NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Sesampainya di rumah, aku melemparkan tas kerja ke sofa dengan kasar. Pikiranku sudah sangat kacau sejak siang tadi. Perkataan Ratu benar-benar membuatku gila. Bisa-bisanya dia bilang anakku punya perilaku yang buruk seperti diriku.

Sayangnya saat aku ingin bicara lagi dengan dirinya, dia malah menutup panggilan. Padahal aku ingin bertanya di mana dia tinggal sekarang. Awas saja kamu Ratu. Aku akan seret kamu kalau kita bertemu.

Untuk sekarang aku ingin istirahat sepulang kerja, sejujurnya aku hanya ingin berbaring tenang. Tapi yang kutemui justru sebaliknya—rumah ini bagai kapal pecah. Pakaian kotor menumpuk di kursi, piring kotor berserakan di meja makan, lantai penuh remah makanan.

Aku menarik napas panjang, menatap sekeliling dengan dada panas. Bagaimana mungkin aku bisa tenang kalau setiap sudut rumah ini mengingatkanku pada kepergian Ratu?

Aku menendang salah satu bantal sofa hingga terlempar. “Astaga… kenapa harus begini!?” bentakku pada diri sendiri.

Suara langkah kaki terdengar dari arah kamar. Mira dan Clara keluar dengan wajah muram. Clara menatapku ragu, lalu berkata pelan, “Papah… kami lapar. Tidak ada makanan lagi di dapur.”

Aku memejamkan mata, kepalaku semakin berdenyut. Di satu sisi aku marah pada Ratu karena berani meninggalkan rumah ini. Di sisi lain, aku sadar anak-anakku juga ikut menanggung akibatnya.

Aku meremas rambutku sendiri, berusaha menenangkan diri. “Tenang, Ga… tenang. Kamu harus kuat,” gumamku lirih. Tapi kenyataannya aku benar-benar di ambang ledakan.

"Buat kan kami makan dong, Pah."

"Bukannya kalian sudah papah suruh untuk masak sendiri?"

"Tapi kita enggak tahu cara nyalakan kompor, Pah."

Aku menghela napas panjang, mencoba menahan kesal. Padahal tadi sebelum pulang aku sudah menyuruh kedua anakku untuk masak sendiri, setidaknya nasi atau mi instan. Tapi nyatanya, mereka berdiri di dapur dengan wajah cemas.

“Papah… kompor gasnya nggak bisa dinyalain. Kami takut,” kata Mira dengan nada lirih.

Clara mengangguk cepat, “Iya, pah. Tadi sudah coba, tapi malah bunyinya ceklek-ceklek terus, api nggak nyala. Kami takut meledak.”

Aku menatap dapur yang berantakan: panci kotor menumpuk, beras berceceran di lantai, dan mie instan yang belum tersentuh di meja. Rasa marahku hampir meledak, tapi begitu melihat wajah mereka yang penuh rasa bersalah, aku menghembuskan napas berat.

“Ya ampun… kenapa semua harus aku yang urus?” aku bergumam dengan nada tinggi, sambil mengusap wajah.

Mira menunduk, hampir menangis. “Maaf, pah… kami cuma lapar.”

Aku mengangkat tangan, menahan diri agar tidak membentak. “Sudahlah. Pergi ke kamar dulu. Biar papah yang masak. Jangan macam-macam!” suaraku masih keras, tapi jelas aku tidak tega melihat anak-anakku menahan lapar.

Sambil menyalakan kompor, aku teringat jelas perkataan Ratu. Berkali-kali dia pernah bilang, “Mas, Mira sama Clara itu sudah besar. Mereka sudah sekolah SMP, mereka harus belajar mandiri, setidaknya bisa masak mi sendiri. Jangan semua harus aku yang urus.”

Tapi waktu itu aku selalu menolak keras. Aku bahkan pernah memarahi Ratu habis-habisan.

“Apa-apaan kamu! Anak SMP disuruh masuk dapur? Nggak usah! Mereka masih kecil, itu tugas kamu sebagai istri! Jangan malas!” begitu bentakku dulu.

Dan sekarang, saat aku melihat kenyataan, aku hanya bisa terdiam. Mira dan Clara tidak bisa apa-apa, bahkan untuk menyalakan kompor saja mereka takut.

Aku mengaduk telur di wajan, wajahku kaku. Ternyata benar kata Ratu… aku terlalu memanjakan mereka. Aku terlalu egois, hanya ingin semua beres tanpa harus mendengar pendapatnya.

Telur orak-arik dan mi instan akhirnya matang. Aku menaruhnya di piring, lalu memanggil kedua anakku keluar dari kamar.

“Sudah… ayo makan,” kataku singkat.

Mira dan Clara duduk dengan wajah lega, segera menyantap makanan itu. Aku hanya duduk memandangi mereka, dada terasa sesak.

Selama makan, aku memperhatikan seisi rumah yang terasa sepi. Dari tadi aku belum melihat ibuku sama sekali. Biasanya suara tegurannya atau langkahnya terdengar jelas, tapi kali ini tidak ada.

Aku menaruh sendok, lalu menatap kedua anakku.

“Mira, Clara… kalian lihat eyang nggak? Dari tadi kok nggak kelihatan?” tanyaku.

Clara berhenti mengunyah, lalu menjawab pelan, “Tadi eyang keluar , pah. Katanya ada arisan jadi dia mau kumpul-kumpul sama ibu-ibu di cafe.”

Mira menambahkan, “Tadi kita sempat minta tolong sama eyang untuk bantu buat kan makan, tapi eyang enggak mau. Katanya sibuk jadi tunggu papah pulang saja."

Aku terdiam, rahangku mengeras. Tangan mengepal di atas meja. Kata-kata itu menusuk telinga, meskipun hanya disampaikan lewat mulut anakku.

Selesai makan, aku menatap meja makan yang penuh piring kotor. Rumah semakin terlihat berantakan, dan rasanya kepalaku makin pening. Mau tidak mau, aku harus membereskan semuanya.

Dengan berat hati, aku berdiri dan mulai mengangkat piring-piring ke dapur. “Mira, Clara… ayo bantu papah bereskan rumah,” ucapku sambil menahan nada tegas.

Kedua anakku saling pandang, wajah mereka jelas tidak suka. Mira menghela napas panjang. “Tapi pah… ini kan biasanya mamah yang beresin,” keluhnya.

Aku menoleh tajam. “Mamah kalian nggak ada! Jadi kalian harus bantu papah. Rumah ini nggak mungkin bisa rapi kalau cuma papah sendiri yang kerjain.”

Clara menggerutu, namun akhirnya bangkit dari kursi. “Iya deh…” jawabnya malas.

Aku tahu mereka melakukannya dengan sangat terpaksa. Mira setengah hati menyapu lantai, sedangkan Clara hanya asal menumpuk baju yang berserakan ke pojok ruangan. Sementara aku sendiri sibuk mencuci piring dan mengepel dapur.

Peluh mulai menetes di dahiku. Begini kah rasanya tanpa Ratu di rumah? Semua serba kacau, semua serba salah.

Aku melirik anak-anak yang bekerja asal-asalan. “Lebih semangat sedikit! Jangan cuma pura-pura kerja!” tegurku dengan nada kesal.

Mira mendengus, “Kami capek, pah…”

Aku menutup mata sejenak, menarik napas panjang. “Papah juga capek… tapi kalau bukan kita, siapa lagi?”

Ruangan jadi sunyi, hanya suara sapu yang digeser asal-asalan di lantai.

...****************...

Siang itu, aku yang tengah sibuk dengan segudang pekerjaan di kantor tiba-tiba mendengar nada dering ponsel. Saat kulirik, sebuah pesan masuk dari Megan.

“Sayang, sudah lama kamu nggak main ke apartemenku. Aku kangen. Besok kita jalan-jalan, ya? Sekalian beliin aku sesuatu. Aku pengin tas baru, kemarin lihat model terbaru di butik.”

Aku menghela napas panjang, menutup mata sejenak. Megan ini… selalu saja minta sesuatu. Tapi entah kenapa, aku tak bisa benar-benar marah padanya. Mungkin karena aku memang butuh dia untuk melupakan semua masalah di rumah.

Tanganku dengan cepat membalas pesan itu:

“Besok aku atur waktu. Kamu siap-siap saja. Jangan manja.”

Tak lama kemudian balasan masuk, disertai emotikon hati berderet.

“Yaaay! Makasih, sayang ❤️ Aku tunggu. Jangan PHP lagi kayak kemarin, ya.” aku sedikit tersenyum kecil melihat balasan pesan dari Megan yang terlihat sangat manja.

Tapi dibalik itu semua ada sesuatu yang mengganjal di hatiku ketika Megan ingin meminta sesuatu dariku.

1
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!