Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
“Cepat ganti baju!”
James yang kini sudah berdiri tegak dengan wajah kesal, kemudian dia keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Celline di dalam kamarnya.
Dekat-dekat dengan Celline hanya akan membuat sinyalnya bertambah kuat saja.
Celline hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Yang salah siapa, yang dimarahi siapa, pikirnya. Sekali lagi dia harus ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Setelah mengganti pakaiannya dan merasa segar setelah mencuci wajahnya, Celline kembali merasa bugar. Mungkin karena dimarahi James, jadi imunnya meningkat.
Mungkin juga Celline merasa sangat senang karena pria dingin itu mau memperhatikan dirinya. Walapun dengan tambahan marah-marah padanya.
Bibirnya melengkung saat mengingat James mencoba menyuapinya. Kalau boleh Celline berharap, sakit lebih lama pun tidak masalah baginya. Karena meskipun dimarahi, James juga terlihat tambah peduli padanya.
Padahal sebenarnya James juga sangat memperhatikan Celline walaupun tak lagi sakit. Namun karena gengsi, James seolah-olah membangun dinding pembatas antara dirinya dan Celline.
Celine bejalan keluar kamar. Dia senyum-senyum sendiri.
“Kenapa kamu keluar kamar?” Tanya James.
Celline langsung menoleh. “Saya sudah merasa sehat, tuan.”
“Sehat apanya? Dokter saja belum sampai.”
“Tapi, saya sudah sehat, tuan. Ini tuan bisa lihat sendiri! Saya sudah tidak merasa pusing lagi seperti tadi.”
Wanita itu malah melakukan gerakan berputar. Celline memutar tubuhnya beberapa kali putaran. Sudah tahu dia habis demam dan mengeluh kepalanya pusing, bahkan sempat bilang kalau langit di kamarnya seolah berputar.
Celline memang kurang kerjaan. Untuk membuktikan pada James kalau dirinya sudah benar-benar sehat kembali. Namun, detik berikutnya dia oleng. Kakinya sudah tidak bisa menyanggah tubuhnya lagi.
Alhasil, Celline hampir menyentuh lantai. Kalau saja lengan James tidak spontan meraih pinggangnya.
“Kamu ini tidak pernah hati-hati! Selalu saja ceroboh!” Pekik pria itu marah.
Bukannya apa-apa. Jantung James juga hampir saja mau copot saat melihat Celline mau jatuh. Celline sendiri merasa sudah deg-degan. Dia juga tidak mengira akan jatuh. Kini, jantungnya berdetak dengan cepat karena tubuhnya berdekatan dengan James.
“Kak James!”
Mendengar ada yang dating dan memanggil namanya, dengan reflek James melepaskan tangannya. Hampir saja Celline kembali jatuh. Namun, dia bisa menjaga keseimbangan tubuhnya itu.
“Kalian sedang apa di sini?” Denny menatap mereka dengan penuh selidik kepada kedua orang itu. Jelas-jelas tadi dia melihat James menyentuh pinggang Celline.
“Jangan-jangan Kak James ada main sama Celline.” Kata Denny dalam hati.
James dan Celline terlihat jadi kebingungan. Keduanya jadi salah tingkah. Seperti pasangan yang terciduk sedang berselingkuh.
“Kakak suka sama Celline ya?” Tanya pemuda itu dengan lantang. Sebenarnya dalam hatinya dia sedikit marah karena kakaknya itu bilang padanya belum bisa melupakan mantan kekasihnya yang dulu.
“Eh, tuan jangan berpikir seperti itu. Bukan begitu. Tadi saya hampir jatuh dan Tuan James menolong saya.” Celline mencoba menjelaskan pada Denny dan berusaha menghilangkan kecurigaan Denny.
Denny menatap keduanya secara bergantian. Apa benar apa yang dikatakan oleh Celline barusan itu?
Namun, dia juga bukan orang bodoh yang percaya begitu saja pda ucapan Celline barusan.
Denny juga baru sadar, kalau selama dia tinggal di mansion James, Celline tidak pernah melakukan pekerjaan apa pun. Kini dia yakin kalau Celline bukanlah sebagai pembantu biasa di dalam mansion itu.
Bodohnya Denny tidak sadar akan hal itu. Celline pun tidur di kamar tamu, bukan di kamar pembantu. Rupanya kakaknya itu ada main dengan Celline.
Denny seolah menyambut permainan sang kakak dan meladeni sandiwara kotor itu.
“Hm…. Kalau begitu, Celline nanti malam ikut saya nonton. Karena dulu kita tidak jadi ke bioskop.” Ajak Denny yang hendak mengetes kakaknya itu.
Denny mau melihat ekspresi kakaknya itu. Namun, sayangnya James hanya melirik dengan dingin.
Kemudian dia pergi menuju ruang kerjaya. Begitu dia menutup pintu, barulah dia memperlihatkan wajah kesalnya karena tingkah laku Denny barusan membuatnya jadi marah. Dia mengepalkan tangannya.
Dia jadi ragu kalau saat ini dia mau kembali ke rumah sakit lagi. Sementara dia pergi nanti, Denny pasti akan langsung menarik tangan Celline.
*****
“Kamu jangan main-main dengan kakakku!”
“Main-main apa maksud Tuan Denny?” Dahi Celline mengerut.
“Kamu piker saya bisa kamu bodohi?! Siapa sebenarnya kamu ini?” Denny terus saja memojokkan wanita itu.
“Nama saya Celline. Saya hanya seorang gadis biasa, saudara bibi dari jauh.” Celline mencoba menjelaskan kembali dengan setenang mungkin. Padahal tubuhnya sudah mulai ketakutan. Dia takut rahasianya terbongkar.
Mata Denny menyisir dari ujung rambut sampai ujung kaki Celline. “Memang sih, kamu terlihat sangat tidak berkelas. Mana mungkin kalau kakakku tertarik pada gadis seperti kamu. Tapi, kamu itu cantik.” Kata Denny dalam hatinya. Dia masih sedikit agak ragu.
“Lalu kamu ngapain ada di sini? Aku lihat kamu tidak pernah bekerja di rumah ini.”
“Saya bekerja di butik, tuan. Hanya saja sekarang ini saya lagi cuti. Kata siapa saya tidak pernah bekerja di mansion ini.” Celline berusaha menjawab sebisanya, supaya Denny tidak menaruh curiga pada dirinya.
Tiba-tiba saja bibi melewati keduanya.
“Permisi, tuan.” Kata bibi sambil membawa alat pel.
Spontan saja Celline langsung menyambar tongkat pel itu. “Kata siapa Celline tidak pernah kerja di sini? Tanya saja sama bibi. Benar kan, bi?” Celline mengedipkan matanya ke arah wanita paruh baya itu. Dia memberikan kode pada bibi.
Bibi yang sudah tahu rahasia James, langsung menjawab dengan anggukan kepalanya. “Selesaikan pelnya ya, Celline. Bibi mau jemur pakaian dulu.”
Dengan sikap yang berpura-pura, Celline berakting sedang mengepel lantai. “Awas, tuan. Nanti tuan basah. Tolong geser sedikit. Maaf ya, tuan. Kalau lantai ini tidak bersih, nanti Tuan James bisa marah-marah.
Celline pun sengaja mengarahkan alat pel itu ke arah kaki Denny. Dia sengaja mengusir pria tersebut.
“Tunggu saja! Aku akan awasi kalian berdua!” Kata Denny dalam hati sambil meninggalkan Celline.
Begitu Denny pergi, Celline bisa bernapas lega. Dihirupnya oksigen banyak-banyak. Denny benar-benar membuatnya sulit bernapas dan membuatnya sampai tegang.
*****
Satu jam kemudian…….
“Celline!”
Celline yang sedang berada di dapur langsung menoleh, saat mendengar suara berisik memanggil namanya.
“Ada apa, tuan?” Celline meoleh ke kanan dan ke kiri. Dia takut ada Denny lagi.
“Dia lagi perbaiki motor di luar.” James menghampiri Celline.
“Saya mau ke rumah sakit sekarang. Kamu jangan pergi kemana-mana.” Tambah James.
“Tuan lagi sakit?” Tanya Celline. Ada rasa cemas yang terlihat di raut wajah gadis itu.
“Bukan saya yang sakit.”
“Oh, syukurlah kalau begitu. Kalau begitu tuan mau jenguk orang sakit?”
“Eh, iya. Memangnya mau ngapain lagi?!” Tanya James ketus.
“Memangnya siapa yang sakit, tuan? Celline buatkan bubur ya?” Celline terlihat sangat tulus, saat menawarkan hal itu.
“Tidak usah.”
Bibir Celline jadi terkatup. Ada sesak yang muncul secara tiba-tiba.
“Ingat, kamu jangan pergi dengan Denny nanti malam!” Perintah James.
“Kan cuma nonton saja, tuan. Masa tidak boleh, tuan?”
“Celline!” Pekik James.
Wanita itu pun langsung tertunduk. Dia tidak berani berucap lagi. Melihat Celline jadi sedih karena dibentaknya, James pun merasa jadi tak enak hati.
Tanpa sadar dia meraih tubuh Celline dan memeluknya dengan erat.
“Kamu itu istri saya. Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan pria lain.”
“Ingat ya, kamu di rumah saja! Ini perintah!” Perintah James dengan penuh penegasan.
Celline hanya mengangguk dengan patuh. Setelah melepas pelukan singkat itu, James pun meninggalkan Celline. Melan sudah menunggunya di rumah sakit. Kalau saja bisa, dia ingin menjadi dua orang. Satu untuk Celline dan satu lagi untuk Melan.
Pada dasarnya laki-laki memang seperti itu.
James pun menuju mobilnya. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya. Dari kejauhan sepasang mata sedang menatapnya dengan tatapan dingin.
Bersambung........