Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Cinta.
"Bagaimana, Paaa???" Desak Farra.
Mendengar pertanyaan polos Farra, Bang Renes tersenyum tipis, berusaha menutupi kegugupannya. "Itu... nanti Papa ceritakan ya, sayang. Kamu masih sangaaaatt kecil untuk paham prosesnya. Sekarang Mama Fia butuh istirahat. Farra juga harus istirahat sama Mama Laras."
"Kalau di ceritakan sama Om Arma, boleh atau tidak??" Goda Bang Arma.
"Ccckk.. Jangan memancing situasi to, Bang." Bisik Bang Renes.
Rekan disana kembali tertawa, apalagi wajah Bang Renes sudah tak karuan.
Farra mengangguk mengerti, meskipun masih terlihat penasaran. Ia kemudian menghampiri Fia dan memeluknya dengan hati-hati. "Mama Fia cepat sembuh yaa..."
Fia tersenyum dan membalas pelukan Farra. "Iya sayang, Mama Fia akan cepat sembuh."
...
Sore hari di rumah sakit, Fia merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. Ia menyadari, panggilan 'Om' yang selama ini ia gunakan untuk Bang Renes terasa kaku dan kurang mesra, terutama setelah semua yang mereka lalui bersama. Ia ingin memanggil Bang Renes dengan sebutan 'Abang', panggilan sayang yang lebih intim dan hangat. Namun, rasa malu masih menghantuinya.
Saat Bang Renes mulai santai dari seluruh kegiatannya, suami Fia itu sedang menikmati teh hangat, Fia memberanikan diri memulai percakapan.
"Bang Ren..." panggil Fia ragu.
Bang Renes menoleh dan tersenyum lembut. "Iya, Dek?" Respon itu karena Fia mulai memanggilnya dengan sapaan berbeda.
Tiba-tiba Fia linglung dan gugup dengan apa yang akan di tanyakan.
"Nggak jadi." Katanya.
Bang Renes paham, Fia masih gugup. Bang Renes mendekat dan duduk di samping Fia di ranjang rumah sakit. Ia meraih tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. "Dek, ada apa? Cerita saja sama Abang. Abang siap mendengarkan."
Fia menunduk, menatap jari-jarinya yang saling bertautan. "Sebenarnya... Fia hanya ingin memanggil 'Abang'."
Bang Renes tersenyum penuh pengertian. "Abang tau, tadi sudah dengar. Manis sekali, Abang suka dengarnya."
Pipi Fia mendadak memerah, begitu menggemaskan. Terus terang Bang Renes tidak tahan melihatnya, ia mengecup bibir Fia. Fia pun memalingkan wajahnya.
"Coba aman-aman saja semua. Abang sambar juga kamu, dek." Celetuk Bang Renes lirih.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Laras masuk dengan membawa Farra. Farra berlari menghampiri Fia dan memeluknya erat.
"Mama Fia sudah sembuh?" tanya Farra dengan polos.
Fia tersenyum dan membalas pelukan Farra. "Iya sayang, Mama Fia sudah sembuh."
"Mama Fia... tadi Ayya dengar Mama panggil Papa, 'Abang'. Ayya mau panggil Papa, 'Abang juga'. Boleh?" tanya Farra dengan nada penasaran.
"Nggak boleh." Seisi ruangan termasuk Bang Arial pun ikut bersuara.
Sontak Farra menangis karena kaget. Bang Arial dan Bang Renes panik di buatnya.
"Kenapa sih perempuan selalu ribet." Gumam Bang Renes.
Melihat Farra menangis, Laras langsung panik dan memeluknya erat. "Sayang, jangan nangis dong. Bukan gitu maksudnya..."
Bang Renes dan Bang Arial saling pandang, bingung bagaimana cara menenangkan Farra. Fia yang paling tenang, mencoba menjelaskan dengan lembut. "Farra sayang, 'Abang' itu panggilan khusus buat Papa dari Mama Fia. Farra kan anak cantik kesayangan Papa, panggil Papa seperti biasa aja ya?"
Farra masih sesenggukan, tapi ia pun mengerti. Ia mengusap air matanya dan menatap Laras dengan mata bulatnya. "Tapi Ayya juga mau manggil Papa 'Abang'..."
"Farra kan sudah punya panggilan sayang sendiri buat Papa. Iya kan?" Laras mencoba mengalihkan perhatian Farra.
...
Malam harinya, setelah Farra dan Laras pulang, Fia dan Bang Renes kembali berduaan di kamar rumah sakit. Kali ini Bang Renes naik di atas satu ranjang bersama Fia. Suasana menjadi lebih tenang dan intim.
Fia menatap Bang Renes dengan tatapan penuh cinta. "Bang, makasih ya sudah memperjuangkan Fia sampai seperti ini."
Bang Renes tersenyum dan menggenggam tangan Fia. "Mau bagaimana lagi, Abang cinta banget sama gadis satu ini. Abang pernah stress berat, terpukul saat harus bertanggung jawab atas kehamilan Laras, batin tertekan, hampir gila karena kehilangan kamu."
Fia terdiam, ia menatap suaminya dengan dalam. "Benarkah yang Abang katakan, nggak pernah.............." Fia menghentikan ucapannya. Ia tau pertanyaan itu tidak layak untuk di tanyakan.
"Sebatas kecupan untuknya, sebagai seorang istri tapi tidak pernah sekalipun Abang menj*ngkali tu*uhnya. Di hati Abang hanya ada kamu satu-satunya, dan di malam itu.. untuk pertama kalinya juga Abang merasakan hangatnya tu*uh wanita cantikku, meskipun kamu mengamuk tak karuan tapi Abang secara sadar memberimu nafkah batin. Abang selesai, puas dan lega bisa menghalalkan mu. Entah bagaimana denganmu."
"Fia tidak tau, saat itu Fia hanya takut," kata Fia sembari semakin menyandarkan kepalanya di bahu Bang Renes.
Bang Renes pun mengeratkan pelukannya. "Abang rasa kamu menikmatinya." Kata Bang Renes terkekeh.
"Apa sih, Bang. Nggak." Jawab Fia berkilah.
"Abang jadi nggak sabar pengen cepat-cepat bawa kamu pulang." kata Bang Renes sambil mengelus rambut Fia. "Abang kangen di masakin kamu, makan masakan kamu lagi."
"Itu saja kangennya?" balas Fia. "Tapi Fia lebih kangen........"
"Kangen apa hayooo?" goda Bang Renes sambil mencubit hidung Fia.
Fia tersenyum malu-malu. "Kangen dipeluk Abang..."
Bang Renes tertawa dan memeluk Fia erat-erat. "Masa????"
"Iiiiihh.. Abaaaaaang.." Rengek Fia manja.
Bang Renes pun menelan senyumnya. "Abang kangen, kangen sekali yang sebenarnya sulit Abang tahan, tapi belum bisa. Nggak apa-apa Abang ngalah, puasa dulu sampai kamu benar-benar sehat. Demi kamu dan anak kita. Abang rela."
"Maaf ya, Bang."
"Bisa menikah dengan gadis yang paling Abang cintai, adalah hal yang paling Abang syukuri." Bang Renes mengangkat dagu Fia agar bisa menatapnya.
"Bohong." Kata Fia. Ia menyelipkan tangannya, menyusuri sepanjang punggung Bang di balik kaosnya.
Sejenak Bang Renes memejamkan matanya kemudian menatap Fia. "Jangan buat Abang jadi ingkar janji."
"Apakah Kapten Renes teguh iman?" Tanya Fia.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂