NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Wei Lin Hua dengan cekatan berlutut di sisi tubuh Jenderal Chen yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Tanpa ragu, ia mulai membuka zirah yang dikenakan sang jenderal, diikuti dengan baju yang membalut tubuh kekarnya, berusaha mencari sumber luka yang mungkin tersembunyi.

"Uh... pesona pria matang," gumam Lin Hua tanpa sadar, matanya terpaku sejenak pada bentuk tubuh Jenderal Chen yang kini terekspos. Otot-ototnya yang kekar dan bekas luka pertempuran menjadi bukti bisu dari pengalaman hidupnya sebagai seorang prajurit.

"Haish, fokus, fokus!" Lin Hua menggelengkan kepalanya pelan, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran yang mulai berkecamuk di benaknya. Ia menarik napas dalam-dalam dan kembali memfokuskan diri pada tugasnya.

Dengan gerakan terampil, Lin Hua mulai mengobati luka-luka yang terdapat di tubuh Jenderal Chen. Ia menumbuk berbagai jenis tumbuhan obat yang ia kenali, mencampurnya menjadi pasta kental, lalu dengan hati-hati membalurkannya di area-area yang terluka. Setelah itu, ia membalut luka-luka tersebut dengan perban bersih yang ia temukan di sebuah rumah kosong tak jauh dari tempat mereka berada.

Setelah selesai mengobati luka-luka Jenderal Chen, barulah Lin Hua mengalihkan perhatiannya pada lukanya sendiri. Luka gores akibat sabetan pedang pembunuh bayaran tadi terasa perih dan panas. Dengan sabar, ia membersihkan luka tersebut dan membalutnya dengan perban yang tersisa.

Setelah memastikan Jenderal Chen dalam keadaan stabil, Lin Hua memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia bersandar di dinding gua yang lembap, memejamkan mata, dan mencoba mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal. Pertarungan tadi benar-benar menguras tenaga dan emosinya.

"Siapa sebenarnya orang-orang itu? Mengapa mereka begitu bernafsu untuk membunuh Jenderal Chen?" pikir Lin Hua dalam hati. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dalam kejadian ini. Jenderal Chen bukanlah orang sembarangan, ia adalah salah satu tokoh penting di kerajaan ini. Pasti ada alasan kuat di balik upaya pembunuhan ini.

Tiba-tiba, tubuh Jenderal Chen terlihat menggigil hebat, menggoyahkan Lin Hua dari lamunannya. Tanpa pikir panjang, ia segera mengumpulkan ranting-ranting kering dan dedaunan yang berserakan di sekitar gua, bergegas membuat api unggun kecil untuk menghangatkan tubuh sang jenderal. Setelah api menyala dan memberikan kehangatan yang menenangkan, Lin Hua memutuskan untuk kembali masuk ke dalam hutan, mencari kelinci atau hewan buruan lain yang bisa mengganjal perut mereka yang keroncongan.

"Sepertinya pagi akan segera tiba," gumam Lin Hua lirih, matanya menatap semburat jingga yang mulai menghiasi langit di ufuk timur. Cahaya mentari pagi yang mulai merekah memberikan harapan baru setelah malam yang penuh dengan ketegangan.

Dengan langkah cekatan, Lin Hua menyusuri hutan, matanya awas mengamati setiap gerakan di sekitarnya. Setelah beberapa saat, ia melihat seekor rusa berukuran sedang sedang merumput di sebuah padang rumput kecil. Tanpa ragu, Lin Hua melempar belati miliknya dengan akurasi tinggi, tepat mengenai rusa tersebut. Meskipun tidak langsung mati, rusa itu terhuyung dan berusaha melarikan diri. "Hah, menyusahkan saja," gumam Lin Hua kesal, lalu dengan cepat mengejar rusa yang terluka itu. Setelah beberapa saat berlari, akhirnya rusa itu ambruk ke tanah, menyerah pada luka yang dideritanya.

Lin Hua menarik napas lega, menghampiri rusa yang sudah tak bernyawa itu. Ia memeriksa denyut nadinya untuk memastikan bahwa hewan itu benar-benar mati. Setelah yakin, ia mulai memikirkan cara untuk membawa rusa itu kembali ke gua. Ukurannya cukup besar, dan ia tidak mungkin menyeretnya begitu saja.

"Sepertinya aku harus memotongnya menjadi beberapa bagian," gumam Lin Hua sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Dengan hati-hati, ia mulai memotong-motong rusa itu menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan mudah dibawa. Ia memisahkan daging dari tulang, dan mengumpulkan daging-daging itu ke dalam kain yang ia bawa.

Setelah selesai, Lin Hua memanggul kain berisi daging rusa itu di pundaknya dan mulai berjalan kembali ke gua. Langkahnya terasa berat, bukan hanya karena beban yang ia bawa, tetapi juga karena rasa lelah yang mulai menyerang tubuhnya.

"Aku harus segera sampai di gua," pikir Lin Hua. "Jenderal Chen pasti sudah lapar."

Akhirnya, setelah berjalan cukup lama, Lin Hua tiba kembali di gua. Ia melihat Jenderal Chen masih terbaring lemah di dekat api unggun. Wajahnya pucat, namun napasnya terlihat lebih teratur dari sebelumnya.

"Jenderal Chen," sapa Lin Hua dengan suara pelan. "Aku sudah mendapatkan makanan."

Jenderal Chen membuka matanya perlahan, menatap Lin Hua dengan pandangan sayu. "Lin Hua," gumamnya lemah. "Terima kasih."

Lin Hua tersenyum tipis. "Jangan khawatir, Jenderal. Aku akan membuatkanmu makanan yang enak."

Dengan cekatan, Lin Hua mulai membersihkan daging rusa yang ia bawa. Ia memotongnya menjadi beberapa bagian kecil dan menusuknya dengan ranting-ranting kayu. Lalu, ia memanggang daging-daging itu di atas api unggun hingga matang dan mengeluarkan aroma yang menggugah selera.

Setelah matang, Lin Hua menyodorkan sepotong daging rusa panggang kepada Jenderal Chen. "Makanlah, Jenderal. Ini akan memberimu tenaga."

Jenderal Chen menerima daging itu dengan tangan gemetar. Ia menggigitnya perlahan, mengunyahnya dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, ia menelan daging itu dan menghela napas lega.

"Enak," gumam Jenderal Chen dengan suara yang lebih kuat dari sebelumnya. "Terima kasih, Lin Hua."

Sinar matahari pagi kini telah sepenuhnya menerangi hutan, menandakan hari baru telah tiba. Keadaan Jenderal Chen pun terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya, meskipun masih tampak lemah. "Apakah kita sudah bisa memulai perjalanan menuju ibu kota?" tanya Lin Hua dengan nada khawatir, menatap Jenderal Chen dengan seksama.

Jenderal Chen mengangguk pelan, mencoba menguji kekuatan tubuhnya. "Aku sudah memiliki sedikit tenaga untuk berjalan, setidaknya kita harus segera keluar dari tempat berbahaya ini," jawab pria itu dengan suara yang masih terdengar serak.

Dengan hati-hati, mereka kembali memulai perjalanan. Lin Hua dengan setia membantu Jenderal Chen untuk berjalan, memapahnya dengan sabar di setiap langkah. Meskipun sudah mulai pulih, luka-luka yang diderita pria itu benar-benar parah, membuatnya kesulitan untuk bergerak bebas. Namun, mereka terpaksa harus melakukan perjalanan secepat mungkin, karena keselamatan Jenderal Chen akan semakin terancam jika mereka tidak segera tiba di ibu kota.

Di sisi lain, Yunpeng dengan sigap memimpin sisa pasukan Jenderal Chen untuk kembali ke ibu kota, membawa kabar tentang serangan yang menimpa komandan mereka. Sementara itu, Shen Jian, Yuwen, dan Zhu Feng berpencar di sekitar hutan, berusaha mencari keberadaan Lin Hua dan Jenderal Chen yang hilang.

Kabar mengenai penyerangan terhadap Jenderal Chen, yang seharusnya menjadi rahasia tingkat tinggi, kini justru menjadi perbincangan hangat di seluruh penjuru ibu kota. Masyarakat mulai menyalahkan pihak kekaisaran atas kejadian ini. Berbagai rumor mulai beredar, mengatakan bahwa Kaisar Han Ruo Xun sengaja ingin menyingkirkan Jenderal Chen dan mengambil alih kekuasaan militer keluarga Chen secara paksa. Situasi di ibu kota semakin memanas, dan ketegangan antara keluarga Chen dan pihak kekaisaran semakin meningkat.

1
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!