 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEJAK DI MATA
Jae Hyun membuka pintu kamar tamu dan berdiri di ambang, matanya tetap dingin, tak banyak bicara. Haeun melangkah masuk, menatap dinding-dinding yang remang diterangi lampu di sudut. Suara kecilnya pecah di kesunyian:
“Jae Hyun… kenapa pintu barat itu tidak boleh dibuka?”
Dia hanya menatapnya, tatapannya tajam namun sunyi. Suara Jae Hyun terdengar seperti angin malam yang menembus jendela:
“Beberapa hal… terlalu gelap untuk disentuh.”
Haeun menelan ludah, penasaran tapi takut. Sebelum ia sempat bertanya lagi, Jae Hyun sudah berbalik, melangkah ke arah kamarnya sendiri. Namun, langkahnya berhenti ketika tangan Eomma-nya menariknya dengan lembut namun tegas.
Eomma menatapnya dengan mata yang seakan menilai segala sesuatu, suaranya dingin tapi lirih:
“Kenapa kau membawa gadis itu ke sini? Tidakkah kau tahu, kehadirannya bisa membawa bahaya padamu?”
Jae Hyun tetap diam, wajahnya tak berubah. Hatinya jelas: ia akan menjaga Haeun, melawan bayangan yang mungkin mengintai di sekitarnya.
Eomma menatap Jae Hyun dengan mata yang seakan menembus jiwa, suaranya lirih namun tajam:
“Kau membawa gadis itu ke sini… apakah kau mengerti apa yang mengikuti langkahnya?”
Jae Hyun menundukkan kepala sebentar, tatapannya dingin, suaranya rendah namun tegas:
“Aku tahu, tapi aku tak bisa membiarkannya sendirian. Apa pun yang ada… aku akan menjaga dia.”
Eomma menarik napas panjang, tangannya mengusap udara seakan merasakan sesuatu yang tak kasat mata, dan berkata sambil menekankan tiap kata:
“Langkahnya… menarik sesuatu yang lama terpendam. Kau harus berhati-hati. Sekali ia tersentuh… semuanya akan berubah.”
Jae Hyun tetap diam, namun matanya berkilat, seperti api yang tersembunyi.
“Biarkan aku memutuskan apa yang harus dilakukan. Aku tidak akan menyerah pada bayangan itu.”
Eomma menghela napas, wajahnya seakan terselubung rahasia yang tak pernah terucap:
“Baiklah… tapi ingat, malam ini hanyalah awal dari apa yang menunggu. Jangan sampai kau terseret bersamanya.”
"Haeun terbangun di kamar tamu yang hangat oleh cahaya pagi lembut. Tubuhnya masih berat, kantuk tersisa, tapi ia tahu hari ini harus dimulai. Perlahan ia meraih ponselnya yang sudah terisi penuh semalam, dan… matanya membesar. Lima puluh panggilan tak terjawab dari Eomma.
Jantungnya berdegup kencang. Ia menekan tombol panggil balik, tapi suara sibuk terdengar berulang-ulang. Haeun menunduk, sedikit cemas, namun menahan diri untuk tidak panik. Ia tahu, Eomma pasti khawatir,tapi tak ada yang bisa ia lakukan saat ini.
Dengan hati yang masih berdebar, ia bangkit dari tempat tidur, menuju kamar mandi. Air hangat mengalir, membasuh sisa-sisa kantuk, menenangkan ketegangan yang masih tersisa. Uap menyelimuti tubuhnya, membungkusnya dalam kesendirian yang aneh tapi aman.
Setelah mandi, Haeun mengenakan seragam sekolah dengan hati-hati. Ia masih merasa sedikit gelisah, tapi ketenangan aneh datang ketika Jae Hyun muncul di ambang pintu. Tubuhnya tegap, sorot matanya tetap dingin, namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik tatapannya,sebuah perhatian yang sulit dijelaskan.
“Sudah siap?” suaranya singkat, misterius, tapi membawa rasa aman.
Haeun menoleh, tersenyum kecil. “Ya… hampir,” jawabnya lirih, menahan perasaan campur aduk di dadanya.
Di meja makan, Eomma Jae Hyun sudah menyiapkan sarapan dengan rapi. Senyumnya ramah, namun ada kedalaman yang sulit dipahami, seolah ia tahu lebih banyak dari Haeun tentang dunia yang belum sepenuhnya terlihat.
“Haeun-ah, makanlah dulu, agar tubuhmu kuat untuk hari ini,” kata Eomma, suaranya lembut tapi penuh makna yang tak bisa Haeun pahami sepenuhnya.
Jae Hyun duduk di samping Haeun, tetap diam, sesekali menatapnya dengan mata dingin tapi penuh perhitungan. Haeun hanya menunduk, mencicipi sarapan, mencoba menenangkan hatinya yang sedikit gelisah.
"Setelah sarapan, Jae Hyun berdiri, memberi isyarat agar Haeun bersiap. “Ayo, kita harus berangkat,” katanya singkat, misterius, tapi penuh tanggung jawab. Haeun mengikuti langkahnya, menyadari bahwa meski dunia di luar tampak biasa, kehadiran Jae Hyun selalu membawa hawa berbeda,tenang namun penuh rahasia.
"Haeun melangkah perlahan ke dalam bis, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Udara pagi terasa berat, dan aroma kabin bis yang hangat justru menambah rasa cemas di dadanya. Tanpa banyak bicara, ia mengambil tempat di samping Jae Hyun. Tubuhnya menempel pada kursi, namun tatapannya tak lepas dari sosok lelaki di sampingnya itu.
gelap yang membungkus kota sepi, misterius tapi menenangkan. Haeun merasa, walau sunyi, kehadirannya di samping Jae Hyun membuat dunia di sekeliling bis terasa lebih ringan,seolah tawa dan bisikan murid-murid yang lain hanyalah gema yang tak berpengaruh.
“Eh… mereka cocok banget, ya?” bisik seorang cewek di bangku belakang, diikuti tawa kecil yang menusuk telinga.
“Culun banget si cewek itu… dan dia? Aneh banget, hahahaha!” suara mereka pecah, mengisi ruang bis dengan nada sinis.
Haeun menelan ludah, pipinya memanas. Ia menoleh sebentar ke arah Jae Hyun, berharap menemukan jawaban di mata dinginnya. Tapi Jae Hyun tetap tenang, seolah tak terdengar satu pun kata-kata yang menusuk itu.
Haeun menarik napas pelan, mencoba menenangkan pikirannya. Dalam diam, ia berpikir, “Kenapa mereka terus bilang dia aneh…?” Gumam itu hanyalah untuk dirinya sendiri, tak terdengar oleh Jae Hyun.
Namun, di sampingnya, kehadiran Jae Hyun memberi rasa aman yang aneh. Sunyi mereka berbagi misteri yang tak bisa dijelaskan, seperti dua bayangan yang bergerak dalam kabut. Di tengah bisikan, tawa, dan dunia yang sibuk menilai, ada sesuatu yang menenangkan, gelap tapi damai,sebuah rahasia yang hanya Haeun dan Jae Hyun rasakan.
Haeun menatap tangan Jae Hyun yang diam di pangkuannya, jantungnya seolah menemukan irama baru. Di sanalah, di samping lelaki yang dingin dan misterius itu, ia merasakan ketenangan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya,sebuah awal dari cerita yang tak bisa dijelaskan, tapi harus dijalani.
"Embun pagi masih menempel di daun-daun ketika Haeun dan Jae Hyun menuruni tangga bis. Setiap langkah mereka bergema di jalan sepi, sementara bisik-bisik murid-murid memecah udara.
“Jae Hyun… ganteng, tapi aneh banget, ya?”
“Hahaha… duduk sama cewek itu, tapi… serem juga.”
Haeun menatap Jae Hyun dari samping, penasaran dan sedikit khawatir. Langkahnya terlalu terfokus pada sosoknya, hingga hampir tersandung di tepi trotoar. Tanpa aba-aba, tangan Jae Hyun menahan pinggangnya, tegas tapi dingin, membuat jantung Haeun berdetak lebih cepat.
“Makanya… mata ke depan, jangan lihat aku terus,” ucap Jae Hyun, suaranya datar, namun setiap kata terasa seperti bisikan angin malam yang penuh rahasia.
Haeun menunduk, pipinya memerah. Hangat aneh mengalir di dadanya, meski ketegasan Jae Hyun tetap menusuk seperti es. Sekejap, dunia di sekitar mereka menghilang—hanya ada Haeun, Jae Hyun, dan bayangan-bayangan pagi yang membungkus misteri kota kecil ini.
Ia menyadari, langkah mereka bukan sekadar berjalan ke sekolah. Setiap detik yang mereka lalui terasa berat, berlapis-lapis rasa ingin tahu, ketegangan, dan sesuatu yang tak bisa dijelaskan,seperti malam yang belum hilang, tapi dipaksakan muncul di matahari pagi.
Kelas pagi itu sunyi, hanya terdengar bunyi pena menari di atas kertas dan desah angin yang masuk dari jendela yang terbuka sedikit. Haeun menatap Jae Hyun dari samping, rasa penasaran menggelitik hatinya.
“Kenapa… kenapa mereka bilang kamu aneh, Jae Hyun?” gumam Haeun pelan, seakan takut suaranya terdengar.
Jae Hyun menoleh, matanya menatap lurus ke arahnya. Wajahnya tetap dingin, datar, sulit dibaca,seolah ada rahasia gelap yang tersimpan di balik sorot mata itu. Dia tidak menjawab, hanya menunggu, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka.
Haeun menelan ludah, merasa ada sesuatu yang berat, tak terlihat, namun nyata,seperti bayangan yang menempel pada Jae Hyun, membuat udara di sekitarnya menjadi lebih dingin. Dia ingin bertanya lebih banyak, namun kata-kata terasa tersumbat di tenggorokannya.
Di luar, bisik-bisik teman-temannya tetap terdengar, samar namun menusuk: “Dia… aneh… tapi… keren juga.”
Haeun menunduk, menyadari bahwa anehnya Jae Hyun bukan hanya karena penampilannya, tapi karena ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, sesuatu yang menakutkan namun menarik. Sebuah misteri yang seakan memanggilnya, membuat hatinya berdetak lebih cepat.
Dan Jae Hyun… tetap diam, menatapnya dengan sorot mata yang sulit dijabarkan,dingin, dalam, dan penuh rahasia.
"Di balik tatapannya yang dingin, aku merasakan bisikan yang bukan dari dunia ini, gelap, membingungkan, tapi entah kenapa membuatku ingin tetap dekat."
 
                     
                    