Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
Waktu begitu cepat berlalu. Berjam-jam Raksa duduk di ruang tamu. Laki-laki muda itu bahkan sempat terlelap di atas sofa sederhana yang ada di dalam ruangan itu. Meskipun lelah, ia tak beranjak dari sana. Ia menunggu dengan sabar gadis yang sejak pagi tidak memberi kabar padanya. Beruntung, kedua orang tua Anna tidak mempermasalahkan keberadaannya di rumah itu.
Kedua orang tua Anna memang sudah mengenal Raksa sejak lama. Bahkan ketika Anna masih duduk di bangku sekolah menegah atas, laki-laki muda putra dari yang cukup berpengaruh di kota kecil itu, memang sudah sering menghabiskan waktu di rumah mereka.
Awalnya, hubungan Anna dan Raksa pun baik-baik saja. Putri mereka adalah gadis yang sangat ceria, hingga dua tahun lalu setelah Anna menyelesaikan kuliah dan mulai bekerja di hotel milik keluarga Raksa, tiba-tiba ibu dari Raksa mendatangi rumah itu dan menghina keluarga Anna.
Sejak kejadian itu, Anna mulai mengabaikan Raksa. Gadis itu mulai bersikap dingin. Meskipun tak pernah menolak saat Raksa memaksa untuk mengantar pulang, Anna masih belum membuka hatinya. Setiap pagi dan malam, Raksa akan mampir ke rumah itu untuk sarapan dan makan malam bersama, tapi Anna terus saja mengabaikan nya.
Sejak kejadian Ibu dari Raksa mendatangi rumah, Anna memilih mengubur perasaan serta mimpinya untuk hidup bersama Raksa. Baginya, harga diri jauh lebih penting dari rasa cinta yang mungkin saja akan hilang termakan usia.
Penghinaan ibu dari laki-laki yang selalu mengatakan akan menjaganya itu, terus terbayang di ingatan, membuat Anna memilih menghapus semua rasa yang tercipta untuk Raksa.
Siang yang terik di kota kecil mulai beranjak pergi. Kini, pemandangan indah di ujung sana mulai terlihat. Matahari yang tadinya begitu panas, kini mulai berganti warna kekuningan yang terlihat begitu indah.
Sudah berapa jam berlalu Anna habiskan di taman itu. Kini, ia kembali beranjak dari kuresi panjang dan melangkah menuju jalan utama. Taksi online yang ia pesan, sudah menunggunya di sana. Setelah beberapa jam ia berusaha untuk kembali menata hati dan menerima kenyataan hidupnya, kini Anna sudah merasa jauh lebih baik untuk bertemu kedua orang tuanya. Yah, kehidupannya memang di sini. Di kota kecil ini.
##
“Terima kasih, Pak.” Anna mengulurkan selembar uang berwarna merah ke arah sopir taksi, dan meminta laki-laki paruh baya itu untuk menyimpan kembalian nya.
Langkah kaki Anna terhenti, saat mendapati mobil yang tidak lagi asing, terparkir rapi di sisi jalan tepat di depan rumah orang tuanya. Seharusnya, dia tidak terkejut dengan hal ini. Ia sudah mengenal Raksa cukup lama, jadi ia tahu bagaimana laki-laki itu bersikap setelah tidak ada kabar darinya selama satu hari ini.
Dengan sikap seperti biasa, Anna melangkah menuju rumah dan mengucapkan salam. Orang yang pertama kali ia lihat adalah Raksa. Laki-laki itu hanya mengenakan pakaian rumahan.
Tanpa mengucapkan satu kata pun, Anna melangkah masuk dan langsung menuju kamar tidurnya. Kali ini, tidak hanya Raksa yang begitu terkejut dengan sikap Anna, tapi juga kedua orang tuanya.
Apa yang terjadi dengan gadis kesayangan mereka itu? Kenapa tiba-tiba berubah? Begitulah yang ada dipikiran ketiga orang yang hanya bisa memandang pintu kamar yang sudah tertutup rapat.
Raksa melangkah cepat menuju pintu kamar Anna yang baru saja tertutup rapat. Ia mengetuk pintu itu.
“Ada apa?” Tanya Anna. Tatapannya dingin, membuat Raksa semakin bingung. “Aku mau mandi.”
Anna kembali menutup pintu itu tanpa menunggu kalimat yang keluar dari mulut Raksa.
Raksa berbalik, menatap Ayah dan Ibu yang sama bingung nya dengan dia.
“Apa dia punya masalah yang kita tidak tahu?” Ibu meraih tangan Ayah. Wanita paruh baya itu menatap suaminya yang juga terlihat khawatir.
“Tadi pagi dia masih baik-baik saja. Dia terlihat begitu ceria. Jangan khawatir. Mungkin dia sedikit lelah. Tunggu saja, nanti akan Ayah tanyakan setelah dia selesai.”
Ayah menggenggam tangan Ibu, berusaha meyakinkan istrinya itu jika gadis kecil mereka baik-baik saja. Meski pun, tak bisa dipungkiri, ia pun merasa khawatir dengan perubahan sikap putri mereka yang begitu tiba-tiba.
“Ayo, Nak. Kita tunggu Anna di meja makan.”
Kali ini Ayah sudah menatap Raksa yang masih mematung di depan pintu kamar Anna.
Mendengar ajakan itu, Raksa mengangguk. Ia akan menanyakan nanti, apa sebenarnya yang terjadi dengan gadis yang ia cintai itu.
Setelah seharian tidak memberi kabar, kini kembali dengan suasana hati yang buruk. Padahal, ia yakin, hari ini Anna tidak masuk kerja karena orang kepercayaannya di hotel sudah memastikan hal itu.
Waktu sudah berlalu beberapa menit. Makanan sudah selesai terhidang di atas meja, namun, gadis yang sedang mereka tunggu belum juga menampakkan diri.
Karena sudah tidak sabar, Ibu memutuskan beranjak dari tempat duduknya, lalu meninggalkan dapur. Entah apa yang sedang terjadi dengan Anna, hingga tiba-tiba berubah seperti ini. Beberapa hari ini, putrinya itu selalu bersemangat saat pulang kerja. Gadis itu bahkan bisa menyempatkan diri untuk membantunya di dapur. Kenapa sore ini, tiba-tiba kembali bersikap dingin.
“Nak..”
Ibu mengetuk pintu kamar Anna.
Beberapa saat kemudian, Anna membuka pintu kamar. Gadis itu masih diam di ambang pintu sambil menahan pintu kamar tidurnya. Ia masih belum mengatakan apa-apa, hanya memandang wajah ibu.
“Kamu ada masalah di tempat kerja?” Tanya Ibu.
“Enggak ada, Bu. Aku hanya sedikit lelah, ingin beristirahat.”
Anna masih berdiri di ambang pintu kamar tidurnya, beitu pula dengan Ibu.
“Enggak makan dulu? Raksa dan Ayah sudah menunggu.”
Ibu meraih tangan Anna, dan menarik putrinya itu menuju dapur. Anna tidak bisa melakukan apa-apa, dan hanya mengikuti kemauan ibunya itu. Ia masih terus diam lalu menarik satu kursi di samping Raksa, dan duduk di sana dengan tenang.
Mengambil satu piring yang sudah tersedia di sana, dan mulai mengisi piring itu dengan makanan yang sudah tertata rapi di atas meja. Gadis itu mengabaikan tatapan penuh keheranan dari ketiga orang yang ada di sana.
“Kalian tidak makan dan hanya terus menatap ku?” Ucap Anna tanpa mengalihkan tatapannya dari makanan yang ada di piring. Ia bahkan mulai menyuapi makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
“Apa yang terjadi dengan mu? Kenapa tiba-tiba kembali bersikap kasar seperti ini?”
Raksa tidak tahan lagi. Ia tidak ingin Anna kembali mengabaikannya. Tidak, tiga hari ini hubungan mereka sudah begitu baik. Anna tidak lagi bersikap dingin padanya. Tapi kenapa, malam ini tiba-tiba kembali seperti ini?
“Tiga hari ini kamu sudah membuka hati kamu, An? Kenapa kembali seperti ini?
Mendengar kalimat Raksa, Anna menghentikan suapan makanan ke mulutnya.