NovelToon NovelToon
Versi Terbaik Cintaku

Versi Terbaik Cintaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Ellena Anasya Dirgantara, putri tunggal keluarga Dirgantara. Tapi karena suatu tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa sang ayah, Ellen dan bundanya memutuskan untuk pindah kekampung sang nenek.
Setelah tiga tahun, dan Ellen lulus dari SMA. Ellen dan bundanya memutuskan untuk kembali ke kota. Dimana kehidupan mereka yang sebenarnya sebagai keluarga Dirgantara.
Dirgantara, adalah perusahaan besar yang memiliki banyak anak cabang yang tak kalah sukses nya dari perusahaan pusat.
Kini bunda Dian, orang tua satu-satunya yang dimiliki Ellen, kembali ke perusahaan. Mengambil kembali tongkat kepemimpinan sang suami. Selama tiga tahun ini perusahaan diurus oleh orang kepercayaan keluarga Dirgantara.
Ellen harus rela meninggalkan laki-laki yang selama tiga tahun tinggi didesa menjadi sahabat nya.

Apakah setelah kepindahannya kembali ke kota Ellen akan menemukan laki-laki lain yang mampu mencuri hatinya atau memang sahabat nya lah yang menjadi tambatan hati Ellen yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih Sahabat?

Pagi-pagi ketiga perempuan itu sudah bangun dan sekarang sedang sibuk di dapur. Mereka berniat masak untuk sarapan.

Menu yang mereka buat tak terlalu rumit. Nasi goreng adalah masakan yang cukup simpel karena di antara mereka tidak ada yang bisa memasak.

"Apa duluan nih yang mau dikerjain?." Tanya Laura. Diantara semua bahan-bahan yang sudah mereka kumpulkan dari internet hanya beberapa yang familiar bagi nya.

"Katanya yang pertama tumis bawang sama cabe yang sudah dihalus kan terus masukkan nasi." Ucap Zelin, yang bertugas melihat tutorial dari salah satu vidio dari YouTube.

"Berarti cabe sama bawangnya di blender dulu dong." Ucap Ellen.

"Ya iyalah. Nggak mungkin kan bulet-bulet gitu lo masukin dalam kualinya." Ucap Zelin.

"Nah blender." Laura memberikan sebuah blender yang dia temukan didalam lemari dapur.

Setelah bumbu dihaluskan lalu mereka tumis sesuai instruksi dari vidio tutorial memasak nasi goreng yang mereka tonton.

"Nasi nya Lau." Ucap Ellen meminta masi. Menurut filling nya sih bumbu itu sudah masak, jadi selanjutnya nasi kan?

Ellen bagian mengaduk-aduk, Laura bagian perbumbuan, dan Zelin bagian melihat vidio tutorial nya. Pembagian kerja yang bagus bukan.

"Waaah, wangi banget. Masak apa nih para calon ibu?." Naren ikut nimbrung didapur. Baru bangun tidur, langsung disuguhi pemandangan para cewek itu masak. Dari wangi yang Naren cium sih aroma nya wangi dan menggugah selera.

"Nasi goreng." Jawab Zelin.

"Lo nggak ikut masak? Malah asik main hp sendiri." Tanya Naren.

"Ini lagi bantuin."

"Bantu apaan? Gue lihat cuma Ellen sama Laura doang yang kerja."

"Nggak lo lihat nih gue lagi apa. Tanpa instruksi dari gue tuh nasi goreng nggak akan jadi." Zelin menunjukkan vidio tutorial yang dia lihat kepada Naren.

"Kalau gitu doang mah gue bisa kali."

"Mending lo diem deh. Atau mau nggak gue kasih sarapan." Ancam Zelin.

"Tega banget lo sama calon pacar sendiri."

"Apa? Apa lo bilang?."

"Calon pacar." Naren mengulang kalimat nya.

"Idih, amit-amit amit-amit. Siapa juga yang mau jadi pacar lo."

"Ooh, jadi lo nggak mau jadi pacar gue. Jadi istri aja gimana?."

"Jadi pacar aja gue nggak mau, apalagi jadi istri lo. Ogah banget."

"Kalian berdua kalau mau berantem jangan disini deh, mending cari tempat lain." Ucap Laura, pusing sendiri mendengar perdebatan dua manusia itu.

"Ayo Zel." Ajak Naren.

"Kemana?." Tanya Zelin.

"Cari tempat lain lah. Nggak denger yang dibilang Laura barusan."

"Laura ngusir lo bukan gue. Lo aja yang pergi sana."

"Gue maunya pergi sama lo gimana dong."

"Big No." Tolak Zelin.

Akhirnya Laura dan Ellen masak sambil mendengar perdebatan tak jelas dari dua orang itu.

*

Nasi goreng sudah selesai dimasak. Meja makan juga sudah selesai ditata. Tinggal menunggu Arga dan Arvan yang belum keluar kamar. Kalau Naren mah sudah duduk rapi dimeja makan.

"Panggil teman lo sana." Ucap Zelin kepada Naren.

"Capek."

"Gitu aja capek lo."

"Zelin ku sayang. Menaiki satu persatu anak tangga itu membutuhkan tenaga yang ekstra, sedangkan gue belum isi amunisi pagi. Ya pasti makin lemas lah gue."

"Lau lo panggil gih mereka. Pusing gue dengerin mereka berantem mulu." Ucap Ellen.

"Itu juga yang gue rasain waktu lo ribut sama kak Arvan. Kalian berempat sama aja." Ucap Laura, sebelum naik ke lantai dua untuk memanggil Arga.

Laura hanya memanggil Arga dan setelahnya turun ke bawah. Dia meminta Arga yang memanggil Arvan untuk sarapan bersama.

Setelah semua kumpul barulah mereka mulai sarapan nya.

"Mau kemana nih kita hari ini?." Tanya Arga ditengah-tengah mereka menikmati sarapan pagi itu.

"Gue ngikut aja. Kan yang tau daerah sini Ellen." Ucap Laura.

"Ke air terjun mau nggak?." Tanya Ellen. Di desa itu memang ada air terjun yang cukup indah.

"Jauh?." Tanya Zelin.

"Lumayan lah, sekitar kurang lebih setengah jam jalan kaki."

"Emang nggak bisa pake mobil atau motor?." Tanya Naren.

"Nggak ada kak. Jalan kesana cuma jalan setapak, nanti kita juga melewati persawahan. Walaupun jauh, gue jamin capek nya nggak bakal terasa. Karena pemandangan nya bagus banget." Ucap Ellen.

"Gimana guys?." Tanya Laura menanyakan pendapat yang lain.

"Gue ikut." Ucap Zelin.

"Zelin ikut, gue juga gas." Ucap Naren.

"Tujuan kita kesini jalan-jalan kan, ya udah gas lah, tunggu apa lagi." Ucap Arga ikut setuju."

"Oke. Kalau lo gimana kak?." Tanya Ellen kepada Arvan.

"Gue ngikut suara terbanyak." Jawab Arvan singkat."

*

Mereka menunggu agak siangan pergi ke air terjun nya, menunggu cuaca terang.

Jadi sebelum nanti pergi ke air terjun, Ellen memutuskan untuk jalan-jalan keliling kampung sendiri. Sekalian menyapa beberapa warga. Masa datang nggak bertegur sapa sama tetangga.

Saat jalan-jalan itu, kembali Ellen melihat pemandangan yang membuat dadanya sesak. Dia melihat Zean sedang jalan berdua dengan pacarnya.

Ellen tak menghiraukan, dia berjalan melewati mereka begitu saja.

"Ellen, mau kemana?." Sapa Embun pacar nya Zean. Niatnya nggak mau menyapa, eh malah disapa.

"Jalan-jalan." Jawab Ellen singkat.

"Kita juga mau jalan-jalan, mau barengan aja nggak?." Tanya Embun.

"Sok akrab banget sih jadi orang. Sok cantik lo, cantikan juga gue kemana-mana." Batin Ellen.

"Nggak. Gue bisa sendiri kok. Takut ganggu juga kalau gue ikut kalian." Ucap Ellen.

"Nggak ganggu kok. Kamu kan teman nya Zean. Sesekali loh kamu datang kesini, masa nggak ngobrol banyak."

"Nggak usah. Lagian gue juga sibuk."

"Embun, kalau Ellen nya nggak mau jangan dipaksa." Ucap Zean.

"Tuh dengerin kata pacar lo. Jangan maksa." Ucap Ellen, menekankan pada kata pacar.

"Udah ah gue mau lanjut jalan-jalan lagi, gue banyak agenda hari ini." Ucap Ellen, lalu pergi dari sana.

"Sombong banget." Gerutu Embun.

"Embun, tunggu bentar ya. Aku mau ngomong sesuatu sama Ellen." Ucap Zean, lalu mengejar Ellen.

"Jangan lama-lama loh. Ini aku kasih izin karena dia sahabat lama kamu."

"Iya, cuma sepuluh menit kok." Ucap Zean, lalu mengejar langkah Ellen.

"Ellen, tunggu."

"Apa sih Ze?." Ellen balik badan begitu Zean mengejar nya.

"Kamu kenapa gitu?." Tanya Zean.

"Kenapa apanya? Aku kan emang gini."

"Kamu berubah Len."

"Yang berubah aku atau kamu? Kamu lupa yang aku bilang kemaren. Kayaknya enggak deh. Jadi sekali lagi maaf ya. Sana balik ke pacar kamu, udah cemberut tuh nungguin kamu."

"Tapi aku masih jadi sahabat kamu kan?."

"Maaf Ze, aku nggak bisa jawab sekarang. Aku mau pulihin dulu hati aku. Aku mau hilangin dulu perasaan aku."

"Maafin aku Len."

"Kamu nggak salah. Aku yang salah, salah menaruh hati sama kamu." Setelah mengucapkan itu Ellen segera pergi. Dia tak mau kembali meneteskan air mata hanya karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!