Istri Kedua Suamiku

"Ayo ikut denganku!"

Andrea menarik tangan Rika dengan sangat kasar.

"Aku tidak mau!" tolak Rika,

"Aku akan bertunangan dengan Leon," lanjut Rika.

"Kamu memilih Leon, atau saya?" tanya Andrea.

Rika terdiam, dia tak menjawab pertanyaan Andrea kali ini.

"Sebentar lagi aku akan bertunangan dengan Leon, dan Leon sedang menunggu aku diluar," kata Rika.

"Kamu masih mempunyai waktu, untuk membatalkan rencana konyol ini," ujar Andrea.

"Sadar Andrea, aku tidak mencintai kamu!" jelas Rika.

"Bohong, sorot matamu tidak meng-iyakan ucapanmu barusan!"

Andrea mencekal tangan Rika, dia menarik Rika kedalam dekapannya.

"Lepaskan aku, Andrea!" pekik Rika.

"Saya tidak akan melepaskanmu, saya akan membawa kabur dirimu," ucap Andrea.

"Jangan gila, kamu mau dibunuh sama Xavier, hah!" bentak Rika.

"Saya tidak peduli, lebih baik saya mati, dari pada harus melihat kamu bahagia dengan laki-laki lain," kata Andrea.

"Tidak Andrea, kamu harus bahagia dengan wanita lain," ucap Rika.

"Wanita lain, siapa wanita yang kamu maksud?" tanya Andrea bingung.

"Wanita yang dijodohkan denganmu, kamu tidak boleh menolak dia," jawab Rika.

"Dari mana kamu tahu, tentang perjodohan itu?" tanya Andrea.

"Tidak peduli aku tahu dari mana, yang pasti kamu harus mengikuti keinginan keluargamu," jawab Rika.

Andrea menatap aneh, dia penasaran dari mana Rika tahu tentang perjodohannya itu.

"Katakan denganku, siapa yang memberi tahu kamu soal itu?" tanya Andrea lagi.

"Ibumu," jawab Rika.

"Mommy, kapan mommyku bertemu denganmu?" tanya Andrea penasaran.

"Beberapa hari yang lalu, ibumu memaki aku, katanya aku tidak setara denganmu. Aku hanya seorang anak yatim piatu, yang kebetulan om Gunawan pungut," jawab Rika, dia terpaksa mengatakan itu semua, karena supaya Andrea bisa menjauhi dirinya.

"Apa benar, mommyku mengatakan hal itu denganmu?" tanya Andrea lagi.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak, yang pasti aku sudah memberitahu itu," jawab Rika,

"Dan itu alasan aku menolak dirimu, aku tidak mau hubungan dirimu dengan ibumu renggang karena aku," lanjut Rika.

"Kenapa kamu memperdulikan ucapan mommyku, hah!" ujar Andrea.

"Karena seorang ibu pasti mau yang terbaik buat anaknya," jawab Rika.

"Hanya kamu perempuan yang baik untuk saya, Rika!" tegas Andrea.

"Tapi tidak untuk keluargamu, Andrea!" jawab Rika.

"Kita yang akan menjalani hubungan, kenapa kamu menghiraukan keluargaku," kata Andrea.

"Didalam hubungan, restu keluarga itu sangat penting, apa lagi restu seorang ibu. Karena itu akan mempermudah menjalani hubungan," jawab Rika.

Andrea terdiam, mendengar ucapan Rika.

"Terima wanita itu, dan lupakan aku," ucap Rika,

"Aku tidak pernah mencintaimu, dari awal memang aku jatuh cinta hanya dengan Leon. Aku hanya menganggapmu sebagai teman, tidak lebih," lanjut Rika.

"Apa benar, apa yang kamu katakan tadi, kalo kamu tidak pernah mencintai saya?" tanya Andrea lagi.

Seketika Rika terdiam, Rika tak langsung menjawab.

"Ya, aku tidak pernah mencintaimu," jawab Rika.

Saat mengatakan itu, Rika menahan air matanya agar tidak membasahi wajahnya, supaya Andrea tidak tahu kesedihan Rika.

"Baik, saya akan menerima wanita yang keluargaku pilih, dan kamu jangan menyesal kalo saya sudah menjadi milik orang lain," kata Andrea,

"Dan saya tidak akan menganggu hidupmu lagi, saya akan melakukan keinginanmu!" lanjut Andrea.

Setelah mengatakan itu, Andrea pergi meninggalkan ruangan make up Rika.

"Andrea!" panggil Rika.

Tapi Andrea tidak menghiraukan panggilan Rika, dia tetap berjalan keluar.

"Maafkan aku Andrea, karena aku tidak mau hubungan ini menjadi beban buat kamu," ucap Rika.

Rika duduk, menyusut air matanya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.

"Rika, kenapa Lo menangis?" tanya Zahra, yang baru masuk kedalam ruangan itu.

Sontak saja Rika langsung menyusut air matanya itu.

"Gua ngak apa-apa," jawab Rika tersenyum.

"Lo udah ngak anggap gua sahabat Lo lagi, ya. Lo mau nutupin rasa sakit Lo dari gua," kata Zahra.

Rika tersenyum, lalu memegang tangan Zahra.

"Gua cuman sedih karena dihari pertunangan gua ngak ada satu pun keluarga gua," jawab Rika.

"Gua sama orangtua gua itu keluarga Lo," kata Zahra.

"Gua tahu, kalian sangat baik dengan gua," ucap Rika.

"Udah ah jangan nangis-nangis, didepan Leon sudah menunggu kamu," kata Zahra.

"Yaudah ayo, kita keluar," ajak Rika.

Zahra mengangguk, dia membawa Rika dari dalam ruangan itu.

Rika memegang erat tangan Zahra, saat dirinya akan berhadapan dengan Leon.

"Hai Leon," sapa Rika dengan perasaan gugup.

"Hai, terima kasih sudah menerima lamaranku," kata Leon.

Rika tersenyum, lalu Leon menyematkan cincin di jari manis Rika.

Semua tamu bersorak ria, karena Rika menerima lamaran dari Leon.

"Mau berdansa denganku?" tanya Leon, menyodorkan tangannya.

Rika mengangguk tersenyum, lalu memegang tangan Leon.

Keduanya berdansa romantis malam ini, terlihat sepasang kekasih yang sangat bahagia.

"Apa bumil cantik ini mau berdansa denganku?" goda Xavier.

"Perutku sudah besar, aku hampir tidak bisa bergerak mas," jawab Zahra.

"Yaudah, biar aku temani disini," kata Xavier.

"Mas, aku lapar sekali," ucap Zahra.

"Mau makan, apa?" tanya Xavier.

"Ayo kita lihat-lihat dulu ada makanan apa disini," ajak Zahra.

"Ayo sayang," jawab Xavier.

Xavier menemani istrinya untuk mencari makanan yang akan Zahra makan, semenjak hamil besar, Zahra sering merasa lapar.

"Sayang, tunggu sebentar, aku mau menemui Andrea dulu," kata Xavier.

"Ayo aku ikut mas," ujar Zahra.

Xavier mendekat kearah Andrea.

"Hai Zahra, apa kabar?" tanya Andrea, yang langsung menyapa Zahra.

"Saya yang dekat denganmu, kenapa malah nanya istri saya," kesal Xavier.

"Udah ah mas, lagian Andrea cuman nanya aja," sahut Zahra.

"Suamimu ini terlalu cemburu, mungkin tidak percaya diri," ejek Andrea, tertawa kecil.

"Kau!" kesal Xavier.

"Sudah cukup mas," ujar Zahra.

"Oh iya, saya mewakili keluarga saya, maaf keluarga saya tidak bisa datang, karena sedang keluar negri," kata Andrea.

"Tidak apa-apa, terima kasih kau sudah datang," jawab Xavier.

"Xavier, kita sudah lama berteman, tapi karena keegoisanku karena kehilangan Aluna, hubungan kita jadi renggang," ucap Andrea.

"Saya tahu keadaanmu dulu, saya sudah memaafkanmu," kata Xavier.

"Saya ingin sekali kita berteman seperti dahulu lagi," ucap Andrea.

"Kenapa tidak," jawab Xavier.

"Itu artinya, kau.." kata Andrea terpotong.

Xavier langsung memeluk Andrea.

"Aku sudah lama menunggu moment ini," ucap Xavier.

Zahra tersenyum sumringah, melihat suaminya berbaikan dengan Andrea.

"Nah gitu, kalian harus akur," ujar Zahra.

"Wajahmu mirip sekali dengan adikku, apa boleh aku menganggapmu adik?" tanya Andrea.

"Boleh, aku akan senang sekali mempunyai kakak sepertimu," jawab Zahra tersenyum.

"Sebagai adik, jangan lebih dari itu," sahut Xavier.

"Iya iya, takut banget kalo Zahra berpaling darimu," ejek Andrea.

"Sudah ah, jangan berdebat mulu," ucap Zahra menggelengkan kepala.

***