To heal & to grow
Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown
Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.
"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
Full of love,
Author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dejavu Lagi...
Jason benar-benar sedang banyak pekerjaan kantor, seperti malam ini, ia memberitahuku agar tidak menunggunya pulang.
"Al, aku masih belum selesai meeting dikantor. Aku juga makan malam bareng sama anak-anak kantor, jadi kamu jangan tunggu aku pulang ya. Love u".
"Ya baiklah, love u too", balasku melalui pesan singkat.
Aku melihat sekelilingku, rumah ini terasa sepi jika aku sendirian. Apa dulu aku pernah merasa sesepi ini juga? Setelah menikah, ini pertama kalinya aku merasa kesepian. Biasanya di rumah selalu ada mama, kalaupun aku tinggal di kos, selalu ada suara kesibukan penghuni kos lain ataupun penjaga kos. Sebaiknya aku bebersih rumah saja pikirku.
Bagian dari rumah ini yang hampir tidak pernah aku sentuh adalah kamar tamu, karena di ruangan itu hanya ada 1 tempat tidur kecil dan 1 lemari kecil dan tidak pernah ditempati, biasanya kamar ini selalu tertutup. Aku mulai mengganti sepreinya dan mengelap lemarinya.
Pletak... aku menarik laci kecil dalam lemari itu terlalu kencang hingga keluar dan terjatuh. Ternyata ada tempat rahasia kecil dibalik laci dorong itu. Aku menggeser bagian kecil dari laci itu untuk membukanya, disana terdapat sebuah kotak perhiasan kecil. Kemudian aku membukanya, terlihat sebuah kalung dengan judul 'All In'. Kalung ini sama persis seperti yang Jason pernah perlihatkan dan ceritakan padaku. Aku mencoba kalung itu, dan keluar kamar mencari cermin terdekat lalu melihat pantulan diriku menggunakan kalung itu.
"Kalungnya cantik...", ucapku pelan.
Kemudian aku merasakan dejavu lagi, aku tau aku pernah mengatakan kata-kata yang sama dengan posisi yang sama di masa lalu. Perlahan-lahan aku mengingat saat Jason memberikan kalung ini padaku. Saat itu aku juga mencari cermin terdekat, dan menggunakan cermin yg sama seperti sekarang, yaitu cermin wastafel. Aku mengingat betapa bahagianya aku saat itu.
Kali ini yang muncul tidak hanya ingatan yang menyenangkan saja, sisi gelap ingatanku juga muncul. Aku mengingat betapa aku merasa sakit hati merasa telah dipermainkan oleh Jason, aku ingat saat aku melepaskan kalung ini sambil menangis dan menguburnya pada laci lemari rahasia ini. Tidak terasa air mataku juga mengalir mengingat rasa sakit itu.
Kenangan masa lalu...
"Jas, aku mau pulang sekarang!", ucapku sambil menahan tangisku.
"Ada apa Al? Tunggu sebentar aku pamit pada teman-temanku dulu", Jason meraih tanganku, namun aku melepaskannya, lalu berjalan cepat menuju pintu keluar gedung.
Masih terngiang kata-kata Alicia didalam toilet tadi, "Kalung ini juga pemberian Jason - New Beginning, apa kamu tau artinya?", Alicia bertanya padaku sambil memainkan kalung dilehernya.
Aku tidak menghiraukan perkataannya dan hendak meninggalkannya di toilet, tapi ia menghentikan langkahku dengan memegang lenganku.
"Kami pernah bermimpi memulai awal baru dengan pernikahan, tapi kamu merebutnya dariku, kamu pikir dengan berhasil naik ke tempat tidurnya kamu benar-benar telah menyingkirkanku? Kamu salah besar! Kamu hanyalah tempat pelariannya, penggantiku di tempat tidur!", lalu ia melepaskan lenganku.
Aku menahan air mataku, dengan berbagai pertanyaan mengenai perkataan Alicia. Cih... bahkan nama panggilan kami sama-sama Al! Aku menunggu Jason di depan pintu mobil kami di area parkiran mobil.
"Ada apa Al? Kenapa tiba-tiba pulang?", tanya Jason.
"Buka pintunya Jas!", ucapku ketus.
Ia membuka alarm pintu mobil, aku segera masuk ke dalam dengan membanting pintunya. Kulihat Jason masih terlihat bingung, ia berjalan memutar menuju pintu bagian setir mobil.
"Al, ada apa? Aku berbuat salah apa...", ucapnya lirih sambil hendak membelai pipiku.
"Di rumah saja Jas!".
Sepanjang perjalanan menuju rumah, suasana mobil begitu sepi, namun pikiranku ramai dengan susunan pertanyaan dan tuduhan yang hendak kulontarkan pada Jason. Begitu pintu apartemen terbuka, Jason langsung memelukku, aku meronta memintanya melepaskanku, namun ia makin mempererat pelukannya.
"Aku mohon maafkan aku Al, aku tidak tau apa yang terjadi, tapi kumohon maafkan aku Al", ucapnya di telingaku.
Aku memejamkan mataku, menahan emosiku, lalu berkata "Aku perlu penjelasan Jas!".
Perlahan ia melepaskan pelukannya, dan membawaku duduk bersama di sofa.
"Aku bertemu dengan Alicia di toilet, ia menggunakan kalung yang mirip denganku Jas".
"Ahhh... kalung itu, ya aku memang pernah memberikan padanya sebuah kalung. Biar kutebak ia mengatakan mengenai arti kalung itu".
Aku hanya diam, memutarkan bola mataku keatas, enggan menanggapi kalimat Jason. Lalu Jason berkata lagi,
"Aku tidak tau apa yang Alicia katakan padamu, tapi arti kalung itu bagiku adalah awal yang baru, dimana aku berjanji akan berusaha untuk menerimanya sebagai tunanganku Al, tidak lebih. Berbeda dengan arti kalung ini Al", ucapnya sambil menyentuh kalungku, aku bergerak mundur menghindari sentuhannya.
"Dari awal aku tau, aku akan memberikan segalanya untukmu, untuk kebahagiaanmu. Saat itu entah kamu mau menerimaku sebagai pasangan hidup atau tidak, kamu selalu memiliki tempat yang istimewa dihatiku Al, dari dulu hingga sekarang, itu tidak pernah berubah Al".
"Oh ya...? Kamu punya hobi memberikan barang yang mirip ya Jas!? Aku hanyalah pengganti bukan!?", ucapku marah.
"Kamu tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi pengganti, Alicia lah yang patut disebut sebagai pengganti, saat aku memberikan kalung itu, aku memang berada di tahap menyerah denganmu Al, dan bersedia memulai dari awal lagi dengan Alicia, tapi itu terjadi jauh sebelum aku menemukanmu lagi Al".
"Aku berkata jujur Al, jika kamu bisa lebih tenang dulu, kamu tau bahwa sebenarnya Alicia lah yang menjadi pengganti, bahkan arti kalung itu dari awal sangatlah berbeda bukan Al?".
"Oya Jas, bukankah aku cuma pengganti penghangat tempat tidurmu saja Jas?!".
"Al, apa kamu gila berkata seperti itu?! Kamu begitu berharga bagiku, kenapa berpikir serendah itu Al?".
"Kamu brengsek Jas!", ucapku sambil berlari hendak keluar dari apartemen, tapi Jason menahanku, memohon untuk mendengarkan penjelasannya.
Aku ingat malam itu adalah pertengkaran pertama kami. Aku terus menuduhnya dengan kata-kata pembohong dan aku hanyalah pemeran pengganti baginya, sedangkan Jason terus menerus dengan pembelaannya. Kini aku mengingat kenapa aku hanya memiliki 1 foto bersama Jason. Kurasa aku telah menghapus semua kenangan kami dan hanya menyisakan 1 foto saja, foto yang menjadi harapanku bahwa ia jujur dan tulus terhadapku seperti arti kalung yang ia berikan untukku. Malam itu juga adalah malam pertama aku tidur di kamar kecil ini, dan hal pertama yang aku lakukan setelah masuk kamar ini adalah melepaskan kalung pemberian Jason. Aku benci mengenakan barang yang mirip dengan mantannya.