Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.
Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.
Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.
Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?
Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. KEHADIRAN DUA ORANG MISTERIUS.
Satu per satu langkah Kania menapaki anak tangga, hingga akhirnya ia berdiri di atas mimbar.
Kania menarik napas dalam-dalam, lalu meletakkan kedua tangannya di sisi mimbar. Senyum tipis ia tunjukkan, bukan untuk menyenangkan orang lain, melainkan untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Dari jauh, bibir Mawar terus bergetar, seakan tanpa henti ia memberi semangat bahwa Kania mampu melewati semua itu.
Dengan suara tenang namun tegas, Kania membuka presentasi.
“Selamat siang, Yang Terhormat Dewan Juri dan seluruh peserta yang hadir. Saya, Kania, mewakili TERATAI Grup. Kami hadir di sini bukan hanya untuk bersaing, tetapi untuk menunjukkan bahwa kerja keras, keberanian, dan keyakinan dapat melahirkan karya besar, bahkan dari perusahaan kecil sekalipun.”
Ruangan kembali hening. Tidak ada sorakan, tidak ada bisik-bisik. Semua mata fokus tertuju pada Kania, menunggu apa yang akan ia sampaikan selanjutnya.
Kania berdiri tegak, lalu membuka presentasinya dengan suara lantang dan penuh keyakinan.
“Yang Terhormat Dewan Juri, serta seluruh hadirin, izinkan saya memaparkan rancangan kami.
Proyek ini kami rancang dengan prinsip efisiensi dan keberlanjutan. Ada beberapa poin utama yang menjadi komitmen TERATAI Grup:
1.Menggunakan bahan berkualitas
Kami memastikan seluruh material yang dipakai adalah bahan dengan standar terbaik, tahan lama, dan ramah lingkungan. Dengan begitu, hasil pembangunan bukan hanya indah dipandang, tetapi juga terjamin kekuatannya untuk jangka panjang.
2.Menekan anggaran dengan cermat
Perhitungan biaya kami lakukan seefisien mungkin, tanpa mengurangi kualitas. Dengan manajemen yang tepat, anggaran tidak akan membebani, melainkan justru memberi keuntungan lebih besar bagi semua pihak.
Merekrut pekerja dari warga lokal
Kami percaya pembangunan tidak hanya soal bangunan, tetapi juga memberi dampak sosial. Dengan memberdayakan tenaga kerja lokal, maka proyek ini bukan hanya memberi hasil fisik, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
4.Tepat waktu dengan ketahanan terjamin
Kami berkomitmen menyelesaikan proyek sesuai jadwal yang ditentukan. Dengan sistem kerja yang terukur dan pengawasan ketat, kami memastikan tidak ada keterlambatan. Hasilnya adalah bangunan yang kokoh, tahan lama, dan dapat dibanggakan oleh semua pihak.”
Kania berhenti sejenak, menatap para juri dengan penuh percaya diri.
“Dengan segala persiapan ini, kami yakin proyek ini tidak hanya berhasil, tetapi juga memberikan manfaat nyata, bagi masyarakat, bagi pengguna, dan bagi masa depan.”
Kani menunduk memberi hormat pada dewan juri dan juga para penonton. Hening sesaat hingga salah seorang dewan juri berdiri memberi tepuk tangan di ikuti dewan juri lainya. Tidak sampai disitu saja beberapa penonton ikut berdiri memberi tepuk tangan atas presentase yang baru di paparkan Kania denga lancar tanpa kendala.
Kania mengangkat wajahnya, menahan haru. Presentasi yang ia sampaikan dengan tenang dan lancar tanpa kendala kini berbuah manis, sebuah pengakuan yang tak terduga dari banyak orang.
Di sudut ruangan, wajah-wajah yang sebelumnya meremehkan kini tampak kaget, sebagian tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
TERATAI Grup, yang tadinya dianggap kecil dan tak berarti, kini berhasil mencuri perhatian dengan cara yang paling elegan.
“Aku tidak menyangka kalau perusahaan TERATAI Grup bisa memberi dobrakan sebagus ini—membuka mata kita dengan presentasi yang begitu gemilang,” ucap salah satu peserta dengan nada setengah tak percaya, matanya masih terpaku pada Kania Yang berdiri di atas mimbar.
"Betul katamu. Aku kira perusahaan RAYMOND Grup lah yang terbaik. Tapi ternyata, bila diukur dari segi presentasi, aku justru yakin TERATAI Grup lah pemenangnya.” balas pria yang duduk di sampingnya dengan mata yang juga tidak lepas dari Kania.
Sementara itu, Raymond yang duduk di deretan depan hanya terdiam, rahangnya mengeras menahan amarah. Tepuk tangan yang seharusnya untuknya kini justru mengarah pada rival yang ia anggap remeh.
Di sisi lain, Tamara berbisik dengan nada sinis namun jelas terdengar.
“Jangan bangga dulu. Kita lihat sebentar lagi apa kamu masih bisa tersenyum ataukah menangis meratapi kekalahan mu.”
Kania turun dari mimbar dengan langkah tegap, sorot matanya menegaskan satu hal—TERATAI Grup bukan lagi perusahaan kecil yang bisa dipandang sebelah mata.
Kania disambut teman-teman setimnya dengan sorak-sorai penuh kegembiraan. Senyum lebar menghiasi wajah mereka, rasa bangga yang tak bisa disembunyikan.
Mereka tahu, Kania baru saja membungkam mulut orang-orang yang sedari tadi memandang remeh kemampuan TERATAI Grup. Kini, di depan semua orang, mereka berhasil membuktikan diri.
Untuk kedua kalinya, moderator meminta para peserta untuk beristirahat sejenak. Hal itu dilakukan karena para dewan juri perlu berunding sebelum akhirnya membacakan pengumuman pemenang.
Suasana ruangan Mendadak riuh rendah. Ada yang sibuk menebak-nebak hasil, ada pula yang hanya terdiam menunggu dengan wajah tegang.
Para dewan juri bangkit dari tempat duduk mereka, lalu berjalan beriringan menuju pintu belakang.
Kania dan kawan-kawannya keluar ruangan untuk mengambil napas. Beban yang selama ini mereka pikul seakan terlepas begitu saja setelah Kania berhasil menyelesaikan presentasinya dengan baik.
Mereka berjalan menuju meja tempat mereka pertama kali beristirahat. Namun, belum juga mereka duduk, terdengar langkah kaki dan tepukan tangan mendekat pada mereka
Plok… plok… plok…
Semua menoleh. Raymond dan Tamara berjalan mendekat sambil tersenyum sinis.
“Rupanya para cecunguk sudah berkumpul di sini. Kalian pikir sudah menang, hah? Jangan mimpi! Perusahaan tak berguna seperti TERATAI Grup mana mungkin bisa mengalahkan perusahaan kami yang sudah berkali-kali memenangkan proyek dan penghargaan,” ucap Tamara lantang, disambut anggukan Raymond di sampingnya.
Kania tersenyum tipis lalu menjawab dengan nada mengejek.
“Lucu sekali, Tamara. Kalau memang perusahaan kalian sehebat itu, kenapa sampai sekarang masih sibuk mencemarkan nama perusahaan kecil seperti kami? Bukankah seharusnya kalian tak perlu repot-repot menjelekkan lawan kalau benar-benar yakin akan menang?”
Beberapa dari tim Kania menahan tawa kecil, suasana mendadak jadi panas sekaligus tegang.
Tamara terdiam sesaat, wajahnya memerah menahan emosi, sementara Raymond berusaha tetap menjaga wibawa dengan senyum tipisnya, meski jelas terlihat gengsinya terusik oleh jawaban Kania.
"Awas saja kalian! Kami tidak akan membiarkan kalian menang. Bersiaplah menerima kekalahan. Ayo, sayang, kita pergi.”
Dengan wajah kesal, Tamara langsung menarik tangan Raymond, meninggalkan Mereka begitu saja.
"Pergi sana, dasar suanggi!” teriak Mawar lantang saat keduanya sudah menjauh.
Sementara itu, dari arah pintu masuk gedung sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu. Pintu mobil terbuka dan keluar dua orang berjaket hitam.
Keduanya melangkah cepat menuju ruangan tempat para juri berkumpul. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, mereka langsung menerobos masuk.
Para dewan juri yang sedang sibuk berdiskusi sontak terdiam, Kaget oleh kehadiran dua orang tak di kenal. Suasana hening sesaat, seolah udara di dalam ruangan ikut menegang.
apa perlu Kania pergi jauh dulu baru menyadari perasaan nya, kan selalu seperti itu penyesalan selalu datang terlambat aseekk..
tapi aku juga penasaran sama kanaya yng mirip Kania apakah mereka kakak adek?
akhirnya ada second lead aku harap si Bram liat interaksi Dirga sama Kania
jangan sampe nanti Tuan Bram menyesal klo Kania pergi.