Seorang agen rahasia wanita yang memiliki kemampuan luar biasa harus mati di tangan musuhnya dengan cara licik. Karena sabotase mobil yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Jiwanya berpindah ke tubuh seorang gadis bertubuh ringkih yang sedang meregang nyawa akibat perbuatan saudaranya.
"Ckkk... Bukankah mobilku masuk jurang? Harusnya aku sudah mati. Lantas kenapa malah berada di tubuh gadis remaja lemah dan bodoh?"
"Aku tidak akan membiarkan ketidak adilan terjadi di depan mataku. Haruskah aku membalaskan dendamku dan pemilik tubuh ini?" Ucap Agen wanita itu di depan cermin toilet Rumah Sakit sambil menatap badan kurus dan tak terurus pemilik tubuh yang dia masuki.
Bagaimana kelanjutan cerita wanita yang terbiasa mengurus dan mengatasi masalah berat menjadi seorang gadis remaja yang selalu hidup dalam kesengsaraan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
JANGAN MENABUNG BAB, SUPAYA CERITA INI BISA BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Di Belakang Glory
"Kalau begitu ijinkan aku ke rumah Oppa, aku akan melakukan penyelidikan. Tapi aku harus pulang dulu ke rumah untuk mengambil laptop dan ponsel khusus milikku."
"Apa kamu bisa sayang, biar nanti polisi saja yang mengurus kasus ini." Ucap Axton lirih.
"Kamu lupa siapa aku sebenarnya Oppa?" Tanya Alexa menatap tajam.
"Jangankan kasus seperti ini, yang kemungkinan memang bertujuan mencuri data penting. Kasus pembunuhan tersulit saja bisa aku pecahkan." Ucapnya lagi.
"Kalau begitu pergilah sayang, maaf aku tidak bisa mengantarmu. Aku harus tetap di sini sampai operasi Mama selesai." Ucap Axton.
"Alex mana kunci mobil, tunggu di sini. Aku pergi sendiri."
"Tapi ini sudah malam Lexa."
"Kenapa kalau malam Alex, jangan khawatirkan apa pun tentangku. Tolong jaga Oppa dia butuh teman."
"Baiklah, kalau ada apa-apa segera kabari aku." Ucap Alex.
Bergegas Alexa kembali pulang ke rumah. Berganti baju dan mengambil semua peralatan untuk menyelidiki sesuatu seperti saat dia menjadi agen.
Tidak lama kemudian Alexa sudah berada di rumah Axton. Sunyi sepi yang nampak dari luar. Tapi di dalam rumah, para pekerja masih sibuk membersihkan kekacauan.
Tap
Tap
Tap
Langkah kaki Alexa membelah kesunyian malam, para pelayan dan pengawal perlahan menoleh pada pintu utama yang terbuka. Dan terlihat sosok kekasih majikannya.
"Nona, Anda datang? Bagaimana keadaan Nyonya Yasmin?" Tanya seorang pengawal.
"Keadaannya tidak terlalu baik, saat ini Oppa Axton masih menunggu di Rumah Sakit. Tujuanku datang karena ingin menyelidiki kasus ini."
"Memangnya kamu siapa? bertingkah sok ingin menyelidiki kasus yang menimpa kediaman Nyonya Yasmin. Bukankah kamu remaja yang baru lulus sekolah?"
Alexa diam mengamati wanita muda berseragam pelayan. Terlihat sangat percaya diri dan pandai bersilat lidah.
"Benar, aku kekasih MAJIKANMU yang sebentar lagi menjadi ISTRINYA. Kamu siapa berani sekali berbicara meremehkanku?" Tanya Alexa dengan penuh penekanan.
"Aku... Aku... pelayan di rumah ini. Tapi, aku lah yang selama ini melayani Tuan Axton."
"Ooo... Begitu. Katakan siapa namamu? Sepertinya kamu sangat dekat dengan calon suamiku. Dan memiliki posisi tidak biasa di sini." Ucap Alexa memancing kejujuran pelayan itu.
"Tentu saja, namaku Mitha Lesmana. Pelayan kesayangan Tuan Axton. Kamu baru datang di kehidupan Tuan Axton, berbeda denganku yang sudah di rumah ini 3 tahun."
"Sekarang aku tanya, saat tadi ada kejadian buruk kamu sedang di mana? Dan apa yang kamu lakukan?" Tanya Alexa menginterogasi.
"Kamu tidak perlu tahu, karena kamu bukan polisi yang punya hak menanyakan kegiatanku di rumah ini. Ayo semuanya cepat bersihkan kekacauan ini, setelahnya kalian bisa masuk ke kamar." Ucap Mitha.
"Selangkah saja kalian beranjak, maka aku tidak segan mematahkan kaki kalian semua. Tidak ada yang boleh meninggalkan ruangan ini tanpa terkecuali. Aku akan menyelidikinya sendiri. Siapa kepala pelayan dan kepala pengawal di rumah ini. Kalian berdua tutup jendela dan kunci semua pintu. Sampai aku menemukan petunjuk, jangan ada yang mengganggu."
Seorang wanita paruh baya bertubuh sedikit gempal maju ke depan, namanya Bibik Nunik. Dan pria bertubuh tegap seumuran dengan Axton lebih tua sedikit juga maju, namanya Pak Jefri. Keduanya menunduk takut, tapi Alexa tahu mereka memiliki aura baik bukan licik.
"Katakan, tadi Bibik dan Bapak sedang di mana saat kejadian."
"Seperti biasa saya sedang di dapur untuk mempersiapkan makan malam. Dan seluruh pelayan lain sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing." Jawab Bibik Nunik tanpa keraguan.
"Lalu, Anda ada di mana Pak Jefri?" Tanya Alexa lagi.
"Saya ada di pos security bersama dengan Pak Yanto ada Pak Budi juga." Jawabnya lantang.
"Apa sebelumnya kalian semua telah makan atau minum sesuatu yang terlihat mencurigakan?" Tanya Alexa lagi.
"Benar, ada semangkok es buah segar di atas meja dapur. Biasanya Nyonya Yasmin sering membuatkan untuk kita semua. Tapi siang hari, beliau juga suka meminumnya. Tidak ada yang curiga apa pun." Ucap Bik Nunik jujur.
"Lalu bagaimana para pengawal dan security yang ada di pos jaga, apa mereka juga meminumnya?" Tanya Alexa masih terus mengulik.
"Iya, karena saya sendiri yang menyajikannya setelah menuangkan pada gelas. Setelah merasa seluruh teman kebagian, seperti biasa saya yang terakhir mendapat giliran. Karena saya kepala pelayan, harus memastikan semua kebagian."
"Apa ada yang tidak minum?" Tanya Alexa lagi, sepertinya ada pemain amatiran di rumah ini.
"Ada satu gelas yang masih utuh, saat tadi terjadi kekacauan. Gelas itu jatuh dan pecah bersama isinya yang masih utuh."
"Ok stop, sekarang aku tanya siapa yang sudah minum es buah itu. Kalian boleh pergi."
Semua mengaku meminumnya, terkecuali Mitha. Tapi Alexa bukan anak kemarin sore yang mudah sekali dikelabui. Mitha memang memiliki perangai buruk dan terkesan narsis. Menganggap dirinya penting, padahal itu hanya kehaluannya.
"Baiklah, semua boleh tidur kecuali Mitha. Sekarang aku akan pergi ke kamar Oppa Axton. Mitha ikutlah denganku." Ucap Alexa tegas.
Alexa menggenggam erat tangan Mitha, bahkan rasanya tulangnya mau patah. Mitha meringis saat Alexa menyeretnya kasar, bukan ke kamar Axton tapi ke ruang kerja kekasihnya.
"Duduk dan jangan bertingkah, sedikit saja kamu bersuara maka aku bisa saja merobek bibirmu itu." Ucap Alexa menatap tajam, membuat Mitha bergidik ngeri karena ketakutan.
Alexa membuka laptopnya dan menghubungkannya pada beberapa kabel kamera cctv. Jari jemarinya begitu lincah mengetik sesuatu di atas keyboard laptop. Mitha tertegun, tidak percaya jika yang di hadapannya adalah gadis remaja yang baru lulus SMU.
Tak lama kemudian, Alexa tersenyum menyeringai. Memang benar, sebagian cctv telah di rusak oleh pelaku.
Tapi, dia adalah agen rahasia yang punya sejuta cara untuk mencari sang pelaku. Selama ini dia belum pernah mengalami kegagalan. Itulah penyebab banyak pihak iri.
Alexa kini tahu, siapa yang sudah membantu pelaku memuluskan aksinya.
"Ternyata, diammu menyimpan bisa mematikan. Tunggu aku pasti akan membuatmu menyesal telah berkhianat." Gumam Alexa.
Kemudia Alexa melihat dengan jelas siapa pelaku yang sudah menyerang calon mama mertuanya. Mungkin Axton lupa, jika dia sendiri telah memasang kamera mini tersembunyi di berbagai sudut rumah hingga halaman.
"Dia bisa keluar dari penjara setelah kasusnya masuk pengadilan. Itu artinya ada orang kuat di belakang yang sudah memberikan jaminan."
"Jika Glory, aku bisa memaklumi karena dia wanita murahan yang punya otak sejengkal. Tapi ini Papa Gilbert? Dia tega sekali menganiaya wanita yang sudah memberikannya anak dan pernah menaikkan derajatnya. Tapi tidak heran sih, jika asalnya dari sampah pasti otaknya juga sampah. Aku pasti akan menghancurkan hidup mereka tanpa ampun."
"Nona Alexa, sebenarnya tujuanmu membawaku ke sini untuk apa? Untuk mendengar gerutuanmu yang bernada ancaman itu. Kamu pikir aku bakalan takut, tidak. Sama sekali tidak." Ucap Mitha masih bisa sombong.
"Tak mengapa kamu tidak takut, tapi bagaimana jika Tante Yasmin dan calon suamiku tahu bagaimana perbuatanmu di belakang mereka berdua."
"Saat kejadian, kamu memang tidak berada di dalam rumah sehingga kamu tidak jatuh pingsan karena minuman itu. Tapi, kamu sengaja bersembunyi di gudang belakang untuk melakukan kebiasaanmu yang menyimpang bukan?"
"Menjijikkan, sebegitu bernafsunya kamu dengan Oppa Axton. Aku rasa dia harus tahu bagaimana sikap aslimu." Ucapan Alexa membuat Mitha memucat.
"Jangan... Tolong jangan katakan apa pun pada Tuan Axton. Maaf jika Nona merasa terganggu setelah melihat perilaku buruk saya. Tapi bagaimana Nona tahu?" Kata-kata Mitha sudah mulai terdengar sopan.
"Kamu pasti tidak melihat, jika ada cctv tersembunyi di sana. Jangan dipikir karena gudang, maka kamu bebas melakukan apa pun."
"Ampuni saya Nona Alexa, tolong rahasiakan dari Tuan Axton atau Nyonya Yasmin. Biar itu menjadi rahasia kita berdua, saya janji tidak akan mengganggu hubungan Anda." Ucap Mitha dengan sungguh-sungguh.
"Aku pegang janjimu, ingat aku bisa melakukan apa pun untuk menghancurkanmu. Jadilah baik, maka aku juga akan bersikap baik denganmu."
Sementara di sebuah apartemen seorang wanita berperut besar sedang bergerak liar di atas tubuh pria tua. Ya, Glory menepati omongannya yang akan memuaskan Papa Gilbert.
"Sayang, bagaimana ini kita gagal mengambil berkas milik wanita tua itu. Apalagi bos bilang kita harus segera mendapatkannya." Ucap Glory.
"Nanti kita pikirkan rencana baru."
aihhhh ko bisa kecolongan bodyguard ga ada Tah
aku suka..
semangat 😍😍😍
semangat terus nulisnya😍😍😍