"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 28. Rianti datang lagi..
Malam itu Lea tidak bisa tidur, dia masih ketakutan bahkan untuk memejamkan mata saja dia takut kalau - kalau kakung nya datang dan melempar nya keluar. Tapi Lea masih belum bisa lupa siapa sosok tadi yang di lihat nya di kamar mandi, itu ibunya..
Lea melihat ibunya berdiri diantara bambu - bambu di dekat kamar mandi, dia menangis tapi hanya diam. Lea hanya melihat ibunya sepersekian detik dan sosok nya hilang lagi, entah itu sungguh ibunya atau bukan, tapi Lea senang melihat ibunya..
'Lea ikut mama aja boleh ndak, ma..' Batin Lea, dia masih menangis tanpa suara.
Tatapan nya perlahan kosong, dia mengenang kenangan - kenangan indah nya bersama keluarga nya dulu sebelum ibunya meninggal. Dia merindukan rasanya di sayangi, rasanya di peluk, rasanya di suapi oleh ibunya. Tiba - tiba ada suara yang kembali muncul mengejutkan Lea.
"Ayo nduk.." Ujar nya. Tapi Lea tetap diam, Lea tidak menggubris suara itu.
"Seperti yang saya bilang, jika ada yang menyakitimu, dia harus mati." Ujar sosok itu.
Lea masih diam, dia tidak mengucap apapun. Lea masih terlalu polos untuk membenci orang, dia hanya sedih mengapa kakung nya tidak sayang padanya.
"Saya menunggu perintahmu, nduk." Ujar suara itu lagi.
'Perintah apa?' Batin Lea. Akhir nya Lea menjawab suara itu.
"Perintah untuk menghabisi mereka yang menyakitimu." Ucap suara itu.
Tapi Lea masih belum mengerti, menghabisi apa pikir nya.. Dia tidak pernah memiliki rasa dendam, yang ada hanya rasa takut. Lea takut dia di tinggalkan semua orang.
'Lea mau pulang..' Batin Lea.
"Hatimu masih terlalu baik, cah ayu.." Ujar suara itu.
Pelan tapi pasti Lea memejamkan matanya dengan air mata terakhir yang mengalir, Lea tidur.
Sementara itu di tempat lain..
Di tempat yang jauh dari desa itu, tepat nya di sebuah kamar kontrakan kecil dimana ada seorang perempuan yang sedang menguleni atau membuat adonan tengah duduk sambil membanting - banting adonan nya, seperti sudah ahlinya dia tidak sedikitpun mengalami kesulitan saat menguleni, itu mak tua nya Lea.
Siang nya dia akan berjualan, dan malam nya dia akan membuat adonan jualan nya. Hanya dia seorang diri di sana, tiba - tiba..
"Huhuhuhu.."
DEG!!
Mak tua menghentikan gerakan adonan nya saat mendengar suara orang menangis. Dia diam untuk kembali menajamkan pendengaran nya, apakah memang ada yang menangis atau hanya perasaan nya saja..
"Hiks.. Hiks.. mak.."
DEG!!!
Mak tua merinding seketika, dia mengenali suara itu. Itu suara menantunya yang sudah meninggal, Rianti.
"Rianti, koe kenapa di sini nduk." Mak tua tidak melihat wujud nya hanya suaranya saja.
"Hiks.. Hiks.."
Mak tua lalu bangun dan mencari sumber suaranya, suara nya kini berpindah keluar. Mak tua membuka pintu kontrakan nya, tentu saja sepi tidak ada siapapun. Di tambah pencahayaan yang remang - remang, semakin terasa kehororan nya.
"Rianti." Panggil mak tua.
Mak tua yang dasar nya pemberani langsung keluar dari dalam kontrakan dan dia melihat ke sekitar, semula tidak ada apa - apa tapi saat mak tua kembali menoleh ke kanan.. di bagian teras kontrakan yang paling ujung, dia melihat perempuan duduk sambil menangis.
Leher mak tua tercekat rasanya, dia melihat sosok Rianti. Dia duduk di teras kontrakan paling ujung, menghadap dirinya dan sedang menangis.
"Nduk, ya Allah gusti." Ujar mak tua.
"Koe kok kesini?" Ujar nya lagi.
"Tolong anakku mak.. Hiks.. Hiks.." Ucap sosok Rianti.
Mak tua berjalan hendak menghampiri Rianti, tapi tiba - tiba ada yang menepuk pundak nya dari belakang.
"Mbok!"
"Astagfirullah!" Mak tua terkejut dan menoleh ke si pelaku, itu tetangga kontrakan nya.
Mak tua kembali menoleh ke tempat Rianti tapi sudah hilang, mak tua juga menoleh kesana kemari tapi Rianti tidak ada di manapun.
"Opo toh, mbok? Kok sampean nyebut - nyebut jenenge (nama) mantumu sing (yang) wis gak ono?" Tanya tetangga kontrakan nya.
"Aku memang weruh (liat) Rianti." Ujar mak tua.
"Nglindur sampean ki mbok, wong sudah meninggal ndak mungkin hidup lagi." Ujar tetangga nya.
"Aduh, perasaanku kok ndak enak yo.." Gumam mak tua.
"Wes malem mbok, ojo aneh - aneh." Ucap tetangga nya.
Mak tua terdiam, meski tetangga nya tidak lihat dan tidak dengar Rianti menangis, tapi insting mak tua mengatakan ada yang tidak beres. Perasaan nya mendadak campur aduk tidak karuan dan terus kepikiran Rianti.
Dan di tempat lain pula..
Di pesisir pantai saat ini semua orang sedang sibuk dan riuh membongkar muatan ikan, mereka melakukan transaksi lelang ikan malam itu juga, dan salah satu nya di sana ada ayah Lea.
Ayah Lea sedang mengantongi banyak ikan yang kemudian di berikan pada pembeli, ikan yang ukuran nya lebih besar biasanya tempat nya terpisah.
"Lima puluh ribu, mas." Ujar ayah Lea, dan si pembeli memberikan uang nya.
"Makasih yo, mas." Ucap si pembeli.
"Nggeh, matur kesuwun." Sahut ayah Lea.
Tapi sejak tadi perasaan nya sudah tidak enak, jantung nya berdebar tidak karuan tapi dia tetap melanjutkan pekerjaan nya. Ayah Lea pergi ke dan minta di gantikan dulu dengan orang lain, dia beralasan akan ke toilet.
Ayah Lea lalu menjauh dari keramaian dan memang pergi ke toilet umum, dia mencuci tangan nya dan terdiam sejenak sambil meresapi perasaan nya.
"Kok gak enak gini atiku." Gumam nya.
Ayah Lea menarik nafas dan menghembuskan nya, dia lalu mencuci wajah nya. Seluruh tubuh nya basah dan bau amis ikan karena memang dia belum lama mendarat di pesisir pantai untuk lelang.
"Kricik - kricik.." Bunyi gemericik air saat ayah Lea sedang mencuci wajah nya.
"Mas.."
DEG!!"
Ayah Lea tertegun sejenak saat mendengar suara yang di kenalinya, suara yang sudah lama tidak pernah di dengar nya lagi. Ayah Lea mendongak ke arah cermin dan di sana dia melihat Rianti dengan wajah sedih dan menangis, ayah Lea mengusap wajah nya yang penuh air dan seketika Rianti hilang..
"Rianti.." Gumam Ayah Lea.
Makin tidak enak lagi perasaan nya, dia jadi teringat dengan Lea. Selama dua minggu ini ayah Lea belum tau Lea sudah tinggal di rumah nya, dia baru saja mendarat malam ini setelah berlayar mencari ikan.
Ayah Lea lalu keluar dan dia pergi ke warung kopi milik teman nya, di sana teman nya menyeduhkan kopi untuk nya lalu menyajikan untuk ayah Lea.
"Mulih (pulang) mas, aku kok di mimpiin bojomu." Ujar teman ayah Lea.
"Di mimpiin apa?" Tanya ayah Lea.
"Mimpinya yo Rianti nangis.. Setiap aku turu musti mimpi ne bojomu, lagi nangis." Ujar teman ayah Lea.
Teman ayah Lea ini juga sangat dekat dengan ibunya Lea, mereka saling kenal dan sudah akrab bahkan Rianti menganggap teman ayah Lea ini sudah seperti abang nya.
"Tapi juragan bilang aku di oper ke perahu lain sesok mas." Ujar ayah Lea.
"Koe opo ndak kangen anakmu, mas?" Tanya temannya.
"Ndak tau mas, semenjak Rianti ndak ada aku ndak semangat." Ujar ayah Lea.
"Koe ndue (punya) anak wedok lho mas. Masih kecil koyo Lea masih butuh banyak kasih sayang mas, aku segini tua saja masih glendotan sama mak ku." Ujar teman ayah Lea.
"Nek liat Lea aku sing sakit, mas. Lea ngingetin aku sama almarhumah, muka nya plek ketiplek mirip almarhumah. Rasane aku ndak bisa nerima kenyataan Rianti sudah ndak ada." Ujar ayah Lea.
"Bukan salah anakmu toh mas, namanya juga anaknya yo mirip. Koe lho mikire gitu, ndak mikir perasaan anakmu. Sue - sue (lama - lama) anakmu depresi, terusan kentir (gila)" Ujar teman nya.
"Sampean kok ngomong nya gitu.." Ujar ayah Lea.
"Mboh lah, terserah sampean." Ujar teman nya, lalu pergi.
Ayah Lea terdiam, dia menyeruput kopi nya lalu menyalakan rokok dan menghisap nya sambil memikirkan sesuatu..
"Shhh... fiuuhh.."
BERSAMBUNG!
apa mungkin masih ada.dendam.yg blm selesai?