Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengen nikah?
Kembali ke perusahaan daddynya setelah ngobrol ngga jelas dengan keempat teman barunya, sedikit melegakan ruang kepalanya. Tapi kelegaan itu ngga akan berlangsung lama, karena akan dipenuhi lagi dengan pekerjaan yang ngga berkesudahan.
Apa dia memang lebih baik nikah aja?
Jadi bisa melepas tanggung jawabnya pada suaminya nanti?
Pikirannya mulai ngga waras setelah melihat kehidupan Abigail sekarang--setelah menikah, yang tampak lebih santai dan ceria. Sepupu sekaligus sahabatnya otu bahkan tampak lebih bahagia dari pada saat mereka dulu selalu bertualang ke banyak tempat.
Flashback On
"Wah, keponakan keponakan onty cantik banget." Kayana menatap gemas pada dua bayi cewe yang cantik milik Abigail dan Bang Shakti.
Walau sedang terlelap, tapi aura cantiknya memancar jelas.
Beberapa hari yang lalu dia mengunjungi Abigail.
"Baru bayi aja udah cantik gini, gimana gedenya, ya," puji Kayana gemas
Abigail tersenyum senang mendengarnya.
"Bayi kembar tiga bang Shaka dan Rifanza juga bikin kangen," ucapnya lagi.
"Kemarin juga ke rumah Bang Shaka dengan mami."
Tante Edna sangat kerepotan karena langsung dapat lima cucu dalam waktu yang berdekatan.
"Oooh... Iya ya. Tadi malam Mami Edna dan om Eriel juga datang."
"Gantian, ya."
Kayana tertawa pelan, agar bayi kembarnya ngga terjaga.
"Iya." Abigail juga ikut tertawa. Mama dan papanya akan datang besok untuk menjenguk cucu cucunya lagi.
"Makanya cepat nikah, Kay. Seru loh, apalagi ntar kalo kamu udah ngelahirin anak," saran Abigail dalam tawanya.
"Kamu udah punya turunan kembar jadinya ngga akan sulit." decak Kayana tetap dengan pandangan gemasnya pada dua bayi cantik di depannya.
Pengen gendong tapi dia terlalu takut karena tubuh bayi bayi ini masih sangat lembut.
"Gampang. Tinggal atur posisi saja." Abigail masih memberikan saran dalam tawanya yang lepas.
"Abi.... Aku ini belum nikah. Ngapain kamu ngomong kayak gini?" decak Kayana merasa mual.
Abigail menanggapinya masih dengan tawa.
"Kamu ngga sepolos dulu lagi," ketus Kayana.
"Sorry, sorry..... Makanya nikah, Kay. Biar kita bisa se frekuensi lagi kalo ngomong."
"Dasar."
"Jadi daddy dan mami belum ngasih calon lagi?" tanya Abigail setelah tawanya reda. Ajaibnya bayi kembarnya malah anteng tidurnya, seolah ngga terganggu dengan kebrisikan suara tawa maminya.
"Belum."
"Jangan jangan daddy dan mami kamu belum move on dengan calon yang dulu."
"Nggak, yaaa..... Kan udah aku tolak."
"Kamu ngga nyesal? Dia kualifikasi tinggi lho, Kay," bujuk Abigail.
Kayana mengerutkan alis
"Dia udah selesai, By. Udah setahun juga. Mungkin sekarang mami dan daddy lagi nyeleksi calon baru."
"Trus, kamu bakal terima kalo ntar dijodohin?" tanya Abigail antusias.
"Ngga tau. Tapi lebih enak jomblo aja. Bebas, ngga ada yang ngatur," tawa Kayana pelan. Tapi dalam hatinya dia takut juga kalo apa yang dia ucapkan bakal benar.
Apa dia sudah siap ketemu dengan orang baru?
"Padahal kalo sama yang itu, ngga akan sulit dapat anak kembar. Wong dia aja kembar," tawa Abigail membuat Kanaya mengeluarkan decakannya.
Kenapa, sih, ke sana lagi, ke sana lagi, omelnya dalam hati
Endflasback.
Memangnya siapa, ya, yang mau nikahi aku, batinnya.
Ngga mungkin dia, kan, walaupun masih jomblo.
Tanpa sadar Kayana memukul keningnya beberapa kali dengan telapak tangannya.
Aku ngga boleh sering sering ketemu Abigail. Bisa bisa kedoktrin cepat nikah ntar, omel Kayana dalam hati
Huffff....!
Kayana menghembuskan nafas panjang. Dia pun berdiri dan memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan untuk merenggangkan otot otot pinggangnya.
Kemudian dia pun meluruskan kedua tangannya ke depan.
KRETEK
KRETEK
KRETEK
Huuffff....!
Rasanya lega banget setelah mendengar bunyi pergeseran tulang tulangnya yang bergemelatakan.
Dia menatap lagi setumpuk pekerjaan yang sudah dia selesaikan.
Pantas saja orang tuanya ingin menjodohkannya. Pasti mereka kasian melihatnya yang harus memikul tanggung jawab sebesar ini.
Sekarang Kayana baru menyesal kenapa dia ngga punya kakak atau adik laki laki.
Huufffff......
Kayana menghembuskan nafasnya lebih panjang dari yang tadi.
Mungkin nanti kalo ada calon lagi, dia ngga akan menolak secara ceroboh seperti dulu.
Kayana ngga akan sanggup memikul tanggung jawab sebesar ini.
Bagaimana kalo di tangannya perusahaan daddy malah bangkrut?
Huufffff.......!
Kayana menghembuskan nafas lagi untuk mengusir ketakutan yang bersarang di dalam kepalanya.
TOK TOK TOK
Sekretarisnya membuka pintu dan berjalan anggun ke arahnya.
"Nona, anda dipanggil tuan besar."
Papa?
"Kamu tau ada apa?"
"Kurang tau nona. Tuan besar tidak mengatakan apa apa."
"Oke."
Hasna-sekretarisnya kemudian keluar dari ruangannya dan menutup pintu.
Ada apa, ya? Ngga mungkin dia melakukan kesalahan, batinnya mencoba menerka nerka alasan daddynya memanggilnya.
*
*
*
Tanpa mengetuk pintu, Kayana langsung membukanya.
Dia langsung merasa ngga enak karena ternyata ada tamu di ruangan daddynya. Tamu yang ngga dia kenal.
Kayana membalas senyum laki laki yang seusia dengan daddynya sambil melangkah mendekati daddynya
Farel-daddy Kayana berdiri menyambut kedatangan putrinya.
"Kay, kenalkan ini Om Emir," ucap daddynya sambil membimbingnya mendekati tamu daddynya.
Kayana merasa dejavu dengan wajahnya. Mirip seseorang yang sayangnya dia lupa. Tapi cukup membuat jantungnya berdetak keras.
"Kayana, Om," ucapnya sambil menyalim dan mencium punggung tangan relasi daddynya
Emir tersenyum lembut. Hatinya senang mendapat perlakuan sesantun itu.
"Mengganggu pekerjaan kamu, ya? Katanya kamu sedang belajar mengurus perusahaan," ucap Emir ramah.
"Nggak ganggu, kok, om. Iya, masih belajar." Kayana tersenyum canggung.
"Om Emir teman kuliah daddy dulu di Inggris," jelas Daddynya.
Kayana hanya manggut manggut.
"Bagaimana kalo kita atur ulang lagi?" tanya Emir sarat makna.
Farel tertawa lepas.
"Boleh, boleh. Kayana nggak akan menolak kali ini," jawab Farel yakin.
Kayana menatap daddy dan temannya bergantian dengan tatapan heran.
Maksudnya apa, ya? Firasat Kayana langsung ngga enak. Saat ini dia sudah duduk di dekat daddynya, sedangkan Om Emir duduk di depannya.
Emir tersenyum melihat wajah bingung Kayana.
"Kay, mau, ya, dijodohkan dengan anak om.'
Kayana mematung.
Ap-- appaa? Otak Kayana langsung blank.
Baru saja tadi dia memikirkan soal perjodohan. Sekarang malah kejadian.
Om Emir tertawa melihat keterpakuan Kayana.
Begitu juga Farel. Dia mengusap puncak kepala putrinya hingga Kayana gelagapan, tersadar dari kebengongannya
"Kamu tenang aja, Kay. Anak om ngga bakal nolak kamu," tukas Emir ketika tawanya terjeda.
Bu--bukan itu, panik Kayana menyahut dalam hati.
Dia belum siap dengan orang baru.
"Nanti semua kerjaan kamu akan dia kerjakan. Jadi kamu terima beres saja," tawa Farel meledak.
Iya, sih.
"Kalo dia macam macam sama kamu, tinggal lapor om aja," sambung Emir sangat antusias.
Serius, om?
"Tuh, kamu bakal aman, Kay," seloroh daddynya yang ngga kalah semangatnya dengan Om Emir untuk meyakinkan hatinya
Sebentar sebentar...... Boleh lihat foto anaknya, om?
Pertanyaan itu yang ingin Kayana lontarkan tapi lidahnya terasa kelu. Sementara dua laki laki paruh baya itu masih memperdengarkan suara tawa bahagia mereka.
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....