Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGENDALIKAN DIRI ITU PENTING
Tidak ada ikatan namun takut kehilangan. Tak ada hubungan tapi saling nyaman. Dan tak ada kerinduan tanpa pertemuan. Ujian terberat dalam hidup adalah mengendalikan diri. Itulah yang Dera rasakan saat ini. Satu bulan telah berlalu, hubungan Dera dengan suaminya masih diam di tempat dan begitu begitu saja tanpa ada perubahan yang berarti. Brian masih cuek dan bersikap dingin pada Dera seolah memberikan peluang untuk Dera mencari kenyamanan dari laki laki lain. Salah! Memang itu suatu kesalahan namun apalah daya Dera yang memang sedang membutuhkan cinta, perhatian dan kasih sayang dari seorang pria. Memang manusia tidak ada yang sempurna, namun manusia bisa berusaha menjadi yang terbaik untuk pasangannya. Dan Dera sudah berkali kali memberikan kesempatan itu kepada Brian, namun seolah Brian mengabaikannya.
Selama satu bulan ini, hubungan Dera dan Zavran semakin dekat. Semakin intens komunikasi yang mereka lakukan semakin menekan perasaan Dera hingga timbul rasa cinta di dalam hatinya. Salah kah dirinya jika ia jatuh cinta pada Zavran? Tentu saja salah, karena sebagai wanita ia tidak bisa menjaga harga dirinya. Imannya lemah, karena seseorang yang menjadi imam tidak menuntunnya dengan benar. Ia hanya memberikan materi tanpa bimbingan yang berarti. Jika sudah seperti ini, tentu saja pihak wanita yang akan tetap di salahkan. Tetapi kembali lagi kepada pasangannya, bukan kah setia dan tidaknya seorang wanita tergantung bagaimana perlakuan pasangannya?
Semakin hari Dera merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Entah sejak kapan, Dera akan merasa gelisah jika Zavran tidak menghubunginya. Ia sudah seperti seorang istri yang tidak di kasih kabar oleh sang suami. Bahkan Dera bisa bolak balik melihat layar ponselnya hanya untuk menunggu pesan dari Zavran. Entah kenapa hasrat dan pikiran Dera selalu tertuju pada Zavran. Hal ini membuat hubungannya dengan Brian semakin menjauh. Sekarang Dera tidak ambil pusing, mau Brian meneleponnya atau tidak ia sudah tidak peduli lagi. Begitu pun dengan Brian, sang istri mulai cuek ia justru merasa nyaman. Tanpa ia sadari, perlahan namanya mulai terhapus dari hati Dera akibat kesalahannya sendiri.
Malam ini Dera duduk bersandar di atas ranjangnya sambil membuka aplikasi whatsapp, ia mencari kontak suaminya lalu mengirimkan pesan. Ia akan mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan sang suami dengan harapan bisa melupakan perasaannya terhadap Zavran.
Mas lagi apa? ~ Dera
Satu menit, dua menit tiga menit bahkan lima menit Sudan Dera menunggu namun tidak ada jawaban dari Zavran. Jangankan jawaban, di buka saja tidak. Dera menghembuskan kasar nafasnya dan masih berusaha untuk sabar.
Ia pun mencoba menelepon Brian, panggilan berdering namun Brian tidak kunjung mengangkatnya. Berbeda ketika mbak Nuri yang menghubunginya, Brian akan langsung mengangkat panggilan teleponnya.
" Selalu saja seperti ini. Apa yang sedang kamu lakukan di sana mas? Biasanya kegiatanmu di rumah mainan ponsel kalau jam segini." Monolog Dera.
Bosan menunggu balasan dari suaminya, Dera pun iseng iseng membuka chatroom milik Zavran yang ternyata sedang online. Tiba tina senyum merekah menghiasi bibirnya. Rasanya ingin sekali ia mengirim pesan kepada Zavran, namun lagi lagi ia mengingat akan suaminya. Ia pun mengurungkan niatnya dan sekuat mungkin ia menahannya. Ia ingin melupakan Zavran, ia ingin kembali menjadi istri yang setia untuk suaminya.
Ting..
Tiba tiba ponsel Dera berdenting, pesan dari suaminya.
Mas lagi ngumpul sama teman" Cari kopi. Nggak enak kalau mas teleponan sama kamu nanti di kira tidak menghargai mereka. Nanti kalau udah di rumah mas telepon kamu ~ Brian
Istri mana yang akan kuat mendapat perlakuan seperti ini dari sang suami? Suaminya lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman temannya ketimbang dirinya. Dera tidak membalas pesannya, ia terlalu muak dengan sikap Brian selama ini.
Ia pun mengabaikan pesan dari suaminya. Di saat seperti ini, ia membutuhkan Zavran untuk mengisi kesendiriannya. Dera pun membuka chatroom Zavran lalu mengirim pesan padanya.
Vran ~ Dera
Tak butuh waktu lama seperti ia menanti balasan chat sang suami. Zavran langsung membalasnya.
Gimana? ~ Zavran
Tanpa sadar Dera tersenyum senang.
Boleh aku curhat? ~ Dera
Tentu saja, aku akan menjadi pendengar setia kamu. Mau curhat apa hmm? ~ Zavran
Aku tidak tahu meski gimana Vran. Jujur, ada perasaan nyaman saat aku berhubungan denganmu. Aku gelisah kalau kamu tidak menghubungiku, aku merasa selalu ingin bertemu atau sekedar melihat wajahmu Vran. Sebenarnya ada apa dengan hatiku? Aku tidak mau seperti ini Vran. Rasanya begitu tersiksa. Ada sesuatu yang selalu bergejolak di dalam hatiku. Aku tidak mau menyakiti mas Brian dan istrimu. Aku harus gimana Vran? ~ Dera.
Tanpa Dera tahu, di sebrang sana Zavran nampak mengulas senyumannya. Ia bahagia membaca pesan dari Dera yang isinya mengungkapkan isi hati. Zavran merasa perasaannya hampir terbalaskan. Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa tidak sejak dulu saat mereka masih sendiri? Dengan begitu mereka bisa bersama kan? Namun Zavran tidak mau ambil pusing. Ia akan menggunakan kesempatan ini untuk memenangkan hati Dera. Jujur, Dera cinta pertamanya. Cinta yang tidak akan pernah mati. Bahkan sampai saat ini, ia tidak bisa menghapus nama Dera dari dalam hatinya.
Zavran pun mengetikkan pesan untuk membalas Dera.
Tidak perlu di pikirkan Ra! Kita jalani saja seperti air mengalir. Dan kita ikuti saja kemana takdir akan membawa kita. Kalau kamu terlalu banyak berpikir, takutnya nanti kamu sakit lagi ~ Zavran
Jujur aku tidak mau kehilangan kamu, tapi aku juga tidak mau merusak rumah tangga kita berdua. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya ~ Dera
Ternyata perasaan kita sama Ra. Tidak apa kita masih bisa chat an begini. Toh kita tidak melakukan hal di luar batas. Jadi hubungan kita tidak akan mengganggu pernikahan kita masing masing. Aku siap menemanimu dan menjadi penghibur dirimu agar kaku tidak merasa kesepian lagi ~ Zavran
Dera nampak mengangguk anggukkan kepala. Ya, hanya sekedar chat mungkin tidak apa apa. Yang penting mereka tahu batasannya, pikir Dera. Namun Dera tidak tahu jika hubungan yang berawal dari saling berbalas pesan bisa berakhir menjadi hubungan perselingkuhan.
Aku ingin memastikan perasaanku, bisakah kita bertemu? ~ Dera
Entah mengapa ada dorongan dalam hati Dera untuk bertemu dengan Zavran. Katakan lah jika Dera memang gila! Tapi inilah cinta. Cinta tidak hanya membuat kita bersikap seperti orang gila, namun cinta juga akan membutakan mata kita hingga kita lupa segalanya.
Cukup lama Zavran tidak membalas pesannya, Dera hanya bisa menghembuskan kasar nafasnya karena ia berpikir Zavran tidak mau menemuinya.
Ya sudah kalau kamu tidak mau, maafkan aku yang telah lancang mengajakmu bertemu ~ Dera
Dera kembali mengetikkan pesan untuk Zavran sebagai penutup. Namun tiba tiba Zavran membalas pesannya.
Tunggu Dera! Aku...
TBC...
