Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Hancur SE Hancurnya
"Namira kamu tidak apa-apa?" tanya Zahra ketika mereka sudah berada di kamar Namira.
"Tidak. Aku hanya schok saja. Aku tidak menyangka jika Mas Ferdi bisa melakukan hal itu," jawabnya.
"Ini adalah petunjuk dari Allah. Untung saja kamu masih diselamatkan dan diberi pendirian untuk bisa memutuskan hubungan kamu dengan laki-laki itu. Kalau tidak lihatlah bagaimana kamu," ucap Zahra.
"Aku setuju dengan apa yang dikatakan Zahra. Dia sudah keterlaluan dan sangat kasar," sahut Nayra.
"Kak Bian bahkan tidak pernah melakukan hal seperti itu kepada Namira. Tetapi kenapa orang lain sangat mudah melakukan hal itu," batin Namira yang sekarang menjadi bahan perbandingannya ketika suaminya yang selalu lembut kepadanya.
*****
Karena segala usaha yang telah dia lakukan sia-sia yang pada akhirnya Namira tidak menginginkan hubungan mereka berlanjut. Ferdi galau sendiri di dalam mobil yang terlihat frustasi dengan wajah yang sangat berantakan.
"Namira sudah berusaha melakukan apa-apa, aku berusaha untuk menerima kamu apa adanya meski kamu sudah menikah dengan orang lain, kenapa Namira, kamu justru mengambil tindakan seperti ini?"
"Namira! Apa kamu sudah tidak memiliki perasaan lagi kepadaku?" ini sebenarnya sangat tidak adil untukku. Kamu tidak seharusnya melakukan semua ini Namira," ucapnya yang berkali-kali memukul setir mobil.
Ferdi tampak seperti orang yang tidak sadarkan diri, terlihat tatapan mata yang kosong.
Tiba-tiba dari kaca spion Ferdi melihat Zahra yang berjalan yang menggunakan payung di tengah gerimis.
"Zahra, aku harus minta tolong kepadanya agar dia bisa mempertemukanku dengan Namira," ucap Ferdi yang buru-buru membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
Kemunculan Ferdi secara langsung yang tiba-tiba saja membuat Zahra kaget.
"Astagfirullah!" ucapnya lirih dengan memegang dadanya.
"Kamu kenapa ada di sini?" tanya Zahra.
"Zahra aku minta tolong kepadamu untuk pertemukan aku dengan Namira. Masih banyak hal yang harus kami bicarakan, Zahra kamu tidak bisa menghukumku ikut-ikutan seperti ini," ucap Ferdi yang mendekati Zahra namun membuat Zahra mundur dengan mengipas hidungnya yang seperti mencium sesuatu.
"Ferdi apa kamu minum?" ucapnya tiba-tiba dengan menduga-duga.
Zahra melihat memang laki-laki di depannya itu seperti setengah sadar, matanya merah dengan rambut yang sangat berantakan dan wajahnya juga tampak tidak sehat.
"Zahra aku mohon pada kamu, tolong aku..." pinta Ferdi.
"Ferdi, sebagai sahabat Namira aku tidak mungkin membiarkan sahabatku bersama dengan kamu. Kamu laki-laki jahat, kamu sudah kasar kepadanya!" tegas Zahra.
"Aku melakukan hal itu karena tidak mampu mengontrol diri. Kamu harus tahu bagaimana posisiku. Zahra aku mohon tolong bantu aku!" tegas Ferdi
"Cukup Ferdi kamu memaksaku. Kamu harus menyadari jika bagaimanapun Namira belum sah bercerai dengan suaminya. Kamu tidak bisa mengganggunya dan lagi pula kamu bisa mencari wanita lain selain Namira!" tegas Zahra.
"Aku menyuruhmu untuk mempertemukanku dengan Namira dan bukan menceramahiku!" tegas Ferdi.
"Tapi aku tidak akan melakukan hal itu dan aku akan menjadi sahabat yang merasa bersalah seumur hidup jika membiarkan Namira bersamamu. Kau mungkin tidak melakukan zina dengan wanita itu dan anggap saja itu adalah fitnah, tetapi di depan mataku kau kasar kepadanya bahkan saat ini kau juga sedang mabuk!" ucap Zahra yang tidak terlalu bodoh.
"Aku tidak mabuk Zahra, kau jangan menuduhku!" tegas Ferdi.
"Tidak ada gunanya berbicara dengan orang mabuk sepertimu. Jadi aku ingatkan kepadamu sekali lagi untuk tidak pernah mengganggu Namira, jauhi Namira!" tegas Zahra yang langsung berlalu dari hadapan Ferdi.
"Zahra kau ternyata tidak bisa diandalkan, kau benar-benar menguji kesabaranku!" umpat Ferdi dengan emosi yang membalikkan tubuhnya dan tiba-tiba saja menarik tangan Zahra.
"Lepaskan aku!"
"Apa-apaan sih kamu!"
Zahra memberontak saat pergelangan tangan itu dipegang begitu sangat kuat dan bahkan payung yang dia pakai sejak tadi sudah jatuh.
"Tolong bantu aku dan jangan uji kesabaranku!" tegas Ferdi.
"Jika kok membantumu sama saja aku rumuskan sahabatku dengan orang sepertimu. Kau itu laki-laki manipulatif!" tegas Zahra memberi pernyataan menohok.
"Kau mengatakan apa barusan hah!" umpat Ferdi yang merasa tersinggung dengan perkataan itu.
"Lepaskan aku bajingan!" tegas Zahra.
Kehadiran Zahra justru semakin memancing emosi dari Ferdi. Benar apa kata Zahra yang ternyata pria itu sedang mabuk yang tidak bisa mengontrol dirinya dan tiba-tiba saja menarik Zahra masuk ke dalam mobilnya yang membuat Zahra panik.
"Apa yang kau lakukan lepaskan aku!"
"Lepaskan aku bajingan!"
"Ferdi!"
"Tolong!"
"Tolong!"
"Aku bukan laki-laki bajingan, aku tidak pecundang, kau harus diberi pelajaran!" ucapnya mata memerah yang sudah menindih tubuh Zahra.
Terlihat tatapan tajam dari sorot mata itu yang dipenuhi dengan iblis yang membuat Zahra panik dengan geleng-geleng kepala. Saat Zahra usaha meminta tolong yang tiba-tiba saja mulutnya ditutup.
"Mpt, mpt"
Zahra yang terus berontak dengan memukul-mukul dada Ferdi saat laki-laki itu dengan setengah kesadarannya berusaha untuk melecehkan Zahra.
Di jalanan yang sangat sepi bahkan hujan semakin deras yang tidak buat satu orang pun lewat dari tempat tersebut dan bahkan suara Zahra yang sempat meminta tolong tidak ada yang mengetahuinya.
Air mata Zahra sudah jatuh ketika laki-laki itu berani menyentuhnya, Zahra masih mempertahankan kehormatannya dengan memohon ampunan kepada Ferdi agar tidak melecehkannya. Tetapi semua percuma, karena Ferdi bukanlah manusia melainkan iblis telah memasuki tubuhnya.
"Aaaaaaaa!" Zahra berteriak sekencang-kencangnya dengan mulutnya yang ditutup dan air mata yang jatuh saat laki-laki itu benar-benar mengambil kehormatannya secara paksa dan tanpa persetujuan dari Zahra.
Ferdi pelampiasan rasa amarahnya atas tidak terima dengan segala usahanya yang disia-siakan oleh Namira dan semua dilampiaskan kepada Zahra. Layaknya orang iblis yang tidak memiliki belas kasihan kepada wanita yang di bawahnya tampak pasrah dengan mata terbuka dan air mata yang terjatuh.
Bagaimana sangat keji Ferdi merampas kehormatannya yang membuatnya tidak berdaya.
Hisk-hiks-hiks-hiks-hiks, Zahra hanya mampu menangis setelah Ferdi yang akhirnya nanti memperkosanya, pria itu telah mendapatkan kehormatannya langsung tertidur di sebelahnya yang tidak sadarkan diri seperti hewan yang kekenyangan.
Zahra terlihat begitu sangat lemas dengan tubuhnya yang tampak berantakan, hijab yang menjadi mahkotanya sudah terlepas yang langsung diambilnya, suara tangisnya yang terus saja berbunyi yang membuat Ferdi di sebelahnya tidak terbangun.
Tidak ingin jadian yang sangat mengerikan itu terulang kembali, membuat Zahra yang dalam keadaan lemah membuka pintu mobil dan langsung melarikan diri tertatih-tatih.
Dia sekarang benar-benar sangat hancur yang tampak sudah tidak berdaya.
Beberapa menit setelah kepergian Zahra yang akhirnya Ferdi terbangun, pria yang sudah tidak memakai pakaian itu lagi terlihat memijat kepalanya.
"Apa yang terjadi!" ucapnya merasa begitu pusing.
Ferdi usaha untuk mengingat kejadian sebelumnya dan menoleh ke sebelahnya yang tidak ada siapapun, dia juga melihat penampilannya yang cukup berantakan mungkin karena pengaruh alkohol yang membuatnya setengah sadar dan tidak mengingat bahwa dia telah memperkosa Zahra.
"Zahra, bukankah sebelumnya aku bertemu dengannya," ucapnya yang ternyata mengingat.
"Apa mungkin aku...." Ferdi mencoba untuk mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi dan mungkin sangat berharap jika semua dugaannya tidak sampai terjadi.
Bersambung.....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi