Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh empat
“Apa yang terjadi?” tanya Feby pada Haris. Rasa ketakutan mulai meresap kedalam hati. Burung gagak kembali terbang kesana kemari dengan
Mereka seolah sedang dalam dilema, sedangkan Pak Putro dan juga satu Mahasiswa lainnya sudah berjalan meninggalkan mereka dan hilang ditelan kabut.
“Entahlah, tapi aku mendengar suara mereka seperti dibekap,” sahut Haris dengan wajahnya yang tampak pucat.
Ia merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebilah pisau lipat berukuran panjang dua puluh centi meter. Pemuda itu waspada pada sekitarnya.
“Kamu disini sebentar, aku akan memeriksa mereka.” Pemuda itu berjalan mengikuti arah rerumputan yang tumbang akibat injakan dua gadis tersebut.
Feby hanya terdiam. Ia tak ingin ditinggal sendirian, ia memutuskan untuk mengikuti Haris. “Aku takut, aku ikut.” Ia bangkit dari duduknya. Ia tak mengindahkan ucapan rekannya, sebab bayangan sosok mengerikan itu kembali mengingatkan akan peristiwa yang sangat menakutkan untuk ia kenang.
Haris mendengus nafas dengan berat. Ia tak mengerti mengapa Pak Putro harus meninggalkan mereka dan parahnya ia ditugaskan menjaga tiga orang gadis sekaligus.
Feby mempercepat langkahnya. Ia tak mengindahkan rasa sakit di lengannya, dan juga tak ingin memberi jarak pada pada pemuda tersebut, ia sangat takut jika sosok itu kembali menangkapnya.
“Cla! Sha!” panggil Haris kedua kalinya pada kedua gadis itu dengan lantang. Namun tak ada sahutan. Suasana hutan terlihat lengang, hanya suara Haris yang menggema.
“Ris,” panggil Feby dengan suaranya yang lirih, berharap sang pemuda memperlambat langkahnya.
Haris menoleh ke arah belakang, terlihat Feby mencoba menghampirinya. “Mengapa kau ikut?”
“Aku takut sendirian, aku tak mau diculik makhluk itu lagi.” sanggah Feby dengan wajah ketakutan. Ia bergidik saat membayangkan hal itu terjadi.
Haris terpaksa pasrah dengan jawaban Feby yang menyiratkan ketakutan dan rasa trauma didalam dirinya.
Gadis itu mencengkram pergelangan tangan Haris, seolah takut jika pemuda itu meninggalkannya.
Sreeeeeek
Terdengar suara gemerisik dari balik sesemakan, dan sekelebatan bayangan tampak melesat dengan cepat. Haris membolakan kedua matanya, lalu memeriksa dibalik pohon pinus tempat dimana Clara dan juga Shasa tadi berjongkok, namun yang ditemui hanya aroma pesing bekas buang hajat keduanya.
“Siaaaal! Mereka juga menghilang!” maki Haris dengan wajah pucat dan juga menahan kekesalan, karena ia akhirnya kecolongan lagi dan tak dapat menjaga kedua gadis tersebut.
Feby tampak bergetar seluruh tubuhnya. Ia membayangkan jika kedua orang tersebut pasti diculik oleh sosok berbulu yang tampak mengerikan tersebut.
“Semoga mereka selamat.” bibir Feby tampak bergetar. Wajahnya memucat.
“Apa maksudmu?” tanya Haris dengan rasa penasaran, sembari mengusap wajahnya yang dipenuhi bintik air yang berasal dari kabut embun.
“Malam itu, aku mendengar suara seseorang seperti memakan sesuatu. Aroma anyir darah menyebar didalam ruang goa yang sempit dan pengap.” ungkap Feby dengan bayangan ketakutan saat mengingat kejadian malam itu.
"Apakah kau mengingat bagaimana rupa sosok misterius tersebut?" tanya Haris dengan penuh selidik.
Feby menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, hanya saja ia bertubuh tinggi dan kekar, dengan banyak bulu yang memenuhi sekujur tubuhnya," Feby mencoba mengingat sosok yang sudah menciptakan luka cabikan dibagian lengannya.
Haris membayangkan jika itu adalah Gorilla, atau mungkin saja siamang?
"Bisakah kau ceritakan tempat posisimu saat disekap seperti apa?" cecar Haris dengan tak sabar.
"Aku hanya mengingat sebuah goa dan saat aku berada diluar ketika berhasil lolos, aku melihat jika bukan pohon pinus yang kutemui, tetapi eucalyptus," Feby menggali ingatannya saat kejadian waktu itu hari hampir pagi dan Dita menemukannya.
Seketika Haris tercengang. "Aku tahu dimana tempatnya,"
"Bagaimana kau tahu?"
"Ayahku bekerja diperkebunan itu sekitar lima tahun yang lalu sebagai buruh tanam, dan aku pernah ikut padanya saat masa liburan sekolah," Haris tampak menerawang ke masa silam, saat terakhir kali ia bertemu dengan ayahnya, dan dimana tiba-tiba saja sang ayah hilang tak berjejak, lalu diikuti beberapa pekerja kebun lainnya, hingga penanaman selesai, entah sudah berapa pekerja yang menghilang.
"Aku akan mengantarkanmu turun kebawah dan mencoba mencari mereka, mungkin saja aku akan menemukan jasad ayahku, meskipun hanya beripa tulang belulang saja, tetapi setidaknya aku menemukan jawaban atas kematiannya,"
Feby bergidik ngeri. Jika ada banyak kejadian yang mengerikan, lalu mengapa mereka harus diarahkan camping ketempat ini ? Jika akhirnya harus celaka.
"Aku ikut," Feby tak ingin turun ke kaki bukit.
"Tapi ini sangat berbahaya," Haris mencoba mengingatkan.
"Aku ingin menemukan Sherly," gadis itu bersikukuh dengan pendiriannya.
Pemuda tak dapat lagi berdebat, lalu ia menyibak tumbuhan perdu dan menuju hutan eucalyptus.
*****
Sosok berbulu dengan dua gadis yang ia panggul dipundaknya dan saling tindih terlihat melesat membelah kabut embun dan juga tumbuhan perdu yang tumbuh disekitaran pohon pinus.
Ia bergerak sangat cepat bahkan seperti kecepatan cahaya yang terus bergerak hingga tiba didepan sebuah tebing tinggi dengan dinding bebatuan cadas yang berdiri kokoh.
Ia menuju sebuah mulut goa yang tertutup dengan dinding bebatuan lainnya.
Ia menendangnya dengan sangat keras.
Braaaaak
Bebatuan runtuh dan berserakan, lalu ia memasukinya dengan langkah berat yang menimbulkan suara gema didalam lorong goa.
Langkahnya mulai kencang, dengan pijakan kasar yang menghasilkan guncangan dan membuat Shasa yang berada diatas terguncang tubuhnya.
Ia tersadar dari pingsannya. Sebab saat tadi sosok itu memukul kepalanya cukup keras dan tentu saja hal itu membuat ia harus tak sadarkan diri.
Gadis itu menatap.sekitarnya dengan kepala menjuntai kebawah, dan melihat lorong sempit yang lumayan panjang.
Sesaat ia mengendus aroma anyir darah dan juga bau amis yang sangat menyengat saat memasuki ruangan yang lebih besar.
Braaaaaak
Tubuhnya dilempar begitu saja ke lantai oleh sosok yang tak lain adalah Rey.
"Eeeeerrr ggggh," erangnya kesakitan, saat bokongnya menyentuh lantai goa dengan kasar.
Setelah melemparkan ia dan Clara seenak jidatnya, sosok itu terlihat celingukan untuk mencari sesuatu, sepertinya ada yang menghilang, tetapi entah apa.
Shasa menggoyang lengan Clara agar terbangun dan sadar agar mereka dapat melarikan diri dari penyekapan yang sangat mengerikan.
"Emmmmm," Clara menggeliat, dan menggerakkan tubuhnya yang mana rasa sakit masih terrasa hingga saat ini. Namun sang gadis justru kembali tertidur.
Melihat Clara tak juga bangun, Shasa memilih untuk memberikan satu cubitan dilengan.
"Arrrrrrr ggghhh" erang Clara dengan rasa sakit dibagian pahanya akibat cubitan gemas dari Shasa.
Saat ia membuka keduanya matanya, ia dikejutkan oleh sosok penampakan didepannya, dimana kepala Novita tergeletak diatas lantai goa dan menatapnya seolah ingin mengatakan jika kematiannya sangat begitu menyakitkan.
"Hah!" ia membekap mulutnya, dan hal itu membuat ia sangat syok.
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔