(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-18
...🖤🖤🖤...
...(Malam harinya)...
"Ugh..." desis Alex perlahan membuka mata menatap atas mansion."Awas kamu, Lucas," gumam Alex, duduk menatap sekitar kamarnya yang sudah dibersihkan.
"Ish..." ringis Alex, baru merasa ngilu di tangannya yang sudah diperban."Aku akan pergi menemui Luna."
Alex segera bangkit berjalan menuju wall in closet nya, meraih beberapa baju, kemudian pergi meninggalkan kamar.
*
*
*
(Di sisi lain)
Luna tengah duduk seorang diri di dalam kamarnya sambil menyelesaikan beberapa tugas skripsi nya, walaupun sekarang sudah tengah malam tepat pukul 12 malam.
"Astaga... aku sangat ngantuk, tapi skripsi ku belum selesai," kelu Luna, mendengus kesal merebahkan kepalanya diatas meja belajar.
Kring, kring, kring. Ponsel Luna berdering keras, membuat Luna terkejut segera meraih ponselnya dan menatapnya.
"Alex?" Kedua mata Luna membulat sempurna, segera menggeser icon hijau.
"Halo," ucap Luna sedikit berbisik.
📱"Buka pintunya, aku ada di depan," perintah Alex dari seberang ponsel.
"Apa?!" pekik Luna terkejut dan bangkit dari duduknya, seketika rasa ngantuk dan lelahnya pun sirna.
📱"Mau buka pintu ini, atau aku berteriak membangunkan ibumu?" ancam Alex.
"Tunggu, aku akan kesana," bisik Luna segera berlari keluar dari kamar, mengendap-endap menuju pintu rumah.
Ceklek.
"Apa yang terjadi kepadamu?" bisik Luna terkejut, melihat baju Alex berlumuran darah yang sudah kering.
"Cepat biarkan aku masuk, tanganku sakit," desak Alex mematikan panggilan.
"Hey, kamu tau kalau sekarang ibuku sangat membencimu, Alex," ucap Luna dengan suara pelang, sambil sesekali melirik ke arah pintu kamar sang ibu.
"Aku tau, dan itu urusanmu. Sekarang, cepat minggir," desak Alex kembali memaksa masuk ke dalam.
Akhirnya, keduanya pun saling dorong mendorong, tak sengaja Luna menyentuh luka di tangan Alex yang masih basah, dan...
"Aaarrgg!" erang Alex, kesakitan.
"Luna," panggil Nyonya Regina dari dalam kamar.
"Diam," bisik Luna segera membungkam mulut Alex dengan tangannya."Ya Ma," sahut Luna panik, menelan luda dengan susah payah melirik ke arah pintu sang ibu.
"Apa yang kamu lakukan disana, malam-malam begini?" tanya Nyonya Regina dari dalam kamar.
"Aku haus Ma, mau minum air," elak Luna.
"Hhhmm... setelah selesai minum, cepat kembali ke kamarmu," ucap Nyonya Regina.
"Baik, Ma." Luna melirik tajam ke arah Alex."Cepat masuk, dan tolong tetap diam," ajak Luna.
"Ok."
Alex melangka masuk dengan pelan, berjalan perlahan menuju kamar Luna, dan masuk ke dalam.
"Cepat, buka bajumu dan mandi. Bau darah mu membuatku mual," desis Luna menatap Alex dengan kesal.
"Apa kamu buta? Aku tidak bisa apa-apa, makanya aku datang kesini," desis Alex ikut kesal.
"Cih! Bukannya kamu sudah menikah? Kenapa tidak minta istrimu membuka bajumu," balas Luna.
"Kamu cemburu?" Alex tersenyum smirk, melangka mendekati Luna.
Luna memutar bola mata malas."Tidak sama sekali, bahkan aku berharap kamu cepat-cepat bosan denganku, dan membiarkan aku pergi," ucap Luna.
"Kau!" pekik Alex menggema.
"Luna! Kamu sedang apa? Suara siapa itu?" teriak Nyonya Regina dari dalam kamarnya.
"Ma, itu anu... suara drama drakor, maaf aku lupa mematikan suaranya," sahut Luna menautkan kedua tangannya memohon kepada Alex agar tetap diam.
"Cepat lepaskan bajuku, aku mandi," perintah Alex tersenyum puas melihat Luna yang tak berdaya.
Tahan... tahan Luna, jangan sampai bajingan ini membangunkan ibumu, karena dia masih sakit. Pikir Luna melangka mendekat, lalu membuka kancing baju Alex satu persatu, lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Sudah, cepat pergi mandi."
"Bagaimana dengan celanaku?"
"Kamu lepas saja sendiri."
"Mau aku teriak lagi?"
"Ihhh... menyebalkan."
Mau tak mau, Luna pun membuka ikat pinggang Alex, lalu menanggalkannya, sekarang giliran boxer Alex.
"Lepaskan saja, lagian kamu sudah melihatnya beberapa kali, bahkan memakannya juga."
Sambil menahan kesal, Luna menurunkan main terakhir itu dari tubuh Alex, membuat Alex berdiri dengan tubuh polos bak anak kecil, tanpa sehelai kain yang menutupinya.
"Sekarang, pergi sana."
"Kamu mandikan aku, karena aku tidak bisa mandi sendiri."
"Alex."
"1."
"Cepat ikut aku."
Luna berjalan pergi dengan kesal masuk ke dalam kamar mandi diikuti Alex dari belakang, lalu mulai memandikan Alex hingga selesai.
"Pakai handukku ini."
"Terlalu kecil."
"Kalau begitu tidak usah pakai, sekalian."
"Ok."
Alex tersenyum lebar berjalan keluar meninggalkan kamar mandi tanpa mengenakan handuk, membiarkan belalainya bergantungan dengan bebas mengayuh kesana kemari.
Luna membulatkan mata."Alex...."
Luna segera berlari kecil mengikuti Alex lalu menariknya menuju kasur, dan memerintahkannya untuk duduk. Alex pun duduk dengan patuh, kemudian Luna membungkus tubuhnya dengan selimut miliknya.
"Sekarang kamu tidur, aku mau lanjut belajar."
"Tidak mau."
"Kamu tidur, atau aku bangunkan Mama, biar kita berdua diusir dari sini."
"Baiklah. Terserah kamu, wanita bawel."
Alex segera mengambil posisi nyaman merebahkan diri lalu memejamkan kedua mata. Melihat itu, Luna pun bernafas lega, dan kembali lanjut mengerjakan skripsi nya.
(Bersambung)