NovelToon NovelToon
(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cintapertama
Popularitas:316
Nilai: 5
Nama Author: Penasigembul

Dorongan kuat yang diberikan sepupunya berhasil membuat Marvin, pria dengan luka yang terus berusaha di kuburnya melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang praktek seorang Psikolog muda. Kedatangannya ke dalam ruang praktek Bianca mampu membuat wanita muda itu mengingat sosok anak laki-laki yang pernah menolongnya belasan tahun lalu. Tanpa Bianca sadari kehadiran Marvin yang penuh luka dan kabut mendung itu berhasil menjadi kunci bagi banyak pintu yang sudah dengan susah payah berusaha ia tutup.
Sesi demi sesi konsultasi dilalui oleh keduanya hingga tanpa sadar rasa ketertarikan mulai muncul satu sama lain. Marvin menyadari bahwa Bianca adalah wanita yang berhasil menjadi penenang bagi dirinya. Cerita masa lalu Marvin mampu membawa Bianca pada pusaran arus yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana.
Ditengah perasaan dilema dan masalahnya sendiri mampukah Bianca memilih antara profesi dan perasaannya? apakah Marvin mampu meluluhkan wanita yang sudah menjadi candu baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penasigembul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Sepanjang perjalanan pulang, Bianca tidak banyak bersuara. Sosok Fani yang muncul tadi berhasil membuat pikirannya penuh dan menambah kecemasan dalam dirinya.

“Kak Marvin, kenapa gak pernah cerita kalau punya saudara Psikolog?” pertanyaan Bianca memecah keheningan di dalam mobil itu, menoleh pada pria di sampingnya yang sedang fokus dengan jalanan di depannya.

“Maksudmu Fani?” tanya Marvin memastikan. Bianca hanya mengangguk, “Aku tidak mengetahuinya.” Jawab Marvin kemudian, ia memang tidak begitu mengenal Fani, selain karena dirinya yang tidak pernah berkumpul dengan keluarga besar, Fani merupakan saudara jauh karena ia merupakan cucu dari adik Tuti.

Pertemuan dengan Fani malam ini seolah menangkap basah Bianca dan membenarkan gosip yang beredar tentang nya belakangan ini yang menjalin hubungan dengan kliennya. Bianca dapat memastikan berita ini akan segera tersebar di tempat prakteknya dan akan membuatnya tetap menjadi pembicaraan hangat di kalangan rekan sejawatnya.

“Dimana kamu mengenal Fani?” tanya Marvin yang terdengar seperti basa basi di telinga Bianca.

“satu tempat praktek denganku.” Marvin menoleh mendengar jawaban Bianca, ada keterkejutan disana.

“aku tidak pernah melihatnya, dan aku baru tahu ia juga praktek disana.” Balas Marvin yang di balas dengan senyum oleh Bianca.

“Dia hanya praktek seminggu 2 kali dan mungkin memang tidak bertepatan dengan sesi konsultasi Kak Marvin.” Sahut bianca berusaha tenang dan tidak menunjukkan kecemasannya di depan Marvin karena pria itu belum menyadarinya.

Fani memang salah seorang Psikolog junior yang baru bergabung dengan counceling center tempat Bianca praktek, wanita itu masih memiliki kesibukan sosial sehingga hanya mengambil praktek dua kali dalam satu minggu.

Tanpa Bianca sadari tidak perlu menunggu sampai senin untuk berita tentang dirinya yang pergi bersama kliennya tersebar, Fani sudah mulai menginformasikan hal itu kepada asistennya dan langsung menyebar dengan cepat.

Ponsel Bianca bergetar yang menandakan adanya panggilan masuk, nama Jean muncul di layar ponselnya.

“ya Jean.” Sapa Bianca setelah permisi pada Marvin untuk mengangkat panggilan telepon.

“apa hari ini Mbak Bianca pergi dengan Pak Marvin?” Bianca mengernyitkan dahinya heran, bagaimana mungkin Jean tahu dirinya sedang bersama dengan Marvin malam ini.

“darimana kamu mendapat informasi itu?” tidak menjawab pertanyaan Jean, Bianca malah melontarkan pertanyaan balik.

Dari Vira, asisten Mbak Fani.” Mendengar kedua nama itu disebut oleh Jean berhasil membuat Bianca meluruhkan tubuhnya pada sandaran kursi penumpang, Marvin menoleh melihat reaksi Bianca tapi menahan diri untuk bertanya sampai wanita itu selesai dengan panggilan teleponnya.

“Akan aku ceritakan besok senin padamu, sekarang aku tutup dulu ya teleponnya.” Bianca mengakhiri panggilan telepon tersebut. Ia tidak menyangka Psikolog muda itu akan langsung menjadikan pertemuan dengannya sebuah pembicaraan hangat dengan asistennya. Vira dan Fani memang memiliki usia yang tidak terlalu jauh dan di kenal memiliki hubungan yang sangat dekat sebagai seorang psikolog dan asisten.

“Ada apa, Ca?” tanya Marvin yang sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

“ada sedikit masalah pada kerjaanku, Kak. Tapi semua masih bisa di kendalikan.” Tutur Bianca yang tidak sepenuhnya jujur. Dirinya sendiripun ragu apakah pembicaraan tentang hubungannya dengan Marvin nanti bisa dikendalikan atau tidak.

“semoga cepat selesai.” Balas Marvin tulus, tanpa pria sadari bahwa salah satu sumber masalah Bianca adalah dirinya.

Marvin kembali fokus dengan jalanan akhir pekan yang masih cukup ramai meski hari semakin malam, sedangkan Bianca hanya diam dan sibuk dengan pikiran yang memenuhi kepalanya, pertemuan dengan Fani malam ini adalah suatu kemalangan bagi seorang Anindia Bianca Maheswari

*

Berbeda dengan Bianca yang mulai cemas karena bertemu Fani, di kediaman Dirgantara Fani cukup aktif mencari tahu sedekat apa Marvin dengan Bianca.

“Hai Oma Tuti.” Sapa Fani menghampiri kakak dari Omanya itu.

“Kenapa baru datang, Fan? Apa Tari tidak datang?” tanya Tuti beruntutn pada cucuk adiknya itu.

“tidak Oma, Oma Tari sedang kurang sehat.” Jawab Fani apa adanya. Tari merupakan adik Tuti, saudara yang masih hidup. Tuti memliki 4 saudara lagi yang sudah berpulang kepangkuan Allah di surga.

“Oma, siapa wanita yang bersama Kak Marvin, aku bertemu mereka di depan tadi.” Tanya Fani pura-pura tidak mengenal siapa Bianca, sambil duduk di sebelah Tuti dengan antusias.

Kau bertemu dengannya?” tanya Tuti ikut bersemangat mendengar topik yang dibuka oleh Fani, membuat Anton, Febi dan Intan yang masih ada di sana ikut menyimak.

“namanya Bianca, Marvin mengenalkan pada Oma kalau wanita itu psikolog yang mendampingi terapinya.” Oma Tuti mulai mengingat perkenalannya dengan Bianca. “Apa menurutmu dia cantik, Feb?” tanya Oma Tuti yang terarah pada menantu tertuanya, membuat Intan yang disebelahnya tersenyum tipis. Febi hanya mengangguk ragu menanggapi pertanyaan ibu mertuanya.

“Apakah Kak Marvin sering pergi dengannya?” tanya Fani lagi sebelum Febi sempat menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya, Fani terus berusaha mengorek sebanyak mungkin informasi yang bisa ia dapatkan.

“Oma tidak tahu, Fani. Kenapa kamu begitu penasaran?” tanya Tuti heran dengan kelakuan cucu dari adiknya itu. Fani hanya menggeleng masih sambil tersenyum.

“tidak Oma, hanya tidak pernah melihat Kak Marvin pulang membawa seorang wanita.” Celoteh Fani yang langsung mendapat peltotan dari Intan, perkataannya terdengar terlalu sok akrab dengan Marvin.

Meski kecewa karena tidak mendapatkan banyak informasi mengenai kedekatan hubungan antara Marvin dan Bianca, Fani cukup senang karena pertemuannya dengan Bianca malam ini di kediaman Dirgantara menambah satu lagi bukti yang dibutuhkan untuk menjatuhkan Psikolog muda itu.

Fani memang sudah dua bulan ini memerhatikan Bianca dan Marvin, atas permintaan seseorang dan karena keinginannya menjatuhkan nama baik Bianca yang seolah tanpa cela bagi siapa saja yang mengenalnya.

Kecantikan, kecerdasan, ketenangan dan profesionalitas yang dimiliki Bianca mampu membuat siapa saja yang berada di dekatnya merasa iri tidak terkecuali Fani yang ingin seperti Bianca tapi tidak pernah berhasil.

Sudah menjadi rahasia umum banyak klien baru yang datang kesana karena mendapat rekomendasi dari teman mereka mengenai Bianca. Bukan hanya banyak klien yang mencarinya, tapi diantara rekan-rekan sejawat, Bianca adalah role model terutama bagi mereka Psikolog junior.

Mendapatkan sedikit cacat pada diri Bianca membuat Fani bisa menjadi perhatian banyak pihak karena membawa berita tentang Psikolog terbaik, Bianca yang memiliki hubungan personal dengan kliennya, yang jelas dapat melewati etika profesionalitas seorang Psikolog.

Fani berpamitan setelah bersenda gurau dengan Tuti, Anton, Intan dan Febi. Wanita itu sudah merasa puas dengan apa yang ia dapatkan dua bulan ini. Sambil berjalan menuju mobilnya Fani mencari ponselnya di dalam tas dan segera menghubungi seseorang untuk memberikan informasi yang baru saja ia dapatkan.

“Aku rasa buktinya sudah cukup.” Tutur Fani setelah sambungan telepon itu terhubung.

1
Tít láo
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
Michael
aku mendukung karya penulis baru, semangat kakak 👍
Gbi Clavijo🌙
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!