Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Mari bercerai
Aron tak pernah menyangka jikalau jawaban menantunya akan seperti itu. Padahal ia sudah membayangkan Najira akan setuju dan menyebutkan nominalnya, lantas apa yang membuat Najira menyelingkuhi Bara sebenarnya jika bukan karena harta?
"Lalu sebenarnya apa yang membuatmu bercerai?" tanya Aron, nadanya sudah tak setinggi tadi. Namun, tetap saja Najira takut.
"Entah, bagaimana jika Papa lebih menemukan ketenangan dengan orang lain dibanding dengan Mama?"
"Itu tidak akan mungkin, Najira. Apa maksudmu?"
Najira tersenyum.
"Tentu tidak mungkin, karena hubungan kalian berlandaskan rasa cinta. Sementara aku? kita adalah dua orang asing yang terpaksa bersama. Seiring berjalannya waktu, cinta memang bisa saja tumbuh tapi juga tidak menutup kemungkinan cinta lain menelusup masuk, jika Bara tidak menumbuhkan rasa cintanya untukku." ucap Najira.
Mungkin, ia sudah gila berbicara panjang lebar kepada Aron, mertuanya. Namun, keputusannya sudah separuh bulat dan entah kenapa Najira justru merasa lega, sangat lega.
"Tapi itu bukan alasan tepat kamu selingkuh, Najira." tekan Aron.
"Mohon ampun, Pa. Najira mengaku salah! Tapi, apa Papa yakin Bara tidak pernah selingkuh dengan wanita lain?" tanya Najira.
"Bara bukan orang yang seperti itu."
Najira tersenyum getir, ini semua memang salahnya. Akan tetapi, apa dia tidak berhak sedikitpun bahagia?
"Oke, Pa. Suamiku memang hebat, tapi aku sendiri tak yakin dia bukan orang seperti itu..." Najira menjeda ucapannya, lalu mencengkram tas kecil yang sedari tadi berada di pangkuannya. Bahkan jika Aron tak bisa memberinya pekerjaan, mungkin dia akan memilih pergi dari Jakarta.
"Apa Najira boleh membawa fotonya, Pa? Papa tidak perlu mengumbar aib Najira ke siapapun, termasuk Mama. Dan soal Bara, Najira akan pergi ke pulau seribu langsung untuk meminta cerai."
Deg!
Aron terkejut, bagaimana Najira tau Bara dimana?
"Kamu tahu Bara dimana?" Aron mengusap wajahnya kasar, kenapa malah dia dan Bara yang diserang balik Najira? Padahal ia ingin melihat keburukan Najira dari dengan dia menawarinya uang.
"Bukankah Bara sedang berlibur ke pulau seribu dengan seorang wanita?" tanya Najira, ia baru sadar jika sedari tadi sudah tak menyematkan panggilan Mas.
"Ya, pergilah kesana. Lebih cepat lebih baik, dan bawalah semua foto itu!" ujar Aron.
"Masalah pekerjaan kamu tidak perlu khawatir, Papa akan memberimu pekerjaan setelah perceraian kalian beres." sambung Aron, Najira mengangguk.
"Baik, Pa. Terima kasih." Najira pamit, ia melangkah keluar dengan perasaan yang entah. Sedih mungkin, tapi siapa yang tau di dadanya kini penuh dengan kelegaan.
"Gimana hasilnya?" tanya Revan yang menyambut Najira begitu keluar dari area Alnav Group.
"Kita bicarakan di mobil, Mas." Najira meraih tangan Revan.
Revan lantas membimbing Najira masuk ke dalam mobil. Mobil honda jazz milik Revan memang tak sebaik kepunyaan Bara, akan tetapi Najira merasa nyaman disana.
Hiks...
Najira menumpahkan air mata, dan hal itu membuatnya bingung.
"Minum dulu, tenangin diri dulu baru bicara pelan-pelan, cerita sama aku Honey." Revan menyodorkan air mineral yang sudah dibuka olehnya. Perlakukan sekecil itu yang membuat Najira selalu merasa dicintai. Sementara Bara? ia jarang melakukan hal-hal sederhana untuk Najira yang memicu datangnya rasa cinta. Terlebih tuntutan keluar kota membuat Najira merasa selalu sepi karena kurangnya waktu Bara untuknya. Hal sekecil itu yang Najira inginkan, sesederhana itu.
Najira menghambur ke dalam pelukan Revan, ia menumpahkan tangisnya disana. Dan yang hanya bisa Revan lakukan adalah berulang kali mengusap punggung Najira, menenangkannya dengan lembut.
"Mas, kita ke pulau seribu sekarang bisa?" tanya Najira. Revan mengangguk, kebetulan ia memang sedang meminta cuti untuk mencari Rea selama beberapa hari dan kini, apakah Revan siap untuk kenyataan terburuk?
Bara, Rea dan pulau seribu. Laki-laki di kamar sebelah Rea bernama Bara. Mengaitkan satu persatu membuat kepalanya terasa ingin pecah, tapi ia harus tetap tenang dan waras bukan?
"Kamu tau tempat dimana Bara berada?" tanya Revan, ia sedang menebak jika Najira cemburu saat Bara pergi ke pulau seribu dengan wanita lain. Dan ia harus siap melakukan perlindungan kepada adiknya, jika benar yang Bara yang pergi bersama Rea itu adalah Bara suami Najira.
"Aku tau kok, Mas. Kita kesana sekarang ya?" ajak Najira yang sudah sedikit lebih tenang dan kini tersenyum menatapnya.
"Hya, kita kesana sekarang." Revan melajukan mobilnya cepat.
Sepanjang jalan, melihat Najira terdiam membuatnya sedih. Namun, Revan tak bisa berbuat banyak karena ia sadar diri siapa. Dibandingkan dengan keluarga Bara, ia hanyalah butiran debu yang sampai kapanpun menjadi bayangan semu di hidup Najira.
Mereka sudah sampai di dermaga hampir sore, artinya kemungkinan besar dia dan Najira akan menginap. Lantas apa itu mungkin jika sudah bertemu dengan Bara? apakah ia siap kembali sakit?
"Rea, kayaknya kita nggak jadi seminggu disini." ungkap Bara saat melihat Rea tengah melepas lelah setelah berkeliling lautan dan melihat pulau-pulau dengan speed boat.
"Tidak masalah, Mas. Lain kali kita bisa melakukannya, bukan?"
Bara mendekat, entah kenapa ada yang mengganjal di hati saat mendengar penuturan Rea. Ragu? mungkin tidak. Hanya saja, apakah semua itu karena urusannya dengan Najira belum selesai?
"Mas kok bengong?" tanya Rea.
"Eh, enggak. Nanti jalan-jalan lagi yuk, sebelum besok kembali. Senja di pantai pasti bagus banget, pengen nyetak kenangan sebanyak-banyaknya sama kamu."
"Mas, ngomongnya kaya kita mau perpisahan aja."
"Bukan perpisahan, tapi mungkin ini akan menjadi awal. Rea, apa kamu mau menungguku?" tanya Bara sekali lagi dan kali ini ia benar-benar butuh jawaban Rea.
Rea terpaku, ini ketiga kalinya Bara mengucap kata itu dan dia masih belum menjawab apapun.
"Iya, aku mau Mas."
"Boleh aku meluk kamu, gak tau kenapa aku pengen meluk kamu."
Lagi-lagi Rea mengangguk, dan Bara langsung memeluk Rea erat, sangat erat. Hatinya selalu risau. Dikhianati Najira membuat Bara ketakutan, bagaimana jika ia kehilangan Rea yang akhir-akhir ini sudah mengusik hatinya dan hampir tinggal disana?
Bara akhirnya mengajak Rea ke pantai, dimana matahari mulai merangkak turun dengan rona kemerahan tercetak indah.
"Larilah, Rea aku akan mengejarmu."
"Ayo kejar kalau begitu, Mas." tantang Rea sambil menjulurkan lidahnya. Bara menggelengkan kepala melihat tingkah Rea.
Namun, tubuhnya tergerak mengejar gadis itu.
Rea memekik kala Bara memeluknya dari belakang.
"Kena kamu gak bisa lari lagi," ucap Bara setelah berhasil menangkap Rea.
Rea terkekeh, "kan Mas yang nyuruh aku lari."
"Kamu lari kemana pun aku akan mengejarmu, Rea." bisik Bara, yang terkesan ambigu di telinga Rea.
"Rea..." Revan mematung begitu turun dari kapal, ia melihat adiknya dan hya itu adiknya.
"Mas Bara..." Kini giliran Najira yang bersuara, mendadak keheningan menyeruak. Revan dan Najira sama-sama terdiam begitu lama. Hingga akhirnya Revan memberanikan diri menatap Najira.
"Kita bisa menyelesaikannya baik-baik kan. Please, Rea pasti nggak tau kalau yang lagi sama dia itu suami kamu." bujuk Revan.
Najira malah tersenyum.
Rea memang beruntung, ia bahkan tak pernah diperlakukan semesra itu oleh Bara. Hubungan mereka sebatas kebutuhan biologis suami istri yang sangat kaku dan hal itulah yang lama-lama membuat Najira menuntut cinta yang lain.
"Kita samperin mereka Mas, kita udah capek cari Rea kemana-mana dan syukurlah sekarang sudah ketemu."
"Mas..."
"Rea..."
Panggil Revan dan Najira bersamaan, keduanya menoleh dan langsung terkejut.
"Mas Revan." Rea langsung menghambur ke pelukan Revan dengan senang. Lain halnya dengan Bara yang terkejut lalu menatap Najira penuh tanda tanya.
"Bisa kita bicara?" tanya Najira dengan tatapan lurus dan datar.
Bara mengangguk, Rea yang tak tau apapun mendadak merasa dingin karena oase yang berubah seketika, ada apa ini? pikirnya.
Kini mereka berempat sudah duduk di salah satu resto yang ada di pulau tempat Bara berlibur. Revan berulang kali memijat pelipisnya, Rea yang tak tau apapun sementara Bara menerka-nerka. Sedang Najira terlihat sangat santai menghadapi ini semua.
"Mas Bara, berapa lama kamu butuh waktu untuk jatuh cinta denganku?" tanya Najira.
Dari situ, Rea mulai paham jika wanita yang datang dengan kakaknya adalah istri dari Mas Bara. Hya, dia istrinya. Wajahnya sangat mirip dengan wanita yang ada di foto pernikahan Mas Bara.
Bara menggeleng, ia tak tahu harus menjawab berapa lama karena pada kenyataannya hatinya tak lagi tertuju ke arah Najira.
"Berapa lama kamu butuh waktu untuk jatuh cinta dengan Rea?" tanya Najira, kali ini Bara tertegun. Apakah ia beneran sudah jatuh cinta dengan Rea?
"Entah." singkat Bara.
"Rea, kamu bisa jelaskan sesuatu agar tidak jadi salah paham? dua hari aku mencarimu seperti orang gila, ponselmu sama sekali tak bisa dihubungi dan sekarang, kamu disini sama suami orang? Apa dia yang melarang itu semua dan menjadikanmu alat untuk membalasku?" tanya Revan.
"Aku tidak tahu apa yang Mas Revan maksud, ponselku jatuh dan rusak. Kami kesini karena mendapat tiket gratis dari bossnya Mas Bara." terang Rea.
Bara mengusap wajahnya kasar.
"Stop!" pekik Najira.
"Mas Bara, mari kita bercerai."
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..