Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻
Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dasar Pengecut
Sano pun langsung berdiri di depan Ziaz sambil mengarahkan pedang miliknya ke arah Sailor yang sedang berdiri di ujung lorong tersebut.
"Akhirnya kau memperlihatkan dirimu lagi setelah 2 tahun," ucap Sano.
Sailor mulai tertawa. "Hahaha, kalian telah mencariku selama itu? Apa kalian benar benar sangat dendam kepadaku?"
Sano yang mendengar itu pun mulai semakin kesal kepada Sailor. "Kau hanya seorang pengecut! Kau tidak layak menjadi ksatria sakura pada saat itu!"
"Menurutmu begitu? Bukannya itu hadiah karena aku telah membawa kerajaan payah ini mendapatkan medali emas?" ujar Sailor.
Ziaz memegang pundak Sano dan berjalan ke depan. "Tenanglah, dia tidak akan bisa kabur dari sini."
"Wow, kau sangat yakin ya?" ucap Sailor.
Sailor pun menjentikkan jarinya. Hal tersebut membuat para tengkorak muncul dari segala arah dan berlari ke arah Ziaz dan Sano.
"Selamat bersenang-senang," ujar Sailor.
Sailor pun pergi dari sana sambil tertawa. Sedangkan para tengkorak semakin dekat ke arah mereka berdua yang membuat mereka berdua terpaksa harus melawannya.
"Sialan, dia malah kabur." ucap Ziaz.
Sano mulai melesat ke arah para tengkorak tersebut dan mulai menghancurkan tulang mereka satu persatu. Ziaz yang melihat itu pun langsung menghantam para tengkorak yang berada di belakang mereka.
"Jika tulang mereka di hancurkan, mereka tidak akan bisa menyatu kembali!" ujar Ziaz.
"Di mengerti," balas Sano.
Sano pun menghentakkan pedang miliknya ke lantai lorong yang membuat tengkorak tersebut bergetar. Melihat hal tersebut, Sano langsung menendang para tengkorak itu hingga mereka hancur.
Sedangkan disisi Ziaz, para tengkorak semakin ganas. Beberapa dari mereka bahkan membawa sebuah tombak yang membuat Ziaz mulai terpojok.
"Yang benar saja lah," kata Ziaz.
Ziaz pun melompat ke tengah para tengkorak tersebut lalu mengeluarkan gelombang kejut dari pedang miliknya. Para tengkorak itu pun terpental hingga menabrak dinding lorong.
Ziaz mulai melayangkan tebasan energinya kepada para tengkorak tersebut hingga senjata yang mereka bawa hancur berkeping-keping. Namun para tengkorak itu bangkit kembali walaupun beberapa tulang mereka telah hancur.
"Sial, sepertinya itu tidak berhasil." ucap Ziaz.
Sano melihat para tengkorak yang menyatu kembali walaupun tulang mereka sudah di hancurkan beberapa olehnya. "Kenapa mereka malah semakin ganas! Lalu bentuk macam apa itu!" ujar Sano.
Melihat situasi tersebut, Ziaz memutuskan untuk mundur saja dari pada mereka kalah karena kelelahan.
"Kita tidak ada pilihan lain, selain mundur dari sini." ucap Ziaz.
Ziaz mengeluarkan cahaya berwarna biru yang sangat terang dari pedangnya yang membuat para tengkorak itu tidak bisa melihat apa-apa. Mereka berdua memanfaatkan situasi tersebut untuk lari dari sana dan kembali ke arah jalan keluar.
"Apa kau tau dimana jalan keluarnya!" ujar Sano sambil berlari.
"Sini, belok kiri." jawab Ziaz sambil berlari.
Mereka berdua pun belok ke lorong sebelah kiri, sedangkan para tengkorak tersebut kebingungan karena melihat target mereka sudah hilang dari hadapan mereka.
Disisi lain, Lawkei dan Valiant sedang menunggu di titik tengah tempat mereka seharusnya berkumpul. Namun mereka berdua kebingungan karena jam sudah menunjukkan jam 2 siang dan mereka bertiga masih belum berkumpul di titik tengah.
"Mana mereka bertiga?" tanya Lawkei.
"Entah, aku sudah menunggu sangat lama disini." jawab Valiant.
"Kau sudah berada disini dari tadi? Aku kira kau baru saja sampai beberapa menit yang lalu," ucap Lawkei.
Valiant menghela nafas. "Titik yang kau berikan kepadaku itu kebanyakan ada yang kosong, jadinya ada beberapa tempat yang sepertinya sengaja di kosongkan karena mereka ingin pindah."
Lawkei yang mendengar itu pun mulai kebingungan. "Sebentar, apa peta ini adalah jebakan?"
"Lah, bukannya kita sudah sepakat kalau peta ini tidak aneh, saat di stasiun tadi." ujar Valiant.
Tiba tiba Vijan muncul dari atas yang membuat Valiant terkejut. "Sialan! Kenapa kau tiba tiba muncul dari atas huh!"
"Maaf, karena aku terlambat. Bagaimana dengan Ziaz dan Sano?" ucap Vijan.
"Masih belum, sepertinya kita harus pergi mengecek mereka kesana." jawab Lawkei.
Mereka bertiga pun bergegas pergi ke titik besar yang ada di peta, yaitu tempat Ziaz dan Sano sekarang. Namun saat mereka sampai di titik tersebut, mereka bertiga kebingungan karena titik besar tersebut mengarah pada sebuah hotel yang sudah tua.
"Serius?" ucap Lawkei sambil melihat ke arah hotel tersebut.
Mereka bertiga pun berjalan mengendap-endap dan masuk ke dalam hotel tua tersebut.
"Disini terlalu banyak ruangan, bagaimana cara kita mencari mereka berdua?" tanya Valiant.
Lawkei pun melihat lantai hotel tersebut yang dipenuhi oleh jejak kaki karena lantai tersebut sangat kotor. "Sepertinya ini bisa membantu kita," ucap Lawkei.
Mereka bertiga mengikuti jejak kaki tersebut hingga masuk ke sebuah ruangan. Mereka pun terkejut ketika melihat sebuah pintu kecil yang berada di lantai ruangan tersebut dalam keadaan di kunci.
"Apa mereka berdua masuk kesini?" ucap Vijan.
"Aku rasa begitu," saut Valiant.
Lawkei membuka pintu kecil tersebut secara perlahan. Mereka bertiga pun melihat ruangan bawah tanah yang sangat gelap dan kotor.
"Vijan, gunakan api mu." ucap Lawkei.
"Baik," jawab Vijan.
Vijan mengeluarkan api dari tangan kanannya untuk menjadikan api tersebut sebagai pencahayaan. Setelah memikirkan matang matang, Lawkei dan Vijan memutuskan untuk turun ke bawah sedangkan Valiant akan berjaga di pintu keluar.
"Jika aku bersiul, maka kau harus segera masuk untuk membantu kami." ucap Lawkei.
"Di mengerti," jawab Valiant.
Lawkei dan Valiant pun mulai berjalan turun ke bawah. Namun saat mereka sudah sampai di bawah, mereka terkejut ketika melihat sebuah cahaya yang sedang menuju ke arah mereka berdua.
"Apa itu?" ucap Vijan sambil menyipitkan matanya.
Cahaya tersebut pun semakin mendekat ke arah mereka berdua. Tiba tiba Ziaz dan Sano berteriak untuk menyuruh mereka segera keluar dari sini.
"Hey! Lari! Lari dari sini!" teriak Sano.
Lawkei dan Vijan pun melihat Ziaz dan Sano yang sedang berlari ke arah mereka berdua sambil di kejar oleh para tengkorak yang membawa senjata.
"Oh! Shit!" ujar Lawkei.
Lawkei dan Vijan pun bergegas berlari menaiki tangga. Valiant pun kebingungan ketika melihat Lawkei dan Vijan yang sangat cepat kembali dari bawah.
"Ada apa? Apa kalian menemukan mereka?" tanya Valiant.
Tiba tiba Ziaz dan Sano keluar dari dalam lorong bawah tanah tersebut dan langsung mengunci pintu tersebut dengan cepat.
"Itu tadi hampir saja," ucap Sano yang tergeletak tidak berdaya.
Ziaz mengambil beberapa kayu dan mulai mempaku kayu kayu tersebut ke pintu lorong bawah tanah itu agar para tengkorak itu tidak keluar dari dalam sana.
"Apa yang sedang terjadi?" tanya Valiant yang kebingungan.
( END CHAPTER 24 )