"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"
"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.
"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."
"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.
"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Kau." geram Athur yang di buat kesal namun ada benarnya juga apa yang di lontarkannya.
"Kenapa?" Dino malah lebih berani seakan menunjukan jika dia tidak takut.
"Sudahlah," akhirnya Athur menyerah, pergi meninggalkan Dino.
Dino hanya memandang Athur tanpa menegurnya. Masa bodo dengan pendapatnya, tidak ada yang salah menurutnya tentang jawabannya itu. Jika saja Athur tanya menyebut nama pastilah Dino menjelaskan.
Nina keluar dari dapur membawa masakan yang sudah matang. Menata beberapa menu di atas meja dengan rapih. Tidak ada yang istimewa tapi setidaknya sudah membuat mereka kenyang.
"De Kak Rara belum pulang?"
"Belum kak."
"Tumben Kakak belum pulang, biasanya juga jam setengah depan udah sampai. Ini sudah jam delapan."
"Apa Dino jemput aja Kak?"
"Nggak usah De, tunggu sebentar lagi mungkin Kakak lembur. Ya udah sana kamu makan aja dulu," perintah Nina lembut.
"Baiklah, perutku juga udah laper banget nih"
"Kakak nyari siapa?" melihat Nina seakan mencari sesuatu menengok ke arah kamar Rara.
"Kak Athur?"
"Oh, dia di luar." jawabnya singkat sambil menunjuk ke arah pintu luar berjalan melewani Nina.
Nina menghampiri Athur yang termenung terlihat seperti banyak pikiran. Namun, segan untuk bertanya hal pribadi.
"Kak makan dulu." Tanpa basa basi Nina langsung berbicara.
"Hmm,"
"Tunggu." Nina berhenti ketika berbalik ingin beranjak pergi meninggalkan
"Kenapa Kak?"
"Rara belum pulang, apa dia selalu pulang malam?"
"Oh Kak Rara dia memang selalu pulang malam. Setelah pulang sekolah dia langsung kerja part time di perpustakaan dekat sekolahnya." jelas Nina terseyum.
"Oh, Kak maaf. Nina tidak mau ikut campur sebenarnya, tapi Kakak belum cerita siapa Kakak sebenarnya. Jika kakak tidak keberatan tolong nanti kami ingin tahu agar kami bisa mengenal Kakak" jelas Nina kembali, mengutarakan apa yang ada di pikirannya.
"Hmm. Makasih kemarin kamu dan Kakakmu sudah mau menolongku. Sampai Kakakmu jadi korban warga atas kesalah fahaman itu."
Jujur saja Athur merasa sangat bersalah atas kejadian yang menimpa keluarga itu. Mereka sudah berbaik hati menolongnya malah hal tak terduga harus di Alami. Tapi Athur sudah yakin atas keputusanya setelah berapa hari tinggal di rumah itu. Mungkin ada rasa kasian atau balas budi yang di rasanya bukan cinta. Tidak mungkin cinta datang secepat kilat di hati pria itu.
"Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam," sahut Nina lembut menoleh ke sumber suara terseyum melihat siapa yang datang.
Iya dia adalah Rara, berjalan wajahnya yang terlihat lelah, terlihat begitu jelas oleh Athur. Namun, seyuman itu begitu tulus menyapa sang adik. Nina meraih tangan Rara lalu menciumnya
"Kakak lembur," Rara mengangguk sambil terseyum.
"Eh, kalian sedang apa?"
"Tadi aku hanya menawarkan makan. Tapi Kak Athur mungkin belum mau, menunggu Kakak pulang." goda sang adik.
Rara kikuk mendengar candaan Nina. Athur yang melihat gelagat Rara mencairkan suasana. Sedikit basa basi melontarkan pertanyaan.
"Kamu kerja?"
"Eh, Iya Mas."
"Dimana?" lanjut Athur bertanya.
"Di perpustakaan ALK Mars deket sekolah." Athur mengaguk faham.
"Oh, sejak kapan?" tanyanya lagi membuat Rara bingung di cecar pertanyaan pertama kali oleh Athur.
"Sudah hampir satu tahun, kenapa?" Rara bertanya balik mengurangi rasa penasarannya.
"Sudah. Nanti lagi lanjut ngobrolnya, kita masuk. Perutku sudah sangat lapar nunggui kalian. Tidak kasihan apa sama aku." Nina menunjukan mimik wajah sedih pada keduanya.
"Maaf," ujar keduanya bersamaan.
"Udah ayo masuk," ajak Nina menarik sang Kakak. Rara menoleh pada Athur seakan berkata untuk mengikutinya. Athur pun bangkit lalu berjalan mengikuti keduanya.
*
Tak terasa satu minggu sudah Athur dan Rara menikah dan tinggal serumah. Keduanya sudah tidak secanggung awal ketemu, hubunganya juga sudah sedikit dekat. Keadaan Athur yang sudah membaik akibat luka yang di alami malam itu.
Kejadian di mana malam pertama kali bertemu dengan Rara. Rara yang tidak sengaja menemukan Athur tergeletak di samping rumahnya ketika dia pulang kerja. Padahal Rara dibantu Nina juga Dino waktu itu.
Rara mengingat kembali kejadian malam itu, yang masih menjadi pertanyaan dalam hatinya. Perempuan itu sampai sekarang belum berani bertanya kenapa sampai Athur bisa mendapatkan luka yang cukup parah. Anehnya lagi kejadian itu, tidak ada satupun warga yang percaya jika Rara hanya membantunya.
Pastilah prasangka warga akan berfikir yang tidak-tidak. Dimana keduanya berada di dalam kamar yang sama, tapi Athur tak mengenakan baju. Padahal Rara hanya membantu membersihkan luka di lengannya. Sedangkan Nina di temani Dino pergi ke apotik membeli alkohol.
"Ada apa?"
"Tidak Mas, hanya memikirkan ujian satu bulan lagi." sahutnya berbohong.
"Katakan saja, jangan malu. Aku suamimu," jelas Athur yang tidak yakin dengan jawaban Rara.
Rara menoleh, memandangi wajah suaminya begitu tenang. Dia seakan tidak punya beban, padahal banyak sekali yang ingin Rara ketahui darinya. Kemudia Rara melihat langit malam dan memejamkan matanya memberanikan diri bertanya.
"Apa boleh aku bertanya sesuatu?"
"Katakan saja."
"Apa Mas masih punya kedua orang tua? Apa Mas, masih sekolah? Maaf aku bertanya hal pribadimu, bukan maksudku aku hanya ingin tahu. Jika tidak ingin menjawab jangan di jawab." beberapa pertanyaan Rara lontarkan tanpa menatap Athur.
"Aku masih punya Kedua orang tua, dan aku sudah bekerja. Apa lagi yang ingin kau ketahui?" tanya Athur yang faham akan rasa penasaran Rara.
"Tapi apa kedua orang tua Mas tidak khawatir, selama seminggu ini bukanya Mas tidak pernah keluar jauh. Terus bagaimana dengan pekerjaan Mas, apa tidak apa-apa bolos selama satu minggu?"
"Aku sudah memberi kabar pada orang tuaku. Tapi aku belum memberi tahu jika aku sudah menikah."
"Aku faham Mas. Tapi maaf ada hal lain yang ingin Rara tanyakan?" sedikit ragu namun ini sangat penting baginya.
"Katakan saja, tidak masalah."
"Apa Mas memiliki kekasih?"
Deg!
Pertanyaan itu langsung membungkam hati Athur. Alasan kenapa dia belum memberi tahu kedua orang tuanya. Sebenarnya dia memiliki tunangan, dan besok adalah hari ulang tahunnya. Bukan Athur melupakan atau pun ingin memiliki keduanya. Tetapi semua begitu rumit bagi Athur, ketenangan di wajah tampannya tidak sama seperti isi kepala dan hatinya.
"Kenapa Mas diam? Atau jangan-jangan memang Mas su ...," Athur mengangguk sebelum Rara menyelesaikan pertanyaannya.
Perempuan itu membungkam mulutnya sendiri. Sebenarnya Rara sudah menduga tidak mungkin pria setampan Athur tidak memiliki kekasih. Namun, tetap saja dia terkejut mengetahui fakta.
"Maaf," lirih Rara menunduk menitikan air mata tanpa di sadari.
Athur menoleh, faham akan Rara yang bersedih. "Kamu tidak bersalah, jangan meminta maaf padaku. Justru aku lah yang harus meminta maaf karena sudah menyeretmu dan memaksamu dalam hubungan ini."
kok bisa dinikahkan sih ?
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭