Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.
Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.
Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.
Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.
Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Aku di Sini
“Leti..”
Letisha terjaga dari lamunannya ketika mendengar suara Dion tepat di belakangnya. Perlahan wanita itu membalikkan tubuhnya. Karena asik melamun, dia sampai tidak sadar kalau Dion memasuki kamarnya.
“Kapan Mas masuk?” tanya Letisha terkejut.
“Baru saja. Tadi aku mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Maaf kalau aku langsung masuk. Aku hanya ingin melihat keadaan mu. Kamu baik-baik saja?”
“Aku baik.”
“Apa kamu sudah minum obat? Atau mau kupanggilkan dokter?”
“Tidak usah, Mas. Setelah beristirahat sebentar, aku sudah baikan.”
Sejenak Dion memperhatikan wanita di depannya. Secara fisik, wanita itu memang terlihat baik-baik saja. Dion menduga apa yang terjadi pada Letisha karena pembicaraannya dengan Resnu.
“Boleh aku tanya sesuatu?”
“Soal apa?”
“Apa kamu mengenal Resnu?”
Untuk sesaat Letisha hanya terdiam. Sebenarnya Dion sudah mengetahui perihal masa lalu Letisha dan Resnu dari Hilya. Tadi dia juga sempat menguping pembicaraan keduanya. Jika Letisha enggan menjawab tentang Resnu, Dion tidak akan memaksa. Tapi pria itu berharap istrinya itu mau jujur padanya.
“Resnu adalah mantan tunangan ku. Tiga tahun yang lalu kami bertunangan. Tapi dua bulan sebelum kami menikah, aku memutuskan pertunangan.”
“Kenapa kamu memutuskan pertunangan?”
“Karena dia sudah berselingkuh di belakang ku dengan sahabat ku sendiri. Bukan itu saja, niatnya mendekati ku dan ingin menikahi karena uang semata.”
“Kamu tidak menyindir ku bukan?”
Sebuah senyuman akhirnya terbit juga di wajah Letisha setelah mendengar guyonan Dion. Kepala wanita itu menggeleng pelan.
“Sejak awal pernikahan kita dirancang karena memang demi investasi. Setidaknya kamu jujur ketika menginginkan pernikahan ini. Tapi tidak dengan Resnu. Dia meyakinkan ku kalau mencintai ku dengan tulus. Tapi ternyata…”
Letisha tak melanjutkan ucapannya. Ketika mengingat hancurnya pertunangannya dengan Resnu tiga tahun lalu memang menorehkan luka yang cukup dalam. Wanita itu tidak hanya kehilangan cintanya, tapi juga kehilangan kepercayaan pada orang lain dan pada dirinya sendiri. Itulah yang membuatnya menutup diri selama tiga tahun. Sampai saat ini pun Letisha masih tetap berusaha menjaga hatinya untuk tidak jatuh cinta pada Dion. Tak mau mengulang kesalahan yang sama.
“Sekarang, apa boleh aku yang bertanya?”
“Silakan.”
“Apa Resnu juga bagian dari Blue Living?”
“Iya. Dia menjadi orang terakhir yang mendapatkan tempat di Blue Living. Kami memang memasang standar tertentu bagi pihak yang ingin bergabung di sana. Soal Papa mu yang menjegal usaha Resnu, apa benar?”
“Setelah apa yang dilakukan Resnu pada ku, Papa memang berencana menghancurkannya. Tapi aku mencegahnya. Apa yang terjadi pada Resnu, murni karena ketidakmampuannya, bukan karena Papa ku.”
“Tapi bisa saja Papa mu atau Kamal melakukannya di belakang mu.”
“Itu bisa saja, tapi sayangnya mereka tidak pernah melakukan sesuatu di belakang ku atau tanpa persetujuan ku. Menurut mu sendiri apa Resnu layak menjadi bagian Blue Living?”
“Sebenarnya masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, baik dari segi model atau bahan baku. Dan aku sendiri sudah mengatakan itu padanya. Sejujurnya aku tidak tega melihatnya yang terus memohon diberikan kesempatan untuk bergabung. Akhirnya aku menyetujui dengan beberapa catatan. Aku memberinya waktu tiga bulan untuk memperbaiki produksinya. Tapi kalau kamu tidak nyaman melihatnya berada di Blue Living, aku akan memutuskan kontrak setelah tiga bulan.”
“Tidak perlu. Aku tidak mau memotong rejeki orang lain. Aku mau kamu berlaku adil pada semua stake holder.”
“Kamu memang baik, Leti. Andai Resnu dan Astrid tahu kebaikan hati mu.”
“Kamu..”
“Maaf kalau aku lancang. Aku memang mencari tahu tentang Resnu dan Astrid dari Hilya. Kamu jangan salahkan Hilya, karena aku yang memaksa.”
Letisha langsung terdiam. Selama ini wanita itu selalu berusaha terlihat tegar dan kuat oleh Dion. Namun ternyata sekarang pria itu sudah mengetahui tentang masa lalu kelam yang ingin dilupakannya. Apalagi tadi Dion sempat melihatnya dalam keadaan yang buruk.
“Aku baik-baik saja. Aku tidak butuh dikasihani.”
“Aku tidak mengasihani mu, Leti. Sebagai suami, tentu saja aku ingin memberikan perlindungan pada istri ku. Apa salah kalau aku ingin mencari tahu apa yang menyebabkan mu seperti ini? Kalau aku tahu, setidaknya aku bisa mencegah peristiwa seperti ini terjadi lagi.”
“Mas tidak usah khawatir, aku baik-baik saja.”
“Berhenti mengatakan kamu baik-baik saja. Kalau kamu sakit, katakan sakit. Kalau kamu sedih, menangislah untuk membuat mu lega. Ada aku di sini.”
Tidak ada tanggapan dari Letisha. Wanita itu malah termangu mendengar ucapan suaminya. Melihat tidak ada reaksi dari Letisha, Dion berjalan mendekati Letisha. Kini jarak di antara mereka semakin terkikis. Tanpa diduga, pria itu segera menarik Letisha ke dalam pelukannya. Beberapa kali Letisha berusaha melepaskan diri, namun Dion tetap memeluknya dengan erat.
“Menangislah kalau kamu mau menangis. Dengan menangis tidak menjadikan mu wanita lemah.”
Ucapan Dion sukses membuat mata Letisha memanas. Pertahanannya seketika runtuh saat berada dalam pelukan Dion dan mendengar ucapannya. Perlahan buliran bening keluar dari kedua matanya. Dion mempererat pelukan di tubuh Letisha. Pria itu mengusap pelan punggung istrinya.
Letisha melepaskan semua beban yang menghimpit hatinya. Perasaan sakit yang dirasakannya tadi diluapkan dengan cucuran airmata. Wanita itu terus menangis dalam pelukan Dion. Tak peduli kalau airmatanya membuat kemeja yang dikenakan suaminya itu basah.
Cukup lama Letisha menangis dalam pelukan suaminya, sampai akhirnya tak terdengar isaknya lagi. Lelah menangis, Letisha sampai jatuh tertidur dalam pelukan Dion. Pelan-pelan Dion menjauhkan tubuhnya. Dilihatnya kedua mata Letisha sudah terpejam. Dia pun segera membopong Letisha lalu membaringkannya di kasur.
Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh Letisha sampai menutup dada. Dion mendudukkan diri di sisi ranjang sambil terus memperhatikan Letisha. Jarinya bergerak merapihkan anak rambut yang menghalangi kelopak mata sang istri. Entah dorongan dari mana, Dion menunduk lalu melabuhkan ciuman lembut di kening istrinya.
Pria itu beranjak dari tempatnya. Pelan-pelan ditutupnya pintu yang terhubung ke balkon. Dia mematikan lampu kamar, baru kemudian keluar dari sana. Sementara Letisha sudah lelap dalam tidurnya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Letisha masih enggan keluar dari kamarnya. Biasanya dia sudah keluar dan menyiapkan sarapan bersama dengan Sumi. Tapi untuk hari ini, wanita itu memilih berdiam diri di kamar. Dia terlalu malu untuk bertemu dengan Dion setelah kejadian semalam. Apalagi dia menangis sampai jatuh tertidur.
Wanita itu terjengit ketika mendengar ketukan di pintunya. Terdengar suara Sumi memanggilnya. Letisha segera menjawab. Wanita itu mengatakan akan keluar sebentar lagi. Setelah suara Sumi tidak terdengar lagi, Letisha segera menuju meja rias. Dia menutupi bengkak di matanya dengan bedak, baru kemudian keluar dari kamar. Dia terkejut saat melihat Dion sudah berada di depan pintu kamarnya.
“Mas.. sejak kapan di sini?”
“Sejak Bi Sumi memanggil mu. Aku sengaja memintanya untuk memanggil mu. Apa kamu tidak enak badan?”
“Tidak, aku baik-baik saja.”
“Baguslah kalau kamu baik-baik saja. Sekarang ikut aku,” Dion segera menarik tangan Letisha.
“Eh.. mau kemana, Mas?”
“Kita jalan-jalan pagi keliling komplek. Jalan-jalan pagi sambil menghirup udara segar, bagus untuk kesehatan jasmani dan mental. Ayo..”
“Sebentar, Mas. Aku ganti baju dulu.”
“Oke, jangan lama-lama.”
Letisha masih termangu di tempatnya ketika Dion meninggalkan lantai atas. Ini pertama kalinya pria itu mengajaknya jalan pagi. Biasanya mereka sudah seperti dua orang asing yang tinggal di bawah atap yang sana. Tapi sejak semalam, sikap Dion mulai berubah. Namun Letisha tidak mau berharap. Apa yang dilakukan Dion mungkin didorong perasaan iba. Letisha menutup pintu kamar dan mulai berganti pakaian.
Dengan langkah cepat Letisha menuruni anak tangga. Dia tidak mau membuat Dion menunggu terlalu lama. Sudah cukup lama juga dia tidak berolahraga jalan pagi. Kesempatan kali ini tentu saja tidak akan disia-siakan olehnya. Di teras, Dion sudah menunggunya. Keduanya segera keluar dari pekarangan rumah. Sumi yang melihat itu hanya menyunggingkan senyuman. Wanita itu berharap semoga ini menjadi awal hubungan baik untuk kedua majikannya.
Bukan hanya Sumi, tapi Susi juga ikut memperhatikan apa yang dilakukan pasangan itu. Setelah Dion dan Letisha tidak terlihat lagi, Susi segera menuju bagian belakang rumah. Tugasnya mencuci belum selesai. Ketika wanita itu tengah memasukkan pakaian ke dalam pengering, ponselnya berdering. Wanita itu menarik nafas panjang sebelum menjawab panggilan yang berasal dari Raras.
“Halo..”
“Kenapa lama sekali menjawabnya?!” hardik Raras.
“Maaf, Bu. Saya sedang mencuci. Ada apa, Bu?”
“Apa Pak Dion sudah bangun? Sedang apa dia?”
***
Kira² Susi jawab apa?
Untuk ke sekian kalinya cover buatan ku diganti entun🤣
Marahlah Raras kepada Susi yang merasa dia yang memperkerjakan Susi.
Ketika Raras bilang mau memecat Susi, Letisha sudah berdiri di belakang Susi dan berkata - kamu tidak berhak memecat pegawai di rumah ini.
Malu dong harusnya Raras dengan Letisha berkata begitu.