Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Sepanjang perjalanan, Erlan hanya diam sembari memikirkan perkataan pemuda yang membuat wajahnya babak belur.
‘Jangan hanya memandang berlian saja, karena ada belati yang harus diperhatikan juga, sebelum belati itu menusuk mu, Tuan' ucap X sebelum meninggalkan Erlan.
“Aku penasaran, apa dia benar-benar ketua mereka? terlihat masih muda dan cara berjalannya sangat mirip dengan... " Edgar menggantung kalimatnya, menoleh kepada dua sahabat nya.
Hening dan Erlan langsung menggeleng. “Hanya kebetulan mirip." Ucapnya
“Ck, bagaimana kalau itu benar-benar Arsen dan cuma dia satu-satunya di keluarga kita yang memiliki bola mata dengan warna berbeda." Timpal Raymond. Iya hanya Arsen keturunan dari Smith yang memiliki bola mata dengan warna berbeda dan langka.
Erlan tetap menggelengkan kepala nya. “Tidak mungkin, kalian tau sendiri kalau aku tidak pernah mengizinkan kedua putraku berlatih ataupun mengikuti jejakku." Jawabnya.
“Gak ada yang gak mungkin Er, jangan pernah lupa jika Arsen ada dibawah naungan Oma Celine dan selama ini baik kamu maupun Maureen terus mengabaikannya." Edgar kembali mengingatkan.
“Ingat Er, jangan terus menghakimi Arsen, kematian putrimu bukan sepenuhnya salah Arsen, kita gak pernah tau kejadian yang sebenernya, jangan menciptakan kebencian pada diri anak itu. Yang akan membuatmu menyesal." Lanjut Edgar, mereka tidak ada yang tau bagaimana kejadian yang sebenarnya.
Bayi mungil berjenis kelamin perempuan yang baru berusia satu minggu harus meregang nyawa dengan cara mengenaskan, entah apa yang terjadi, namun dia ruangan itu hanya ada Arsen kecil dengan tangan yang berlumuran cairan merah.
Arsen kecil hanya menangis sembari memangku tubuh mungil adiknya, tanpa bisa mengucapkan kata-kata untuk membela dirinya sendiri ketika semua keluarga menuduhnya. Hanya satu orang yang mempercayainya yaitu Celine. Tidak ada kecurigaan yang mengarah kepada orang lain semua bukti mengarah pada Arsen kecil.
Celine terus membela Arsen dan tidak membiarkan siapapun menyakiti anak itu, menentang semua keluarganya, bahkan sampai detik ini, Celine tidak pernah berkumpul ataupun datang ke Mansion Erlan. jika ingin bertemu dengan Arsen, akan menemuinya di luar.
Sejak kejadian itu, tidak ada lagi yang memperhatikan Arsen dan lebih fokus pada Arion. mereka tidak pernah lagi membawa Arsen ke acara resmi, seperti pertemuan dengan para pengusaha dan acara-acara lainnya. Tidak ada pelukan hangat yang anak itu rasakan, tidak ada tatapan teduh mengarah padanya.
“Kamu sendiri sudah pernah merasakan bagaimana rasanya di asingkan oleh keluargamu sendiri Er, kamu harus bersaing dengan Zero hanya untuk mendapatkan perhatian Mommy Vale." Timpal Raymond. Menepuk pundak sahabatnya.
Erlan tidak langsung menjawab dia diam untuk sejenak dan menghembuskan nafas berat. Apa yang dilakukan Arsen tidak bisa dia terima begitu saja, putri yang di tunggu-tunggu kehadirannya harus tiada dengan cara yang tragis, masih untung Erlan tidak menghukumnya.
“Aku dan Arsen beda cerita, mereka mengabaikan ku hanya untuk membentuk karakterku dan agar aku juga lebih kuat." Jawab Erlan. Jika dulu dirinya memang sengaja di asingkan untuk pelatihan, sementara Arsen di abaikan karena anak itu sudah membuat masalah fatal.
“Sudahlah jangan membahas anak itu lagi, membuatku teringat kembali dengan putriku dan aku semakin tidak bisa menerima kehadirannya." Lanjut Erlan, dia kembali terdiam dan membuang pandangan ke sembarang arah.
Erlan sebenarnya sangat menyayangi Arsen, hanya saja dia belum bisa menerima kejadian beberapa tahun lalu. hatinya juga merasa sakit ketika mengucapkan kalimat makian pada putra bungsunya.
‘Ada baiknya jika itu kamu, setidaknya kamu bisa melindungi dirimu sendiri, Nak' batin Erlan memejamkan matanya.
***
Brugh
Terdengar suara terjatuh dan teriakan dari lantai dua, Erlan yang mengenali suara itu langsung berlari menghampiri nya.
Pintu terbuka, Erlan masuk dan terdiam beberapa saat ketika melihat putra dan istrinya tersungkur di lantai kamar Arsen.
“Apa yang kamu lakukan!!" Helaan nafas berat dan tatapan mata yang tajam mengarah pada pemuda yang memiliki wajah begitu tampan.
Arsen menetralkan keterkejutannya. lalu melirik kakak dan ibunya yang masih diposisi yang sama.
“Reflek, mereka tiba-tiba saja masuk dan mendekatiku, jangan menyentuhku ketika aku sedang tertidur." Jawab Arsen.
Sudah bertahun-tahun, ini pertama kalinya Maureen dan Arion masuk ke kamarnya lagi. tentu saja itu membuatnya reflek mendorong keduanya. dia pikir itu adalah musuhnya, meskipun mustahil.
Maureen mengalihkan pandangannya pada Erlan, entah apa yang membuatnya bisa masuk ke kamar putra bungsunya. sementara Arion dia hanya mengikuti ibunya saja.
“Keluarlah, aku ingin tidur." Usir Arsen ketika melihat ayahnya membuka mulut hendak mengatakan sesuatu.
Erlan memperhatikan Arsen yang berjalan kembali kearah ranjang, benar yang Edgar katakan sangat mirip dengan pemuda yang di atas ring tadi.
**
Pagi ini sangat berbeda, Erlan meminta semua anggota keluarganya sarapan bersama, termasuk Arsen. suasana seperti ini sangat pemuda itu nantikan, meskipun tidak ada yang melihat kearahnya, setidaknya dia bisa menikmati makanan di meja yang sama.
Dia tidak kekurangan apapun, kemewahan, uang dan kekuasaan dia memilikinya, jika dibandingkan dengan Arion, sangat jauh, Arsen jauh lebih unggul. Dia berdiri sendiri dan hanya mendapatkan dukungan dari Oma nya.
Keheningan masih melanda, mereka diam dan fokus pada makanannya, sampai akhirnya..
“Arsen, kamu mau ini?" Tanya Bianca.
Arsen mengangkat pandangannya kearah gadis cantik itu. Dia menggelengkan kepalanya, dia tidak menginginkan apapun, Arsen hanya ingin waktu jangan cepat berlalu, dia masih ingin duduk bersama seperti ini.
“Arsen, ini untukmu, kamu bisa menggunakannya untuk liburan, terserah negara mana yang ingin kamu datangi dan berapa lama kamu ingin berlibur." Maureen menyodorkan black card kearah Arsen.
Pemuda itu melirik sekilas lalu kembali melihat Ibunya. tatapan keduanya beradu, menyelami satu sama lain. Arsen tidak menangkap apapun dari pancaran mata itu, sementara Maureen bisa melihat kesakitan dari mata putranya.
Dugaan Arsen memang tidak pernah salah, mereka ingin dia tidak ada di acara yang akan digelar satu minggu lagi, acara untuk pertunangan Arion dan Grize.
“Arsen.. "
“Terimakasih Mom." Selanya, pura-pura bodoh adalah caranya untuk mengetahui segalanya. lalu meninggalkan meja makan, mereka hanya menatap punggung lebar itu yang semakin menjauh.
“Mom, kenapa tidak membiarkan Arsen tinggal, mau bagaimanapun dia juga adikku" Ujar Arion.
“Jangan bodoh Arion, kita semua tau kalau Arsen sangat obsesi ke Grize, dia bisa mengacaukan acara kalian!" Sahut Bianca dengan wajah yang begitu menggemaskan.
Arion menghela nafas pelan. “Arsen tidak akan melakukannya, dan Mom ini sudah benar-benar sangat keterlaluan, aku sama saja merampas miliknya."
“Kamu tidak merampas, Arsen tidak memiliki hubungan apapun dengan Grize, dan kita semua juga tau, kalau kalian saling mencintai, Mommy hanya ingin kamu segera menikah." jawab Maureen.
***
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.