NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:393
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Warisan Yang Terbelah

Angin musim gugur berhembus dari utara, membawa dingin yang menusuk tulang. Langit Arvendral berwarna abu-abu pucat, seolah para dewa sendiri enggan menatap tanah yang penuh intrik ini. Di kaki dinding timur ibukota, seorang pemuda berjalan perlahan, matanya menatap tanah, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang tak pernah mendapat jawaban.

Namanya Edrick Hale.

Ia bukan siapa-siapa di mata kebanyakan orang—hanya putra seorang prajurit tua yang mati tanpa kehormatan. Tapi darah yang mengalir di nadinya bukan darah biasa. Ia adalah darah bercabang, terikat pada dua nasib: satu warisan yang lahir dari keberanian, satu lagi dari pengkhianatan.

---

Edrick tumbuh di lorong-lorong gelap ibukota, mendengar bisikan tentang ayahnya lebih sering daripada doa. “Hale si pengecut,” begitu orang-orang menyebutnya. Ada yang bilang ayahnya lari dari pertempuran, ada pula yang berkata ia menjual rahasia kerajaan kepada musuh. Edrick sendiri hanya mengenal sosok yang mengajarinya memegang pedang kayu, memotong roti keras, dan berdiri tegak meski perut kosong.

Malam terakhir ayahnya di dunia masih terpatri jelas. Api unggun berkedip di halaman eksekusi, dan prajurit kerajaan mengikat pria tua itu di tiang kayu. Edrick masih remaja, dipaksa berdiri di antara kerumunan yang bersorak. Ayahnya tidak berteriak, tidak memohon, hanya menatap Edrick dengan mata yang dalam, penuh pesan yang tak sempat diucapkan.

Ketika lidah api melahap kayu, bau daging terbakar menyebar di udara, dan sorak-sorai rakyat mengalahkan suara erangan. Saat itu, sesuatu di dalam Edrick ikut terbakar.

Bukan hanya ayahnya yang mati—kepercayaan pada kerajaan pun ikut hangus.

---

Bertahun-tahun berlalu, dan Edrick menjadikan kenangan itu sebagai pedang tersembunyi. Ia berlatih di balik bayangan kota, mengasah kemampuannya dengan cara-cara yang tidak disukai bangsawan. Ia berteman dengan pengemis, pencuri, bahkan dengan para serdadu rendahan yang tahu harga keringat lebih dari harga gelar.

Namun satu malam, segalanya berubah.

---

Di pasar yang hampir sepi, Edrick menemukan sesuatu yang tak seharusnya jatuh ke tangannya: sebuah pedang tua, terselip di dalam peti kayu usang yang dibawa pedagang keliling dari timur. Bilahnya hitam berkilau, seolah menelan cahaya, tapi ukirannya menyimpan jejak sinar biru yang samar.

Pedagang itu menyebutnya pedang kutukan, peninggalan perang lama yang tidak laku dijual. Tapi ketika tangan Edrick menyentuh gagangnya, pedang itu bergetar, seakan mengenali darah di nadinya.

Dan dalam sekejap, ia mendengar bisikan.

“Anak warisan yang terbelah… pilihlah jalannya.”

---

Sejak malam itu, Edrick tidak lagi hanya pemuda yatim. Ia menjadi pewaris rahasia lama yang bahkan para bangsawan berusaha melupakannya. Pedang itu bernama Ashenlight, pusaka kuno yang katanya mampu membelah malam itu sendiri.

Tapi kekuatan selalu datang bersama beban. Bayangan mulai membuntutinya, makhluk hitam yang hanya muncul di sudut mata, berbisik di telinga saat dunia tertidur. Ia melihat wajah ayahnya di kegelapan, terbakar lagi dan lagi, seolah api eksekusi tak pernah padam.

---

Namun Edrick bukan satu-satunya yang mendengar bisikan itu.

Di dalam istana, para bangsawan mulai resah. Dewan kerajaan mengendus kabar bahwa “anak Hale” masih hidup, membawa sesuatu yang seharusnya terkubur. Mereka khawatir bukan karena Edrick adalah pewaris seorang prajurit terhukum, melainkan karena ia mungkin adalah pecahan dari ramalan lama: seorang anak yang bisa menyalakan api di tengah kegelapan, tapi juga bisa membuka pintu bayangan.

---

Hari itu, Edrick berdiri di tepi sungai hitam yang mengalir di bawah dinding ibukota. Angin membawa bau besi, darah, dan roti basi. Ia menggenggam Ashenlight yang kini terikat di punggung, merasakan denyut samar di dalam logamnya.

Dari kejauhan, langkah ringan terdengar. Seorang perempuan muda muncul, jubahnya sederhana, tapi matanya tajam seperti belati. Namanya Selene Arkwright, seorang tabib yang sering membantu kaum miskin, tapi punya rahasia lebih gelap daripada yang tampak.

“Kau seharusnya tidak memegang itu,” katanya pelan, matanya menatap pedang di punggung Edrick.

Edrick menoleh cepat. “Dan kau seharusnya tidak tahu tentang ini.”

Selene tersenyum samar, tapi dingin. “Pedang itu bukan hanya pusaka. Itu kunci. Dan kunci selalu membuka dua pintu—satu menuju cahaya, satu menuju kehancuran. Pertanyaannya, pintu mana yang akan kau pilih?”

---

Edrick ingin menjawab, tapi sebelum sempat, tanah di bawah mereka bergetar. Dari bayangan pepohonan, sosok-sosok hitam merangkak keluar, tubuhnya kurus tapi matanya menyala merah. Bayangan yang selama ini hanya mengintai, kini menyerang.

Edrick mencabut Ashenlight. Cahaya biru tipis mengalir di bilahnya, menyulut udara sekitar. Saat pedang itu menebas, bayangan terbelah dua, hancur jadi asap.

Selene melangkah maju, tangannya membentuk simbol aneh. Cahaya putih keluar dari telapaknya, memantul ke arah makhluk lain, membuat mereka menjerit seperti terbakar.

Untuk pertama kalinya, Edrick sadar: ia tidak sendirian.

Dan mungkin, perjalanan ini lebih besar daripada sekadar warisan seorang ayah yang mati di tiang bakar.

---

Di malam yang dingin itu, dengan sungai hitam berkilat di bawah cahaya bulan, Edrick Hale mengambil langkah pertama menuju nasib yang tidak ia minta.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!