NovelToon NovelToon
Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Saat Aku Mampu Berkata Tidak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Matabatin / Single Mom / Obsesi / Mengubah Takdir / Mengubah sejarah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Enigma Pena

Impian memiliki rumah tangga harmonis ternyata harus berakhir di usia pernikahan yang ke 24 tahun. Handi sosok suami yang di harapkan bisa melindungi dan membahagiakannya, ternyata malah ikut menyakiti mental dan menghabiskan semua harta mereka sampai tak tersisa. Sampai pada akhirnya semua rahasia terungkap di hadapan keluarga besar ayah dan ibu Erina juga kedua anak mereka yang beranjak dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enigma Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Strategi mas Yoga

"Mmm.. Maaf Er, bukan begitu maksud mas. Mas cuma menyarankan biar kalian bisa lebih dekat dengan orangtua. Kalau tinggal di dekat sini kan bisa dekat sama bapak dan ibu apalagi kalau mamah kamu mau tinggal sama kalian. Jadi semua dekat orang tua," mas Yoga menjelaskan dengan alasan yang benar.

Ya, memang benar kalau tujuannya itu. Tapi caranya yang gak benar. Rupanya mas Yoga ini punya trik khusus buat melancarkan tujuannya dengan memakai alasan yang halus plus akurat. Betul-betul pintar, pintar ngakalin orang.

"Aku butuh waktu buat berfikir pak, bu. Aku gak bisa langsung putuskan sekarang." tiba-tiba mas Handi berbicara sambil berdiri dan berjalan ke arah tangga menuju ke kamar yang dulu pernah kami tempati.

Suasana hening seketika. Uang dalam amplop coklat masih tergeletak di atas karpet. Mas Yoga dan mba Lita pamit pulang. Hari itu Dito tidak ikut bersama mereka karena sedang tidur siang. Untungnya ada mba Maya yang datang menemani Dito.

"Ini di bawa Lita, buat bayar uang muka rumah baru," bapak menyerahkan amplop yang berisi setumpuk uang berjumlah 50 juta rupiah. Dengan cepat mba Lita mengambil amplop coklat yang di berikan bapak dan segera di masukkan ke dalam tas miliknya.

Di saat yang bersamaan sepintas aku mendengar mas Yoga berbisik dekat ibu.

"Pakai cara yang kedua bu," Dan ibu menjawabnya dengan anggukan.

Aku pura-pura tidak melihat dan mendengarnya. Ku sibukkan diri dengan membereskan gelas-gelas dan piring kue di atas meja makan. Segera ku cuci perabotan kotor yang menumpuk di meja dapur. Setelah selesai aku bergegas ke lantai atas dengan maksud ingin mengajak mas Handi pulang. Baru setengah perjalanan menaiki tangga tiba-tiba aku mendengar isakkan tangis di ruang tengah.

"Hu..hu..hu...hu...hu...ke napa pu nya anak p pada susah di dibilangin ya pak," suara ibu di antara segukan tangisnya terdengar dari lantai bawah.

"Sudah bu, namanya anak sudah pada dewasa. Sudah pada berkeluarga, pasti sudah punya pemikiran sendiri. Sudah, ndak usah nangis," bujuk bapak dengan mata yang tak lepas dari tv yang sedang menayangkan berita hari ini.

Aku mengintip dari celah pegangan tangga yang terbuat dari kayu bikinan bapak. Tubuhku yang kecil membuatku mudah untuk menyelinap.

"pasti lagi jalanin rencana kedua yang tadi mas Yoga bilang"

Aku sampai di depan pintu kamar mas Handi yang tertutup rapat

Ceklekkk...

"Astaga... Ini kamar apa gudang. Kenapa jadi banyak barang numpuk di sini. Ini barang punya siapa"

"Mas...mas Handi," ku pelankan suaraku.

"Iya, sini Er," sahut mas Handi.

Pintu kamar ku tutup kembali. Aku melangkah ke arah jendela kamar yang ada di ujung . Kamar ini berukuran panjang bukan lebar. Jadi kalau mas Handi ada di dekat jendela gak akan langsung terlihat karena ada lemari pakaian sebagai pembatas antara kasur lantai dan meja komputer.

"Ini barang-barangnya siapa mas?" aku memegang meja rias kayu yang sudah agak rusak di dekat jendela.

"Punya mba Lita,"

"Kenapa di tumpuk di sini?" Ini kan kamar kamu mas. Kamar buat gudang kan ada di sebelah." protesku

"Gudang udah penuh. Semua penuh sama barang-barang bekas mas Yoga."

"Kenapa di taruh di sini. Kenapa gak di kasih langsung ke pengepul barang bekas."

"Palingan ibu yang mau. Bapak cuma jalanin perintah ibu."

"Rumah orang tua malah buat koleksi barang bekas gini." gumamku.

"Mas Yoga udah pulang?" tanya mas Handi sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Udah mas. Sekarang ibu di bawah lagi nangis,"

"Nangis? Kenapa?"

"Gak tau," aku menarik kursi dan duduk dekat jendela yang terbuka lebar.

Angin berhembus pelan masuk lewat jendela kamar atas. Ternyata enak juga duduk dekat jendela seperti ini. Ah...aku gak mau kasih tau kejadian yang aku lihat dan dengar barusan. Biarkan mas Handi tau sendiri.

"Mas, nanti kalau pamit pulang minta maaf ke ibu ya. Kayaknya ibu sedih karena mas nolak rumah itu," saranku

"Ya gimana gak nolak. Rumah bekas di kasih ke aku. Semua serba bekas mas Yoga. Dari dulu, dari kecil sampai sekarang gak ada perubahan. Tetap di kasih barang bekas," keluh mas Handi.

"Nah...kebongkar 1 lagi rahasia keluarga. Jadi selama ini mas Handi selalu di sisihkan sama keluarganya. Lama-lama makin banyak yang terbuka dengan sendirinya."

Aku tidak pernah meminta mas Handi cerita soal masa lalunya. Ku pikir bukan urusanku untuk tahu itu. Biar Tuhan yang akan membuka aib keluarganya satu persatu di depan mataku.

1
Bông xinh
Gak bisa berhenti!
iza
Aku merasa terhubung dengan setiap adegannya.
Suzy❤️Koko
Keren! Bagus banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!