Tunangannya mengkhianatinya. Bukannya meratapinya, Dheandita atau yang kerap dipanggil Dhea memutuskan untuk membalas rasa sakit hatinya tersebut dengan menjadi ibu dari wanita yang telah merebut sang tunangan.
"Aku akan menggoda ayahmu dan menjadi ibu tiri mu. Lihat saja apa yang aku lakukan nanti padamu, Virya," ucap Dhea
Drake Adiwitama pria matang nan rupawan adalah ayah dari Virya. Dan Dhea akan membuat Drake menjadi suaminya.
Bagaimana cara Dhea menggoda sang pria matang. Akankah Drake tergoda dengan gadis muda yang usianya jauh dibawahnya itu?
Lalu, bagaimana tanggapan Virya dan Jayan melihat kedekatan Dhea dan Drake?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda 24
"Lho, baru dateng kah, Om?"
Drake terkejut ketika dirinya berpapasan dengan Dhea yang baru saja turun dari motornya. Entah mengapa rasa lelah yang dia rasakan tiba-tiba tidak terlalu mengganggu saat melihat gadis itu.
"Iya, kamu ada keperluan apa di sini?"
"Nemuin Om lah, apalagi."
Drake tersenyum tipis, dia mengambil goodie bag yang ada di tangan Dhea dan melenggang menuju ke ruangannya.
Dhea pun juga tersenyum tipis, dengan sangat natural gadis itu menggamit lengan Drake.
Beberapa rekan Drake hanya melihat sambil membulatkan matanya. Mereka memang beberapa kali melihat Dhea, tapi tidak pernah melihat Drake tersenyum seperti itu.
"Gila kali tuh orang," ucap salah satu dari mereka.
Cekleek
"Duduk dulu, mau minum kopi apa teh?" tawar Drake. Dia meletakkan apa yang dibawanya di atas meja.
"Kopi, black aja Om," sahut Dhea. Dia tidak hanya duduk, tapi juga membuka apa yang dibawanya. Kali ini bukan hanya kue, tapi menu makan siang yang lengkap. Ada nasi beserta lauk pauknya.
"Om udah makan siang?"
"Belum, aku emang datang agak siang begini. Tapi aku belum makan siang."
"Pas, kayaknya aku selalu dateng di saat yang tepat ya Om. Apa mungkin ini emang takdir buat kita."
Tatapan mata Dhea ditambah dengan perkataan yang lembut dan terasa manis itu membuat Drake terguncang. Bukan terguncang karena syok tapi terguncang karena ia merasa bahwa gadis itu sungguh menyentuh bagian dalam hatinya.
"Kamu beneran pinter ngomong ya, Dhe." Drake meletakkan secangkir kopi di atas meja tepat di depan Dhea.
"Tapi emang beneran kamu minta kopi black, nggak pait kah?"
"Enggak, aku suka yang begini Om. Apalagi sekarang aku ditemani Om. Apa Om tahu, senyum Om itu manis dan cukup untuk mengimbangi rasa kopi yang pahit dan asam."
Haaah
Drake mengusap wajahnya kasar. Gadis ini sungguh bahaya, desisnya. Meski begitu, Drake tetap berusaha bersikap tenang. Dia menunjukkan wibawa sebagai seorang pria dewasa.
"Nah Om, sekarang makan yuk. Kebetulan aku juga belum makan. Ah iya, tadi Virya ke toko. Dia bilang sebentar lagi mau nikah ya?"
Reaksi yang ditunjukkan Drake membuat Dhea langsung paham bahwa sebenarnya Drake tidak terllau menginginkan pernikahan Virya. Wajah Drake tampak langsung muram, meski pria itu berusaha untuk tetap terlihat tenang.
Hanya saja perubahan raut wajah Drake tidak bisa lepas dari pandangan Dhea. Alhasil Dhea tidak melanjutkan pertanyaannya tentang Virya.
Mau bagaimanapun Virya adalah putrinya, pasti cukup berat menikahkan Virya. Dan Dhea yakin pernikahan yang terkesan terburu-buru itu pasti ada sebabnya.
Keheningan sesaat menguar di ruangan tersebut. Hanya suara sendok yang beradu dengan tempat makan. Itu pun tidak lah terlalu terdengar.
Tak!
"Aku adalah orang tua tunggal yang akhirnya nggak bisa mengawasi anak itu secara seksama. Aku pikir kehidupan di luar rumah biasa-biasa saja, tapi siapa yang nyangka dia berbuat sejauh itu. Haaah." Nada suara Drake tampak sangat berat, ada sebuah rasa sesal di sana.
"Maaf Om, kalau apa yang bakalan aku bilang ini terdengar seperti sok tahu. Sebenarnya semua itu kembali ke diri sendiri sih Om. Virya menurutku masih beruntung karena memiliki ayah, yang mana Om juga pasti ngasih nasihat dan wejangan buat dia. Hanya tinggal gimana aja dia praktekin di luar. Aku saja yang nggak punya orangtua sejak kecil nyatanya nggak pernah ngelakuin hal di luar batas. Meski dalam posisi udah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah, aku tetep punya batasan buat nggak ngelakuin hal-hal kayak gitu."
Degh!
Drake terhenyak dengan kata-kata Dhea. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang tengah duduk di depannya ini bisa berbicara dengan dewasa dan juga bijak.
Ia pikir Dhea hanyalah gadis yang tengah menggodanya saja karena tujuan tertentu, tapi teryata di balik semua tindakannya selama ini, dia sangat dewasa. Dan Drake baru tahu bahwa Dhea adalah seorang yatim piatu.
"Jayan, pria itu calon suamimu kan? Dan Virya adalah orang yang membuat kamu gagal nikah. Aku selaku ayahnya minta maaf Dhe, aku sungguh menyesal karena tidak bisa mendidik anak itu."
"Nggak Om, Om nggak perlu minta maaf. Semua yang terjadi ini adalah bagian dari takdir. Dan kegagalan pernikahanku ini bukan sepenuhnya salah Virya. Jayan lah yang paling salah sebenarnya. Dan mungkin, memang udah jadi takdir mereka buat nikah. Tapi Om masih bisa kok tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan Virya?" senyuman melengkung di bibir Dhea yang mana membuat hati Drake lagi-lagi menghangat.
Entah mulai kapan, hadinya gadis itu membuat dirinya merasa nyaman. Dan Drake sama sekali tidak terganggu dengannya.
"Tanggung jawab apa yang bakalan kamu minta. Aku akan berikan semuanya jika bisa. Kalaupun nggak bisa, aku bakalan berusaha buat melakukannya." Drake serius dengan ucapannya. Ia tahu bahwa Virya sudah melakukan kesalahan kepada Dhea, dan kata tanggung jawab yang diucapkan oleh Dhea, dia akan berusaha untuk memberikannya. Sungguh, ucapan Drake sama sekali bukan merupakan sebuah candaan.
"Mengisi poisi calon suami yang hilang, hahahha. Gimana, Om?" jawab Dhea dengan tertawa.
Sheet
Tap tap tap
Dugh
Eh?
Dhe terkejut saat tiba-tiba Drake beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arahnya. Dhea juga semakin kaget saat melihat Drake kini duduk berlutut di depannya.
Drake meraih tangan Dhea, lalu melabuhkan kecupan di punggung tangan itu.
Cup!
"Kamu serius sama apa yang kamu minta, hmmm?"
"Eh, anu, itu," Dhea tergagap. Saat ini dia bisa merasakan sebuah ketegangan. Sorot mata Drake tajam tapi terasa lembut, dan wajahnya nampak begitu serius saat bertanya, membuat Dhea kesulitan untuk menjawab.
"Kalau kamu serius denga apa yang kamu minta, maka aku akan memberikannya,"ucap Drake lagi.
Degh!
Jantung Dhea berdegup dengan sangat cepat. Situasi yang santai dalam ruangan itu kini berubah menjadi sangat serius. Dhea tampak kebingungan, karena dia sendiri masih tidak tahu apa tujuannya mendekati Drake selama ini.
Tangan Drake mengulur, membelai pipi Dhea yang semakin membuat debaran dada gadis itu tidak karuan.
"Kamu gadis yang baik, Dhea. Aku yakin banyak pria di luar sana yang menginginkanmu. Aku yakin akan ada pria yang baik juga yang akan kamu temui. Aku tahu, apa yang kamu lakukan selama ini cuma buat main-main saja. Aku tahu, kamu ngedeketin aku cuma mau bikin Virya marah. Jadi, berhentilah. Kamu nggak perlu ngelakuin ini semua. Carilah bahagiamu."
Degh!
Dhea seketika menundukkan wajahnya. Drake adalah pria dewasa yang tidak mungkin tidak tahu apa yang Dhea lakukan. Jadi wajar saja kalau Drake tahu bahwa Dhea selama ini hanya main-main saja.
"Maaf, Om."
"Nggak perlu minta maaf, Dhea. Apa yang kamu lakukan adalah hal yang sangat wajar kok. Aku tahu rasa sakit hati yang kamu rasakan itu. Seperti yang aku bilang, kamu adalah gadis yang baik, dan aku yakin kamu akan mendapatkan kebahagiaan mu sendiri."
TBC
Harusnya kamu malu lho Vir, ternyata selama ini kamu tinggal sama Drake yang bukan siapa2 kamu.
Makanya gak usah sombong gitu
untk jayan bingunglan kamu berharap tidak keluar dari rumah itu,,
dan sekarang kamu harus tau jika virya bukan anak kandung drake