NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 21

Malam cukup larut saat Andini pulang ke rumahnya. Ia terkejut mengetahui bahwa pintu rumah tidak terkunci. Lalu ia memutuskan masuk dan yang lebih mengejutkan kedua orangtuanya tengah duduk menantinya di ruang tamu.

Andini maju untuk meraih tangan Ayahnya – bermaksud untuk mencium seperti biasa, tapi tangan Ayahnya menepis tangan Andini, membuatnya sedikit terperanjat. Lalu ia berpaling ke ibunya. Saat ia mencium punggung tangan Ibunya, ia bisa merasakan ada air menetes di kepalanya. Segera ia mendongak dan mendapati ibunya berlinang air mata.

“Ibu kenapa nangis, bu?” tanya Andini sembari menyeka air mata ibunya.

Ibunya hanya diam, memegang tangan Andini yang mengusap pipinya yang berlinang air mata.

“Harusnya Ayah yang tanya kenapa sama kamu Din,” Ayah Andini yang bersuara.

Andini berpaling pada ayahnya, menatapnya kebingungan, “Maksud ayah apa?”

“Kenapa kamu tega melakukan ini semua Din? Apa yang merasuki pikiranmu?” ucap Ayahnya dengan suara bergetar,

Andini mengerutkan kening, ia tak paham maksud pembicaraan Ayahnya.

“Ayah Ibu, aku ga tahu maksud kalian, Ayah kenapa ayah ngomong kaya gitu? Dan ibu, kenapa ibu nangis?” tanya Andini dengan raut wajah kebingungan.

“Dini, jawab jujur. Apakah kamu akan menjadi istri kedua Bagas?” kali ini Ibunya yang buka mulut.

Andini yang mendengarnya terkesiap, mulutnya kelu tak mampu bersuara.

“Benar begitu Din?” Ayahnya ikut bersuara

Untuk beberapa saat Andini hanya diam, ia tak mampu membendung keterkejutannya, “Ibu... ibu tahu darimana? Siapa yang mengatakannya bu?”

“JAWAB PERTANYAAN AYAH, DIN!” Bentak ayahnya pada Andini.

Andini yang terkejut ayahnya membentaknya tanpa sadar memeluk ibunya, ia begitu ketakutan. Ayahnya tidak pernah memarahinya. Baru kali ini ayahnya murka padanya.

“Ay – ayah ...” ucap Andini

“Kenapa kamu lakukan ini, nduk,” ayahnya terduduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Suaranya masih bergetar. Tapi kali ini kesedihan yang menguar.

“Kenapa kamu mencoreng nama keluarga kita? Kamu hamil di luar nikah dan akan jadi istri kedua? Apa kata orang nanti?” tutur Ayah Andini sambil sesenggukan.

Rupanya Ayahnya menangis.

Andini yang duduk memeluk ibunya kini beralih meraih tangan ayahnya dan bersimpuh di depannya. Ia mencium kedua tangan ayahnya yang mengepal, “Maafkan Dini Yah, Dini salah. Tolong maafkan Dini,” Andini juga menangis dengan tubuh gemetar. Ia terus mencium tangan ayahnya. Memohon pengampunan.

“Kenapa nduk, kenapa kamu tega sama Ayah dan Ibu,” ucap Ayah Andini lirih.

Andini menggeleng lemah, “Andini ga bermaksud Ayah. Tolong maafkan Andini, tolong kasihani anak dalam kandungan Dini,”

“Kami tahu kami salah. Dan kami akan mempertanggung jawabkan perbuatan kami. Tapi tolong jangan salahkan anak ini, dia tidak bersalah,”

“Tapi kenapa harus jadi istri kedua, nduk? Apa kamu ndak kasihan sama istri pertamanya?” ujar Ibunya getir.

“Kami sudah dapat izin bu, malah istri pertama Mas Bagas yang meminta kami menikah – demi anak ini,”

“Istri pertama Bagas yang meminta?” tanya Ayah Andini.

“Iya, betul Yah. Andini gak bohong. Istri pertama Mas Bagas yang merestui kami menikah.”

“Dan kamu mau?” cecar Ayahnya.

Andini tertunduk, “Dini gak punya pilihan Ayah. Demi anak ini Dini rela, walaupun jadi yang kedua.”

“Lalu mau di taruh mana muka kami ini Din? Bayangkan orang berbicara tentang kamu. Sudah hamil di luar nikah ditambah jadi istri kedua,”

“Dini siap menerima konsekuensinya Yah,”

“Apakah Bagas mencintaimu?” Ayahnya mengalihkan pembicaraan.

Andini tertegun sejenak, ia bingung bagaimana menjawab pertanyaan Ayahnya.

“Jawab Dini, apakah Bagas mencintaimu?”

“Tentu! Tentu saja Yah. Kalau tidak untuk apa dia menikahiku?”

“Itu dia. Kenapa dia menikahimu? Karena cinta atau terpaksa karena kamu hamil?” tanya Ayahnya dengan tajam.

Andini sedikit gelagapan. Ia bingung harus berkata apa. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa Bagas tidak mencintainya. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa Bagas terpaksa menikahinya.

Ibu Andini memeluk putrinya, “Ayah, tolong jangan desak Andini lagi, kasihan Andini. Dia sudah mengakui kesalahannya. Mari Yah, kita dukung anak kita. Dia anak kita Yah, anak kesayangan kita,” Ibu Andini menengahi mereka. Memeluk putrinya dan mendukungnya duduk di kursi.

“Ayah ...” panggil Andini, “Andini mohon beri kami restu. Supaya kami bisa membesarkan anak ini,” imbuhnya.

Ayahnya terdiam sesaat, kemudian berkata, “Ayah hanya takut kamu disakiti, nduk.”

“Mas Bagas laki-laki yang baik Ayah, dia akan menjaga Andini dan anak ini. istri pertamanya juga menerima Andini,” ujar Andini.

Ayahnya menghela napas, “Apa boleh buat. Semua sudah terjadi.”

“Ayah terimakasih,” Andini beringsut maju dan memeluk ayahnya, “Andini sayang ayah. Maafkan Andini Yah,”

“Nduk, kenapa kamu ga mengenalkan istri pertama Bagas dengan kami?” tanya ibunya tiba-tiba.

Andini agak ragu menjawab, “Ibu, kami sepakat untuk ga melibatkan istri pertama Mas Bagas. Kami juga ingin menjaga perasaannya.”

“Jadi dia tidak akan hadir di pernikahan kamu?” tanya Ayah.

“Iya Ayah. Dia memutuskan tidak hadir demi menjaga nama baik Mas Bagas dan Dini,”

“Seperti apa istri pertama Bagas itu nduk?”

“Dia wanita yang baik Ibu, dia yang mendukung Dini untuk menikah dengan Mas Bagas. Malah dia yang selalu membantu Andini dan menguatkan Andini.”

“Syukurlah kalau dia mau menerimamu nduk,”

“Ayah Ibu tenang saja, istri pertama Mas Bagas sudah menganggap aku seperti adiknya.”

“Mudah-mudahan kalian bisa rukun ya nduk,”

“Iya Bu, minta doanya ya bu,”

“Ibu dan Ayah akan selalu mendoakanmu,”

“Dini ...” Ayahnya memanggilnya, “Kalau Bagas tidak bisa membahagiakanmu, pulanglah kesini nduk. Kami akan merawatmu dan bayimu,” ucap ayahnya.

Andini menangis tapi juga tersenyum, “Andini pasti bahagia Ayah, Mas Bagas sudah janji,”

Malam itu keluarga Andini diselimuti keharuan, tanpa tahu kesengsaraan yang akan menimpa Andini nantinya.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!