NovelToon NovelToon
Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.

Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.

Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?

Update setiap hari,jangan lupa like dan komen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 24 ANDRE DITANGKAP

"Ren,vin hati hati gue ga bisa bobol cctv di dalam ruang itu"Selina memberi tahu lewat earpiece.

"Oke paham" kata Gavin.

"Vin,segera nyalain senter"

Gavin segera menyalakan senter kecil yang ia bawa lalu melangkah masuk di susul Darren.

"Gue nyalain lilin ini dulu"Kata Darren mengambil lilin di meja milik Andre itu.

Setelah lilin menyala,Darren pergi menuju ke arah kanan sedangkan Gavin menuju ke arah kiri. Mereka mulai mencari dimana brangkas rahasia milik Andre itu.

"Disana ada Vin?"tanya Darren.

"Ga ada kayaknya brangkasnya disembunyikan deh"

"Bentar kok lukisan ini agak aneh,sepertinya di belakang lukisan ini"Darren segera mendekat ke lukisan itu.

Gavin yang melihat Darren mendekat ke lukisan itu segera ikut mendekat lalu mereka berdua mengangkat lukisan yang tergantung di dinding itu, benar saja ada brangkas yang mereka cari.

"Ini kodenya berapa?"tanya Gavin.

"Aduh Rei ga kasih tau lagi" Darren kebingungan lalu menatap kesekeliling, sampai matanya tertuju ke arah pojok ruangan disana ada hantu anak kecil ya itu Lula yang sedang berdiri.

"Lula"panggil Darren pelan.

Lula segera membuka mulutnya seolah memberi petunjuk untuk meembuka brangkas itu.

"Kosong...Delapan...Enam...Satu...Empat...Tiga"

Darren menatap mulut anak kecil itu lalu segera mengetik ke brangkas itu. Dan ya akhirnya Darren bisa membuka brangkas itu.

"Berhasil Vin"

Gavin segera mengambil flashdick dan dokumen dokumen disana,brangkas itu berisi banyak uang,emas tetapi mereka tidak peduli yang penting mereka sudah mendapatkan bukti tentang pembunuhan lula,melalui flashdick dan dokumen itu. Tetapi belum sempat Darren dan Gavin merasa lega.

Pok...Pok...Pokk..

Terdengar suara tepukan tangan dari arah belakang mereka. Dari balik bayangan, seorang pria muncul dengan senyum sinis. Rambutnya tersisir rapi, jas hitam melekat di tubuhnya, dan tatapan matanya tajam menusuk. Darren dan Gavin segera membalikkan badannya.

"Andre" gumam Darren dengan wajah pucat.

Pria itu melangkah perlahan, suaranya penuh ejekan.

"Bagus sangat bagus. Ternyata benar dugaanku, kalian memang tidak bisa menahan diri. Mencuri sesuatu yang bukan milik kalian di tempat yang paling tidak seharusnya kalian injak. Kalian berdua polisi bodoh"

"Harusnya lo takut,karena hari ini lo bakal mendekam di balik penjara" Darren melangkah kedepan.

"Sebelum gue mendekam ke penjara kalian uda masuk ke alam baka" Tak mau kalah Andre segera melangkahkan kakinya maju.

Gavin spontan melangkah ke depan, tubuhnya menegang, menyembunyikan flashdisk di balik genggamannya.

"Jangan macam macam Andre atau lo ga bakal mencium udara segar lagi"

"Hahaha gue ga takut sama kalian,mending kalian kembalin flashdick itu semua atau nyawa kalian yang melayang hari ini"

Tiba-tiba lampu ruangan menyala terang, menyilaukan mata. Gavin dan Darren terkejut ternyata sudah ada empat pria berbadan kekar muncul dari balik dinding samping, jelas itu adalah buah Andre.

Selina di telinga Gavin panik memberi instruksi.

"Vin! Cepat keluar! Itu jebakan, mereka sudah tahu kalian bakal datang!"

Darren menggertakkan gigi, meraih pisau kecil yang disembunyikan di pergelangan kakinya. Gavin memutar otak, matanya menatap sekeliling, mencari celah untuk kabur.

Namun Andre berdiri tenang, melipat tangan di depan dada.

"Jadi, apa pilihan kalian sekarang? Menyerahkan flashdisk itu atau mati di sini?"

"Ini gimana Ren" Gavin berbisik.

"Mau ga mau kita hajar mereka"kata Darren tenang.

"Lo siap vin?"

"Ready ayo kita mulai pertarungan ini"

Empat orang anak buah Andre yang bertubuh besar maju dengan wajah garang, otot mereka menegang seakan siap meremukkan siapa saja. Tapi Darren hanya menyunggingkan senyum tipis, sementara Gavin merenggangkan lehernya, membuat suara "krek" yang menegaskan kesiapan mereka.

"Kalian beraninya keroyokan ya.Empat orang lawan dua? Nggak seimbang banget"ucap Darren dingin.

"Ya, harusnya mereka bawa lebih banyak" timpal Gavin santai, namun matanya tajam.

"Gausa kebanyakan omong kalian"kata salah satu pria kekar itu.

Orang pertama menerjang Darren dengan tinju seukuran batu. Namun, dalam satu gerakan cepat, Darren memiringkan tubuhnya, menahan pukulan itu dengan siku, lalu menyambut dengan tendangan keras ke arah perut. Tubuh si pria kekar langsung terhempas ke belakang, terbatuk keras, dan jatuh tak berdaya.

Sementara itu, Gavin berhadapan dengan dua orang sekaligus. Satu mencoba menendang, tapi Gavin menangkap kakinya, memutarnya hingga tubuh pria itu terhempas ke lantai. Yang satunya lagi mencoba memukul dari samping, namun Gavin berputar dan melayangkan pukulan lurus ke wajah. Seketika, darah memercik dari hidung lawan, dan pria itu pun tumbang.

Pria terakhir yang tersisa mulai gemetar, tapi Darren sudah bergerak mendekat. Dengan satu kombinasi pukulan cepat siku ke rahang, lutut ke perut, dan tendangan putar ke dada priaa itu. Pria itu jatuh terkapar, napasnya tersengal, tak mampu berdiri lagi.

Keempat anak buah Andre kini tergeletak, merintih dan tidak berkutik.Darren menepuk tangan seolah baru selesai membersihkan debu.

"Udah gini aja?" katanya santai.

Gavin menoleh ke arah lawan-lawan yang lumpuh di lantai, lalu tersenyum tipis.

"Kayaknya terlalu mudah"

Andre yang melihat itu merasa kesal bagaimana bisa anak buahnya kalah dengan dua pria itu.

"Kalian ini memang bodoh"Andre menendang salah satu anak buahnya itu. Lalu ia segera menepuk tangannya datanglah sepuluh bodyguard yang tadi ditemui oleh Darren dan Gavin.

"Kalian?tukang bersih bersih itu kan?" kata salah satu bodyguard yang tadi baru saja mengizinkan Darren dan Gavin masuk.

"Buruan lawan mereka" teriak Andre.

"Lin lo denger gue kan,segera suruh pak Doni bawa pasukan khusus kesini" Pinta Darren kepada Selina.

Darren berdiri tegap, matanya menyipit. Sementara Gavin merenggangkan bahunya, wajahnya menampilkan senyum tipis penuh tantangan.

"Sepuluh orang, huh?" Gavin mendengus.

"Kayaknya ini lebih dari cukup buat pemanasan"

"Jangan gegabah" jawab Darren dingin.

"Mereka bukan preman biasa"

Tanpa aba-aba, dua penjaga menyerbu pertama. Darren berputar cepat, menangkis dengan siku, lalu menyapu kaki lawan dengan tendangan rendah yang presisi. Gavin di sisi lain melompat ke depan, tubuhnya luwes, menekuk lawan dengan pukulan siku keras ke rahang. Dua orang langsung tumbang.

Namun sisanya tidak tinggal diam. Empat orang mengepung Darren, sementara Gavin harus menghadapi empat lainnya.

Suara besi menghantam udara, percikan dari benturan dengan gelang baja di lengan Darren terdengar. Darren menangkis pukulan bertubi-tubi, tubuhnya mundur beberapa langkah, nyaris terhimpit. Satu hantaman keras mengenai bahunya, membuatnya terdorong dan berlutut sebentar. Gavin yang melihatnya sempat berteriak,

"DARREN!" sebelum dirinya sendiri terhantam tendangan keras ke perut hingga terjengkang.

Darah merembes di sudut bibir mereka. Sejenak, seakan pertarungan sudah condong ke pihak penjaga.

Tapi Darren bangkit perlahan, sorot matanya tajam.

"Ayo Gavin. Jangan kasih mereka kesempatan"

Gavin mengusap darah di bibirnya dan tersenyum sinis.

"Gue tadi cuman pemanasan.Sekarang gue kasih lihat"

Darren mulai memanfaatkan gaya bertarungnya yang penuh perhitungan memancing musuh untuk menyerang duluan, lalu menggunakan tenaga mereka untuk melawan. Ia menjepit pergelangan lawan, memelintirnya hingga terdengar bunyi krek patahan, lalu menendang dua lawan sekaligus hingga terhempas ke dinding.

Sementara itu, Gavin bergerak liar dan agresif. Ia melompat ke dinding, memantul, lalu menghantam dua lawan dengan tendangan ganda ke dada. Dengan cekatan, ia merebut pentungan dari salah satu penjaga, berputar cepat, dan menggunakan senjata itu sendiri untuk memukul mundur lawan.

Benturan keras memenuhi ruangan. Napas mereka terengah-engah, tapi semangatnya tidak surut. Satu demi satu penjaga ambruk, tubuh mereka tak berdaya.

Hingga akhirnya hanya tersisa satu orang terakhir, penjaga paling besar, tubuhnya seperti tembok hidup. Ia mengayunkan pentungan ke arah Darren. Darren menunduk cepat, lalu mengunci tubuh lawan dari belakang.

"Gavin, sekarang!" teriaknya.

Gavin melompat, memutar tubuhnya, dan menghantamkan tendangan berputar tepat ke wajah si penjaga. Tubuh besar itu terhuyung, lalu jatuh keras menghantam lantai.

Sepuluh penjaga tergeletak tak berdaya. Darren berdiri tegak, napasnya terengah, sementara Gavin menyeringai puas.

"Sepuluh lawan dua,"Gavin berkata,"dan tetap aja hasilnya mereka yang kalah"

Darren hanya menghela napas, menatap ke depan dengan tatapan dingin. "Ini baru awal. Kita belum selesai"

Darren menatap gerak gerik Andre itu.

"Segera tangkap Andre"Darren berteriak lalu berlari saat melihat Andre kabur.

"Gue simpen dulu dokumen sama flashdick ini"kata Gavin.

"Yauda gue yang bakal urus Andre"

Darren segera berlari mengejar Andre dengan sigap tubuh atletisnya bergerak dengan sangat kencang.

Andre berlari menembus lorong gedung, napasnya tersengal, jasnya sudah setengah terlepas. Tangannya meraih pintu darurat, namun sebelum sempat mendorong, sebuah tangan kuat menarik kerahnya dari belakang.

Brak!

Tubuh Andre menghantam dinding keras. Darren berdiri di hadapannya, wajah dingin, rahangnya mengeras.

"Lari kemana lo, hah?" suara Darren rendah namun penuh amarah.

Andre mendesis, mencoba melawan dengan tinju liar. Dua pukulan meluncur, tapi Darren menunduk cepat, lalu menghantamkan sikunya tepat di rusuk Andre. Pria itu terhuyung, mengerang kesakitan, tapi tak menyerah. Ia menarik pisau kecil dari balik pinggangnya, mengayunkannya membabi buta.

Darren mundur selangkah, matanya tajam. Saat pisau hampir menyentuhnya, ia menangkap pergelangan tangan Andre, memelintirnya hingga terdengar krek. Pisau terlepas, jatuh berkelontang di lantai. Darren menendangnya jauh, tak memberi kesempatan.

Andre, dengan wajah merah penuh amarah, menyeruduk ke depan, mencoba menjatuhkan Darren dengan tubuh besar. Mereka berdua bergulat, menghantam meja dan kursi yang ada di lorong itu. Darren sempat terjepit di dinding, pukulan Andre mendarat keras di pipinya, membuat bibirnya pecah.

Namun Darren bangkit lagi. Ia membalas dengan uppercut telak yang menghantam dagu Andre, membuatnya terpental ke belakang. Andre limbung, tapi masih mencoba berdiri.

Darren mendekat perlahan, langkahnya mantap.

"Lo udah bikin cukup banyak orang menderita, Andre.Sekarang gilirannya lo, apalagi lo rela bunuh anak kandung lo sendiri"

Andre meraung dan melempar pukulan terakhir. Darren menunduk, lalu memutar tubuhnya dengan cepat, melepaskan hook kanan brutal yang menghantam wajah Andre. Suara tulang retak terdengar. Andre terhempas ke lantai, wajahnya penuh darah, napas tersengal, tak mampu bangkit lagi.

Darren berdiri di atasnya, napas berat, keringat bercucuran. Ia menatap Andre yang babak belur dengan sorot mata penuh kemenangan dingin.

"Game over buat lo Andre,sekarang lo harus bertanggung jawab" Darren mengeluarkan borgolnya lalu memasangnya di kedua lengan Darren lagi.

"Satu hal yang harus lo ketahui"Darren menatap tajam ke arah Andre yang sudah tak berdaya.

"Lo uda bunuh anak kandung lo sendiri"

"Apaa??"kata Andre lemah.

"Yang lo bunuh itu bukan Laksmi melainkan anak lo hasil perkaos Liora"

Andre tertawa merasa tidak percaya.

"Lo pasti bohong"

"Tanya aja langsung sama Liora di penjara" Darren segera membantu Andre untuk berdiri lalu melangkahkan kakinya keluar gedung.

Diluar gedung sudah ada banyak polisi yang menangkap para pekerja Andre,Selina dan Gaavin sudah melambai lambaikaan tangannya.

"Pak Doni bawa penjahat ini ke dalam penjara"Perintah Darren.

"Baik nak,saya akan bawa. Oh ya pak Doni bagaimana dengan oknum polisi yang membantunya"

"Sudah saya tangkap,bukti di tempat Liora juga sudah saya amankan"

"Baik pak Terimakasih"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!