendengar Syahdan memanggil bi Midah dengan sebutan ibu. Setahunya Syahdan itu besar di panti asuhan, lalu bagaimana ceritanya Syahdan bisa menjadi anak dari pembantunya sendiri.
Salman terdiam sambil mengingat-ingat kapan bi Midah datang ke rumahnya melamar menjadi pembantu, ternyata setelah diingat-ingat setelah satu hari bi Midah datang ke rumahnya untuk melamar sebagai pembantu, keesokan harinya Syahdan datang ke kantornya untuk meminta pekerjaan.
'Ya Allah, kenapa aku baru sadar? Tapi, apa motifnya Syahdan ingin menghancurkan aku dan ingin mengalihkan semua aset milikku atas namanya?'
Salman bertanya-tanya di dalam hati, tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Pria itu terdiam karena masih ingin mendengar apa yang akan diobrolkan oleh keduanya.
"Ingat loh, Nak. Kamu harus main bersih, harus seperti dulu bisa membuat dia bangkrut tanpa ketahuan kamu pelakunya. Karena apa yang menjadi miliknya, itu juga merupakan hak kamu."
Pikiran Salman semakin ruwet saja mendengar apa yang dikatakan oleh bi Midah, dia merasa tidak ada hubungan apa pun dengan Syahdan ataupun bi Midah, lalu kenapa wanita itu berkata kalau yang menjadi miliknya merupakan milik Syahdan juga?
"Siap, Bu. Aku pasti akan melakukannya dengan baik, semua harta yang diberikan oleh pria itu kepada Salman harus kita ambil kembali. Jangan mentang-mentang dia anak sah berhak mendapatkan semuanya, walaupun aku anak dari hasil perkawinan siri, tetapi aku tetap harus mendapatkan warisan dari pria sialan itu."
Salman begitu kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Syahdan, jika pria itu berkata demikian, itu artinya bi Midah adalah istri siri ayahnya. Sedangkan Syahdan adalah adik tirinya.
Dia tidak menyangka kalau ayahnya yang begitu baik ternyata memiliki istri di luar sana, bahkan sampai memiliki anak. Pada saat pertama kali dia bertemu dengan Syahdan, Salman sempat merasa kalau wajah pria itu begitu mirip dengan wajah ayahnya.
Namun, Salman selalu menganggap kalau itu adalah kebetulan semata. Karena dia sering mendengar kalau yang namanya manusia itu pasti ada kembarannya, tapi entah di belahan dunia yang mana.
'Duh Gusti! Ternyata dia adikku, tapi kenapa dia tidak datang secara baik-baik? Kenapa dia tidak meminta secara baik-baik? Kalau dia meminta secara baik-baik, aku pasti akan membagi dua harta yang ditinggalkan oleh ayahku.'
Dada Salman sesak sekali, rasanya dia tidak sanggup mendapati kenyataan ini. Namun, Salman berusaha untuk kuat. Dia masih berdiri di sana sambil menguping pembicaraan keduanya.
"Oiya, Bu. Bagaimana dengan obat yang aku berikan? Ibu rutin kasih dia obat itu, kan?"
Kemarin Salman sempat mengira-ngira siapa dari pelaku yang menukar obat istrinya, kini dia bisa mendengar sendiri jawaban dari mulut tersangkanya.
"Santai saja, Nak. Sinta pasti sebentar lagi mati, dia harus mendapatkan penderitaan seperti yang dulu Ibu rasakan. Setelah melahirkan kamu, ibu malah dicampakkan. Ibu hidup dalam kesengsaraan saat membesarkan kamu, sekarang Salman harus merasakan yang namanya kesengsaraan."
Bi Midah dulu merupakan istri siri dari ayahnya Salman, saat bi Midah hamil besar, istri sah dari ayahnya Salman memergoki suaminya itu sedang berduaan dengan bi Midah.
Dia marah, dia mengatakan kalau wanita itu akan bunuh diri kalau ayah Salman tidak meninggalkan bi Midah. Ayahnya Salman akhirnya men-talak istri sirinya itu setelah bi Midah melahirkan, tentunya dia memberikan uang kompensasi kepada bi Midah. Uang yang tidak sedikit.
Entah seperti apa bi Midah mendoktrin anaknya sampai begitu membenci Ayah kandungnya dan juga Salman, sampai-sampai pria itu ingin merebut semua harta milik Salman dan ingin membunuh istri dari Salman.
"Iya, Bu. Pasti, aku pasti akan membuat dia sengsara dengan mengambil harga pria itu dan menghilangkan nyawa dari istrinya."
"Pinter kamu, Nak. Sekarang pergilah dulu ke perkebunan, takutnya nanti Salman tahu kalau kamu ada di sini."
"Iya, Bu."
Syahdan pergi menuju perkebunan lewat pintu belakang, setelah putranya itu pergi, bi Midah langsung masak. Salman yang merasakan perutnya keroncongan menjadi tidak lapar, dia malah memutuskan untuk masuk ke dalam kamar utama.
"Aku harus menyelamatkan istriku, baru aku akan menyelamatkan harta yang sudah diambil oleh Syahdan. Dia itu mencuri, dia juga sudah melakukan kejahatan. Dia harus mendapatkan hukuman yang berat," ujar Salman.
Salman kembali melangkahkan kakinya ke dapur, dia meminta bi Midah untuk memasak makanan yang lama matangnya. Setelah itu dengan hati-hati dia masuk ke dalam kamar Syahdan, dia mencari berkas penting yang dibicarakan oleh Syahdan dan juga ibunya tersebut.
"Yes, dapat. Aku harus segera mengganti dokumen ini dengan yang palsu," ujar Salman.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..