Kemuliaan Cinta Pada Tuan Pemarah

Aliza yang bertemu dengan Ardito di depan rumah Lucky.

"Aku benar-benar sangat kecewa kepada kamu Aliza. Kamu bisa-bisanya menikah dengan laki-laki itu dan sementara kita sudah menjalani proses taaruf dan bahkan hari pernikahan kita hanya tinggal menghitung hari. Tetapi kamu menikah dengan dia. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku dan juga keluargaku. Ini sama saja kamu telah mempermainkan tata cara pernikahan dan juga proses taaruf!" tegas Ardito yang melampiaskan semua rasa kekecewaannya.

"Saya benar-benar meminta maaf yang sebesarnya yang sudah melakukan semua ini. Saya meminta maaf karena sudah mengecewakan. Mas, dan juga keluarga Mas. Sampaikan Maaf saya kepada orang tua Mas. Ini sudah terjadi dan apa yang bisa saya lakukan," ucap Aliza.

"Jika pernikahan kamu memang dilakukan secara mendadak dan karena keterpaksaan. Maka kamu bisa mengambil kuasa untuk berpisah dari laki-laki itu dan kita kembali menjalani pernikahan. Aliza aku menerima kamu apa adanya dan bagaimanapun keadaannya!" tegas Ardito.

"Mas, tapi saya sudah menjadi istri dan perpisahan itu tidaklah mudah. Allah juga sangat membenci perpisahan dan apalagi dengan alasan yang seperti itu," ucap Aliza.

"Itu artinya kamu menginginkan pernikahan itu tanpa mempedulikan bagaimana perasaanku!" tegas Ardito.

"Apa kau tuli?" tiba-tiba saja terdengar suara yang tidak asing membuat keduanya menoleh ke arah suara tersebut dan ternyata benar itu adalah Dhafian.

"Kau sudah jelas-jelas ditolak oleh istriku heran kau masih saja keras kepala yang mempengaruhi dia untuk berpisah dariku. Heh, apa di dunia ini sudah tidak ada lagi wanita yang mau denganmu sampai kau harus memaksa wanita yang sudah memiliki suami? Apa kau ingin aku memviralkanmu dan akhirnya kau dijuluki pebinor," ucap Dhafian yang terlihat begitu santai.

"Kaulah yang merebut Aliza dariku!" tegas Ardito.

"Benarkah! Hey kau dan dia belum menikah dan itu artinya kalian berdua tidak jodoh. Kalau yang dikatakan merebut itu ketika kalian berdua menikah dan aku berusaha mengambil istrimu. Seperti yang kau lakukan saat ini mempengaruhi wanita yang sudah memiliki suami. Jangan hanya sekolah terlalu tinggi dan hal kecil saja tidak mampu untuk dimengerti," ucap Dhafian yang ada saja jawabannya yang membuat Ardito kesal.

"Sudahlah kau sebaiknya jangan lagi mengganggu istriku!" tegas Dhafian.

"Sayang kamu sudah berpamitan dengan Paman dan Bibi. Kita harus pulang," ucap Dhafian yang kembali berbicara sangat manis kepada istrinya.

Bagaimana tidak Ardito sangat panas mendengar kata-kata itu. Rasanya tangannya ingin sekali melayang ke wajah Dhafian.

"Paman sudah pergi ke kantor. Aku juga sudah berpamitan dengan Bibi," jawab Aliza.

"Kalau begitu ayo kita pulang, aku sangat merindukanmu. 1 hari tidak bertemu dengan kamu di rumah dan aku merasa seperti 1000 tahun," ucapnya yang mengeluarkan kata-kata manis dan pasti disengaja karena ada Ardito di sana.

Aliza tidak mungkin baper dengan perkataan itu dan lihatlah bagaimana dia yang memilih untuk membuka pintu mobil dan ternyata Dhafian menghentikan dengan cepat yang langsung membuka pintu mobil itu benar-benar bersikap romantis kepada istrinya. Aliza menghela nafas yang langsung memasuki mobil.

"Tuan Ardito, kalau begitu kami pulang dulu. Ingat jangan ganggu istri saya. Saya bisa viralkan Anda," ucap Dhafian tersenyum penuh ejekan dan bahkan menepuk bahu Ardito.

"Kurang ajar!" umpat Ardito dengan mengepal tangannya. Mobil Dhafian sudah berlalu dari kediaman Lucky.

***

Aliza yang sekarang berada di ruang kerja Dhafian dan memberikan ponsel tersebut kepada Dhafian. Dhafian tersenyum ketika memeriksa ponsel tersebut dan istrinya melakukan tugas yang dia berikan sangat baik.

"Wau, aku benar-benar tidak menyangka kau melakukan dengan baik. Pasti jantungmu terus berdetak saat memasuki ruang kerjanya dan tanganmu bergetar saat memindahkan semua file itu," ucap Dhafian yang tersenyum seenaknya kepada Aliza.

"Baguslah. Ternyata kau telah membuktikan kepadaku bahwa kau benar-benar sangat mengerti agama yang mana harus taat kepada suami yang menjadi prioritas utama," ucap Dhafian.

"Karena sudah melakukan hal yang besar kepadaku. Maka bukan hanya memaafkanmu, tetapi aku akan memberikan sesuatu apapun yang kau minta," ucap Dhafian.

Bersusah payah dia mendekati Arum dan ternyata hanya sedikit informasi yang dia dapatkan dan baru beberapa hari menika Aliza, dia mendapatkan banyak data yang mungkin sangat diperlukan.

"Siapa dia?" Dhafian mengerutkan dahi saat mata istrinya yang tertuju pada sesuatu benda yang membuat Dhafian membalikkan tubuhnya dan ternyata foto yang terletak di atas meja. Anak kecil laki-laki yang berada di tengah-tengah dan terlihat sepasang suami istri.

"Orangtuaku," jawabnya dengan santai.

"Laki-laki itu ayahmu?" tanya Aliza.

"Benar!" jawab Dhafian.

"Lalu apa hubungannya dengan Paman Lucky?" tanya Aliza.

Dhafian mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu sepertinya ada yang diketahui Aliza.

"Saat aku memindahkan semua data itu dan aku melihat laki-laki yang di dalam foto itu sama dengan laki-laki yang berfoto berduaan bersama dengan Paman," ucap Aliza.

"Jadi dia menyimpan foto mereka berdua," sahut Dhafian yang terlihat begitu santai.

"Dari foto yang aku lihat, mereka berdua terlihat akrab, seperti seorang sahabat apakah benar mereka berteman?" tanya Aliza.

"Kenapa kau tidak tanyakan sendiri saja kepadanya," jawab Dhafian.

"Jika aku bertanya secara langsung, maka aku akan ketahuan pernah memasuki ruangan itu," jawab Aliza.

"Lalu kau inginkan aku menjawabnya?" tanya Dhafian.

"Kamu yang memberi kesempatan untuk mengabulkan apa yang aku minta," jawab Aliza.

Dhafian menghela nafas yang terjebak oleh pernyataan yang dia buat sendiri.

"Oke. Aku bukan tipe laki-laki yang mengingkari janji. Kamu benar mereka berteman dan laki-laki itu pengkhianatan!" jawab Dhafian berterus terang yang membuat Aliza semakin tidak mengerti.

"Kau tahu Aliza, kenapa aku sangat membenci Lucky. Karena dia membuatku menjadi anak yatim. Dia menghancurkan keluargaku dan membunuh ayahku!" tegas Dhafian yang ternyata berterus terang kepada Aliza.

Dhafian tidak pernah memberitahu siapapun tentang hal itu dan bahkan hanya dia, Reno dan asisten yang mengetahui semua itu dan karena itu memiliki tujuan kepada Lucky untuk balas dendam.

"Sesuai dengan apa yang kau pikirkan. Jika aku memang ingin membalas dendam kepada Lukcy yang menghancurkan hidupnya dan harus membayar semua yang telah dia lakukan," ucap Dhafian dengan matanya berkaca-kaca yang terlihat jelas aura dendam yang melekat pada diri Dhafian.

"Apa Paman mengetahui bahwa kamu adalah putra dari temannya?" tanya Aliza.

"Menurutku mungkin, tetapi aku juga tidak peduli jika dia mengetahuinya dan itu artinya dia tidak akan pernah bisa hidup tenang dan hanya akan dihantui dengan rasa ketakutan," jawab Dhafian.

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu dan jangan pernah bertanya apapun lagi padaku atau berusaha mencari sesuatu! Ingat kau di rumah ini dan aku sebagai pengendalimu!" tegas Dhafian yang merasa berbicara terlalu banyak dan yang dia bicarakan juga merupakan adalah rahasia besar.

"Apa tuan yakin bahwa Paman yang telah membunuh Ayah tuan?" tanyanya.

"Aku bukan orang bodoh dan tidak akan bekerja keras sampai sejauh ini jika tujuanku bukan itu," jawab Dhafian.

"Sekarang keluarlah dan istirahat di kamarmu. Masih banyak hal yang harus aku lakukan!" tegas Dhafian.

"Baiklah, Saya minta maaf karena sudah membuka luka tuan, saya hanya penasaran saja. Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Aliza yang langsung berlalu dari hadapan Dhafian keluar dari ruangan itu.

"Mudah sekali mengeluarkan kata maaf," ucapnya.

"Dan kau Dhafian, apa yang kau katakan barusan, kenapa kau berani sekali menceritakan semua kepadanya," ucap Dhafian sepertinya tidak bisa mengontrol diri dan sekarang baru merasa frustasi.

Bersambung .....