NovelToon NovelToon
Penguasa Subuh

Penguasa Subuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Mengubah sejarah / Persahabatan
Popularitas:764
Nilai: 5
Nama Author: godok

Kemampuan dan kelebihan yang membawa pada kesombongan.
Jangan pernah berpaling dan melupakan Sang Penguasa Subuh. Selalu rapalkam dalam hati 'Ilmu, Kebijaksanaa, dan Rendah Hati.' Jangan sampai tergoda oleh para pembisik, mereka pandai menggelincirkan keteguhan hati manusia.

Ketika dunia sudah mulai kehilangan keasliannya, banyak terjadi kejahatan, hal menyimpang, bahkan normalilasi terhadap hal yang tidak normal. Sebuah suku tersembunyi yang masih memegang erat sejarah, mengutus anak terpilih yang akan kembali membuka mata dunia pada siapa mereka sebenarnya.

Perjalanan Warta Nalani yang membawa sejarah asli dunia dimulai dengan usahanya harus keluar dari hutan seorang diri. Banyak hal baru yang ia temui, teman baru, makanan baru, dan juga kesedihan baru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon godok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bandit (5)

Warta, Dana, dan Sanakh kembali melanjutkan perjalanan dengan langkah yang cukup tergesa. Khawatir malam hari datang dan mereka belum menemukan tempat yang cocok untuk singgah. Para bandit sudah lebih dulu hafal medan pasti mendapat poin tambahan dalam hal ini.

"Mataharinya panas sekali!" keluh Dana. Ia menarik pakaian bela iri yang ia gunakan untuk menutupi kepala.

Sanakh berdecak, "Siapa tadi yang ngatain Warta lemah."

Sanakh menusuk-nusuk lengan atas Dana dengan ranting kecil yang ia ambil secara acak.

"Untungnya masih ada pepohonan rimbun ini, kita jadi tidak kepanasan-"

Perkataan Warta berhenti bersama dengan langkah ketiganya. Hutannya, hutan rimbun yang melindungi mereka dari sengat panas mentari menghilang. Habis.

Dihadapan mereka kini, sebuah padang rumput menghampar luas. Hamparan ilalang berwarna emas bergoyang ke kanan dan kiri secara elegan dan anggun. Seolah mengajak mereka untuk berdehidrasi bersama.

Dana menarik kerah Sanakh dengan kencang, "Kau kemanakan hutannya?! Argh, panas sekali!"

Sanakh memandang datar Dana, ia mendorong Dana dan menarik bagian baju yang di tarik Dana, berharap lecak dibajunya hilang.

"Ya, hutannya berakhir di sini. Tapi hanya sebagian. Lihat di depan sana, setelah melewati padang ini, kita akan kembali masuk hutan."

Dana memandang lurus kedepan, menyipitkan mata guna mempertajam penglihatan. Ditengah teriknya matahari yang terpantul oleh para ilalang emas. Dana berhasil melihatnya, siluet raksasa besar dengan rambut keribo berwarna coklat dan juga hijau.

"Berapa.... jauh?" tanya Dana.

"Tidak jauh, hanya sekitar 12 Km. Kau dapat melihat hutan di seberang sana kan, Warta," Sanakh menatap Warta yang memandang ke arah dirinya dengan mata berbinar.

"Hebat! Bahkan kau bisa memperkirakan jarak yang ada," Puji Warta dengan kemampuan Sanakh.

Tatapan malas Dana layangan kepada keduanya. Ia memilh untuk menarik tubuhnya turun, duduk di tempatnya berdiri yang masih terlindung panas matahari.

"Kalian lanjut duluan saja, aku nanti menyusul."

Warta dan Sanakh adu pandang, keduanya tersenyum kemudian menarik Dana. Warta menarik tangan kiri dan Sanakh menarik tangan kanan. Keduanya berjalan menuju ilalang tinggi yang sibuk memamerkan keindahan warna mereka. Seolah berkata,

"Walau sudah mengering, kami semakin menawan."

Dana memberontak, mencoba melepaskan diri dari kedua kawan barunya itu, "Oi, lepas!"

"Anak kota memang manja kalau soal matahari," sindir Sanakh.

"Ehh~ begitu, ya," Warta mengangguk singkat.

Keduanya memilih mengabaikan Dana, terus maju, jalan menerobos tamparan barikede ilalang.

3 Jam. 3 jam 21 menit lamanya mereka tempuh untuk sampai di sisi seberang ilalang, kembali memasuki hutan.

Selama 3 jam itu juga mereka setia menyeret Dana yang berteriak karena ilalang tanpa henti terus bergoyang menyayat halus pipinya.

"Huh! sampai juga," Sanakh melepaskan tangan Dana bersamaan dengan Warta. Membuat tawanan dadakan mereka terjatuh.

Dana berbaring menatap teriknya sinar matahari, "Aku... aku menjadi manusia panggang."

Dana membalik badan, tidur dengan posisi tengkurap. Ia mengangkat badan atasnya, menjadikan siku sebagai tumpuan sekaligus alat penggerak. Dana merangkak bak tentara yang sedang berlatih bergerak di bawah kawat berduri. Bergerak menuju arah pohon besar yang menyambut mereka.

"Aku.... aku selamat," ucapnya penuh haru seolah dirinya baru saja bebas dari kematian.

Warta dan Sanakh terkekeh melihat tingkah Dana. Mereka menghampiri Dana yang terbaring lemas di bawah pohon besar. Warta menjatuhkan diri, ia duduk di samping Dana dan menyandarkan punggungnya ke pohon rimbun yng sepertinya sudah berumur lebih dari puluhan tahun.

"Aku akan cari minum," tutur Sanakh. Ia menatap sekitar lalu mulai berjalan.

"Oi, tunggu," Dana secara tiba-tiba menggenggam pergelangan kaki Sanakh.

"Jangan sendirian, bodoh! Bagaimana kalau ada bandit lagi."

Sanakh menghempaskan genggaman tangan Dana dari kakinya. Ia berdengus kesal, merasa diperlakukan seperti anak kecil.

"Tenang, aku hafal daerah sini. Biasanya para bandit tidak mengambil jalan melalui padang rumput."

Dengan langkah terhentak karena kesal, Sanakh beranjak pergi masuk ke dalam hutan.

Dana hendak bangun untuk menyusul Sanakh, tapi Warta mengehentikannya.

"Sudah, dia kan lebih paham wilayah sini," ujar Warta lembut.

Dana berdecak, ia memilih kembali merebahkan diri dan istirahat sejenak. Mulai menutup mata walau rasa tidak nyaman dari sinar matahari yang mencoba menerobos membuatnya sedikit pusing.

 

"Oi, ini sudah setengah jam lebih. Kemana anak itu?!"

Dana bangun, ia menatap Warta tajam kemudian mengalihkan pandang ke arah Sanakh berjalan.

"Benar juga," Warta bangun dari duduk, ia membersihkan debu yang menempel di celana. "Ayo kita susul."

Warta mengulurkan tangan membantu Dana untuk bangun. Keduanya memutuskan untuk memasuki hutan, mengikuti jejak dari sandal jepit Sanakh yang masih membekas.

"Mereka orangnya?" Seorang pria berbadan kekar keluar dari hutan, bersama dengan Sanakh di sampingnya.

"Hah? Apa-apaan ini?!" Dana berdiri di depan Warta. Tangan kirinya sedikit terangkat memberi isyarat agar Warta berhenti.

Dana kembali mengeluarkan karambit miliknya, menggenggam dengan tangan kanan yang membentuk horizontal di depan dagu.

Dana mulai berlari, hendak mendaratan serangan ada pria berbadan besar.

"Tunggu!" Sanakh, dengan kedua tangan merentang lebar berdiri di depan si pria berbadan kekar.

Dana melompat mundur, badannya masih memasang siaga. Kedua alis si pengguna baju bela diri itu mengkerut keheranan.

"Apa yang kau lakukan? Minggir!"

Sanakh menggeleng kencang, membuat Dana geram. Dana melangkah dengan terburu dan gusar. Di tariknya kerah Sanakh hingga yang tubuhnya lebih kecil sedikit terangkat.

"Dan, tunggu!" Warta berlari, ia menggenggam pergelangan tangan Dana. Berusara menarik cngkraman kencang itu dari Sanakh.

"Tunggu-" Sanakh ikut mencengkram tangan Dana dan mendorongnya hingga terlepas. "Dia pamanku."

Penjelasan Sanakh membuat Dana menatap pria berbadan kekar di belakang, menelisik tajam. Memang ia melihat beberapa kemiripan dari fitur wajah keduanya. Ditambah, orang berbadan besar itu menatap datar Dana, seperti sedang meremehkannya.

Dana menghela napas berat, "Ya, kalian memang mirip," Ia membenarkan posisi berdiri dengan tegap.

"Wah, beruntung pamanmu selamat dari para bandit itu!" girang Warta.

Sanakh tertawa canggung, telunjuk kirinya terangkat menggaruk sisian pipi.

"Ya-yah, begitu lah."

"Jadi," si pria berbadan besar dan kekar mulai angkat bicara. "Apa kalian punya makanan?" tanya si pemilih suara husky yang membuat alur wajah Dana berkerut emosi.

Dana berdecak, "Orang dewasa tidak berguna."

Dengan kesal ia melangkah masuk ke dalam hutan meninggalkan ke tiga orang disana.

Warta melirik paman Sanakh sekilas. Warta tertawa canggung, tangan kiri terangkat mengelus tengkuk belakang.

"Maaf, dia memang anaknya seperti itu. Sudah sifat bawaan," Warta sedikit menunduk ke arah paman Sanakh, meminta maaf atas sikap Dana.

" Dasar," Sanakh menggerutu, "Dia itu ingin tersesat dan menambah pekerjaanku, ya?!" Sanakh sedikit berlari masuk ke dalam hutan, menyusul Dana.

Dan Warta, ia masih berdiri ditempat. Sedikit mengakat kepala, saling adu pandang dengan Paman Sanak yang menatapnya tajam. Lagi-lagi, Warta tertawa canggung.

"Ah, ka-kalau makanan kami tidak punya. Tapi aku pandai memasak dari bahan hutan. A-Aku mau cari bahan dulu paman, mari," Warta pun berlari, ikut menyusul di belakang Sanakh mencari Dana.

1
Anonymouse
/Left Bah!/
Harman Dansyah
semangat update nya kak
Harman Dansyah
apakah emang ada mangan lain dalam tulisan itu kak
Harman Dansyah
ada yang typo kak seperti ia menarik panas kak
Harman Dansyah
kalau novel ku ada maksudkan atau saran boleh di komentar kak
Harman Dansyah
juga terimakasih like nya kak
Harman Dansyah: kalau bisa kasih bintang 5 nya juga yah Kak kalau ada tambah di cerita ku komentar aja aku juga kalau ada typo atau apa cerita kak aku komentar juga kak
total 2 replies
Harman Dansyah
semangat updet nya kak aku like dulu soal mau istirahat kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!