Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhenti Bekerja
Louna dan Edgar sudah bersiap untuk berangkat bekerja. Louna masih menunggu Edgar menghabiskan kopinya. Ia bermain dengan Cheri yang sudah bisa mengeluarkan suaranya sedikit demi sedikit.
"Cepatlah besar, Cheri. Nanti Mommy akan mengajakmu ke salon bersama". Edgar yang mendengar celetukan Louna ikut tertawa. Sudah secinta itukah Louna pada Cheri.
Mungkin saja. Karena ia pun juga merasa begitu. Ia sangat menyayangi Cheri. Baginya, Cheri adalah anugerah yang bisa membawanya bersatu dengan cintanya. Yaitu Louna.
Usia Cheri diperkirakan sudah masuk enam bulan. Ia sudah bisa duduk sambil bersandar. Ia juga sudah bisa memindahkan benda kecil dari satu tangannya ke tangan yang lain. Terkadang juga terdengar ocehannya memanggil di di di.
Louna merasa cemburu. Sebab seringkali ia mengajari Cheri memanggilnya Mommy. Tapi justru Edgar duluan yang dipanggil.
"Mommy dan Daddy pergi dulu, ya Cheri". Keduanya mencium Cheri dengan sayang setelah itu menyerahkannya pada pelayan.
Cheri memandang kepergian orang tuanya dengan wajah datar. Seakan ia tidak suka jika sering ditinggal.
"Ed, aku sudah membuat keputusan. Aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku nanti". Kata Louna saat mereka berdua berada di dalam mobil.
"Kau sudah tidak mau bekerja ?" Tanya Edgar tidak terkejut. Sebab beberapa hari ini Louna sudah sering membicarakan nya. Ia bingung ingin lanjut kerja atau dirumah saja.
"Kau keberatan jika aku tidak bekerja ?" Tanya Louna menyipitkan matanya. Ia sudah siap menyerang Edgar dengan kata-kata pedasnya.
"Bukan begitu. Aku tau jika kau sangat bercita-cita menjadi wanita karir. Memiliki pergaulan yang luas dan bertemu dengan orang baru setiap harinya. Dan kau sudah mendapatkan itu sekarang. Apalagi Bos mu juga baik. Aku yakin kau tidak mudah mendapatkan posisi ini kan ?" Edgar berusaha membuka mata Louna agar tidak bingung.
"Iya itu dulu. Sebelum aku tau jika akan mendapatkan suami kaya raya. Kalau sekarang suamiku sudah kaya untuk apa aku bekerja lagi". Jawab Louna dengan menahan tawanya.
"Kurasa itu baru alasan yang masuk akal. Aku juga kesulitan menghabiskan kekayaan ku. Tidak ada salahnya kau dan Cheri membantunya". Balas Edgar. Keduanya lalu tertawa bersama.
"Ed, entah kenapa setiap harinya aku memiliki ketakutan ada yang merebut Cheri dari kita". Kata Louna mulai sedih.
"Itu hanya perasaanmu. Kau terlalu sayang padanya hingga memunculkan rasa ingin memiliki seorang diri. Dan rasa takut itu, bersumber dari perasaan tidak mau kehilangan. Jangan pikirkan apapun. Cheri adalah milik kita". Edgar mengelus rambut Louna.
"Yah, semoga saja".
Sepanjang perjalanan mereka mengobrol ringan. Louna benar-benar sudah membulatkan tekadnya untuk berhenti bekerja. Ia juga sudah bercerita pada Mommy nya dan Mommy nya juga setuju.
Daddy Louna juga menerima dan menyayangi Cheri. Ia sering membawa Cheri ke restoran sekedar di pamerkan pada karyawan nya.
Seperti hari ini. Daddy nya sudah izin pada Edgar dan Louna akan membawa Cheri ke restoran lagi. Tentu saja keduanya memberikan izin.
"Hati-hati dijalan". Pesan Louna saat ia akan turun.
Di depan lobi ada Max yang menunggu kedatangan Louna.. Wajahnya berseri-seri seakan baru mendapatkan kebahagiaan.
"Louna, aku menunggumu sejak tadi". Max memeluk Louna dengan sebelah tangannya.
"Kau mau mati ya berani sekali memeluk istriku ?" Teriak Edgar dari dalam mobil. Ia begitu kesal pada Max yang seringkali membuatnya marah.
"Dia memang istrimu tapi dia sekretaris sekaligus temanku. Benarkan Louna ?" Max bahkan berani mengedipkan sebelah matanya pada Louna.
Edgar merasa jengkel pada Max. Ia memutuskan untuk turun dan menghampiri keduanya.
"Tuan Max, sudahlah. Jangan menggodanya lagi". Kata Louna pelan.
"Aku hanya ingin dia melampiaskan kemarahannya padaku seperti yang pernah kulakukan padanya". Balas Max.
Ia sungguh menyesal membenci Edgar tanpa alasan yang benar. Ia sudah mencari tau tentang wanita bernama Aline yang disukainya semasa kuliah di luar negeri.
Edgar tau jika Aline hanya akan menjadikan Max taruhan bersama teman-temannya. Jadi Edgar berusaha membuat Max tidak berhubungan lagi dengan Aline.
Tapi selayaknya orang yang sedang jatuh cinta, sangat sulit untuk menasehati mereka. Jadi Edgar memilih cara yang ekstrim dengan menjadikan Aline kekasihnya lebih dulu. Meskipun harus mengorbankan pertemanan mereka, setidaknya Max tidak akan terlalu terluka jika mengetahui Aline hanya memanfaatkan nya.
"Kau jangan dekat-dekat dengan Louna". Edgar menyingkirkan tangan Max yang bertengger di bahu Louna.
"Ed, jangan marah. Tuan Max hanya ingin mengatakan sesuatu padamu". Kata Louna
"Apa ?" Sungut Edgar.
"Tidak apa-apa. Tidak ada yang ingin kukatakan". Balas Max dengan sengit juga.
"Lou, jangan dekat-dekat dengannya". Edgar menarik tangan Louna.
"Ayolah, kalian berdua sudah tua. Sudah tidak pantas bermusuhan karena wanita seperti ini. Ed, Tuan Max ingin meminta maaf. Kau jangan sinis begitu". Kata Louna melerai pertengkaran dua pria dewasa itu.
"Minta maaf untuk apa ?" Edgar pura-pura tidak tau.
"Sudahlah, Lou. Suamimu memang sangat menjengkelkan. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi". Kata Max berbalik badan.
"Jika dia kasar padamu, kau bisa datang padaku. Aku selalu membuka hatiku untukmu". Kata Max dengan keras. Edgar ingin mengejar Max tapi Louna menarik tangannya.
"Sudah, Ed. Tuan Max hanya bercanda". Kata Louna.
"Dari tadi kau selalu membelanya". Edgar memasang wajah cemberut.
"Jangan begitu. Kau tidak cocok dengan wajah itu. Mirip Cheri jika tidak diberi susu". Mendengar ucapan Louna membuat Edgar tertawa. Bisa-bisanya Louna menyamakannya dengan Cheri.
"Yasudah pergi sana". Louna mengusir Edgar dan ia pun masuk ke dalam.
Louna mengetuk pintu ruangan Max. Ia berencana memberikan surat pengunduran dirinya secara langsung.
"Apa ini, Lou ? Kenapa kau ingin berhenti bekerja ?" Tanya Max sangat terkejut. Ia tidak menyangka jika Louna akan berhenti bekerja. Itu artinya ia tidak akan bisa bertemu dengan Louna lagi.
"Tuan, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Cheri. Dia sekarang semakin besar dan lucu. Aku tidak tega meninggalkannya terlalu lama". Kata Louna memberi alasan.
"Benarkah seperti itu ?" Tanya Max tidak yakin.
"Apa Edgar yang menyuruhmu ?" Sekali lagi Max bertanya.
"Tidak, Tuan. Edgar tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak membahas tentangmu sama sekali. Hanya cerita waktu itu yang kuceritakan padamu. Aku memang betul-betul ingin dirumah saja".
"Edgar menyuruhmu menghabiskan kekayaannya ?" Tanya Max.
"Wah, bagaimana kau tau, Tuan ?" Tanya Louna terkejut. Pasalnya ia tidak pernah bercerita apa-apa.
"Ya itu adalah cita-cita Edgar yang pernah diceritakannya pada kami. Ia ingin memiliki anak dan istri yang bisa membantunya untuk menghabiskan hartanya". Kata Max sambil membubuhkan tandatangan diatas surat yang diserahkan oleh Louna.
"Kapan kau mulai tidak bekerja ?"
"Secepatnya".
"Baiklah, besok kau sudah boleh bermain dengan Cheri sepuasnya. Apa aku boleh mengunjungi Cheri ?" Tanya Max.
"Tentu saja. Datanglah bila Edgar ada dirumah". Balas Louna.
dan asli yaa.. cerita ini isinya santai dan kocak 👍🏻😁😂
please Up terus yaaa.. sukkaaa bangettt 😘❤️❤️