Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Mereka semua menikmati kenangan mereka dengan indah. Ada saja yang mereka bahas.
"Wah, sudah jam 11.45 saja ya. Tidak terasa waktunya begitu cepat," ucap Mega dengan nada yang santai.
"Iya ya, jarang kali kita ngumpul kayak gini, cerita seperti ini," balas Resi dengan senyum.
"Hehe, mungkin dulunya kita terlalu sibuk masing-masing. Jadi momen kayak gini terasa indah dan cepat sekali," ucap Novi dengan tawa kecil.
"Iya ya, ternyata benar kebersamaan itu indah," ucap Senja dengan mata yang berbinar.
"Aku tidak sabar nunggu untuk besok. Apalagi kita foto bersama, makan bersama. Pasti asik dan menyenangkan sekali," ucap Susan dengan antusias.
"Iya, itu yang aku tunggu-tunggu. Apakah itu kenangan terakhir kita atau kenangan yang tak terlupakan," balas Novi dengan senyum.
"Iya, jadi hari besok, kita harus bahagia dan harus banyak foto-foto, ambil video, agar selalu ingat dengan kita, di mana pun kita berada nantinya," ucap Putri dengan gembira.
"Iya, apa saja yang terjadi besok kita tidak akan tahu. Semoga apa yang kita inginkan hari ini bisa terwujud semuanya. Tidak ada duka yang harus ada suka saja besok," ucap Novi dengan harapan.
"Aamiin, ya Allah," ucap mereka bersama dengan penuh harapan.
(Pada saat itu, suasana menjadi sedikit sedih)
"Palingan besok, ada sedih juga kayaknya, Nov. Ya seperti besok adalah terakhir kita ujian. Berarti tidak ada lagi momen belajar bersama. Tidak ada lagi yang terlambat datang akan dapat hukuman. Tidak ada lagi senda gurau dalam kelas. Semua sudah berubah. Setelah itu kita akan berpisah. Melanjutkan cita-cita kita masing-masing. Walaupun ada pertemuan nanti, atau disebut dengan istilah reuni, aku yakin bangat tidak semua akan bisa lagi kumpul," ucap Senja dengan nada yang sedih.
"Benar, Sen. Kamu betul sekali. Apalagi yang paling aku rindukan adalah. Kamu selalu singgah ke rumahku setiap pagi sebelum pergi sekolah. Ada saja cerita yang kita bahas dari A sampai Z. Setelah tamat nanti, kita tidak akan bisa lagi seperti ini. Kamu sudah sibuk, aku pun nanti tidak tahu terjadi apa pun denganku. Jarang bangat aku temukan teman setia kayak kamu, Sen. Apalagi momen yang asik juga adalah di saat aku jahilin Susan, sampai Susan sebal sama aku. Bilang Mega hebat tausiah. Terus bercanda dengan Putri, Resi, dan teman-teman lainnya. Semua tidak akan ada lagi untuk besok-besoknya," ucap Novi dengan nada yang penuh kerinduan.
(Semuanya menjadi sedih dan mengeluarkan air mata)
"Kamu ini, Nov, kenapa ngomong kayak itu?" tanya Susan dengan suara yang terguncang.
"Buat aku nangis saja. Kamu tarok bawang merah di sini ya," ucap Susan sambil menangis.
"Iya, Nov. Semua akan rindu momen-momen itu," ucap Mega sambil menangis juga.
"Kita aneh ya, dulu pengen bangat cepat tamat, agar bisa kuliah dan melanjutkan impian kita masing-masing. Tapi sekarang tidak rela bangat rasanya untuk berpisah," ucap Putri dengan suara yang lirih.
"Iya, kalian semua benar. Kok aku sedih bangat ya. Apa yang kalian katakan benar semua. Walaupun nanti ada reuni. Aku juga yakin kita tidak akan lagi bisa seperti ini. Tidak akan juga bisa hadir semuanya. Palingan yang hadir kisaran 10% sampai 30%," ucap Resi dengan nada yang sedih.
(Semuanya terus menangis dan meratapi perpisahan mereka)
"Apa aku tidak ada nanti, kamu akan seperti ini juga nangisnya, San?" tanya Novi dengan nada yang lembut.
"Ya jelas lah, Nov. Apalagi kalau kamu tidak ada kabar sama sekali. Aku Pasti sangat sedih dan merindukanmu terus," balas Susan dengan suara yang terguncang.
"Semoga kamu selalu ingat dengan aku, San. Walaupun aku tidak ada lagi di dunia ini," ucap Novi dengan nada yang penuh harapan.
"Kamu ini akan selalu ada di hatiku, Nov. Umurmu pasti panjang, aku yakin itu. Jadi jangan ngomong kamu akan pergi selamanya. Kita hanya bahas perpisahan sekolah," ucap Susan dengan nada yang sedikit sebal.
"Haha, itu saja kamu sudah sebal, San," balas Novi dengan senyum kecil.
Setelah beberapa saat menangis, mereka akhirnya berhenti dan hanya tersisa mata yang merah. Mereka mencoba untuk menenangkan diri mereka.
Mereka semua menikmati kenangan mereka dengan indah. Ada saja yang mereka bahas.
"Wah, sudah jam 11.45 saja ya. Tidak terasa waktunya begitu cepat," ucap Mega.
"Iya ya, jarang kali kita ngumpul kayak gini, cerita seperti ini," balas Resi.
"Hehe, mungkin dulunya kita terlalu sibuk masing-masing. Jadi momen kayak gini terasa indah dan cepat sekali," ucap Novi.
"Iya ya, ternyata benar kebersamaan itu indah," ucap Senja.
(Ada suara azan terdengar)
"Wah, sudah azan zuhur saja ya. Cepat sekali rasanya," ucap Putri.
"Hmm, kamu ini Put, emang sudah waktunya azan. Kita saja yang asik cerita jadi waktu begitu cepat," balas Resi.
"Hehe, iya ya," balas Putri.
"Hmm, kalau gitu ayok kita pulang lagi, nanti terlambat sholatnya," ajak Mega.
"Hehe, kalau aku lagi tidak sholat," ucap Susan.
"Kalau gitu aku dan Novi langsung pulang saja Ya teman-teman," ucap Senja.
"Ya udah, ayok kita langsung saja semua pulang," ucap Resi.
"Epssss, sebelum kita pulang, jangan lupa sampahnya harus dibersihkan dulu," ucap Senja.
"Tu Senja tidak akan lupa tentang sampah dan masalah kebersihan," ucap Putri.
"Nanti kalau kita lupa ambil sampah, Senja akan berkata. Kebersihan adalah sebagian dari iman," ucap Novi.
"Hehe, mereka tertawa bersama."
Senja hanya tersenyum saja pada teman-temannya. Karena teman-temannya pasti mengingat selalu kalimatnya.
Mereka semuanya berdiri dan membersihkan sampah mereka, lalu membuang ke tong sampah.
"Itu, San, tinggal sampahmu satu," ucap Novi yang menunjuk sampah di bawah kaki Susan.
"Ihh, kamu ni Nov, selalu saja nampak kurangnya aku," balas Susan yang pura-pura sebal.
"Hahaha, mereka tertawa bersama."
Setelah selesai, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing.
Sen, kamu singgah dulu yuk ke rumahku," ajak Novi yang telah sampai di rumahnya.
"Hehe, tidak usah sekarang, Nov. Besok-besok saja. Mau sholat dulu nanti terlambat sholat zuhurnya," balas Senja.
"Ok kalau gitu, aku masuk duluan ya, Sen," ucap Novi.
"Ya, Nov. Aku langsung saja pulang ya," ucap Senja.
Senja langsung pulang menuju rumahnya.
Di rumah Senja... "Assalamualaikum, Bu," ucap Senja.
"Waalaikumussalam, nak. Kok pulangnya telat, nak?" tanya Ibu.
"Hehe, tadi kami cerita-cerita dulu, Bu. Kan besok ujian terakhir. Jadi harus banyak membuat kenangan dengan teman-teman. Karena setelah tamat nanti, kami tidak tahu apakah akan bertemu lagi atau tidak," balas Senja.
"Oh begitu ya. Hmm, terus bagaimana keadaan Novi di sekolah?" tanya Ibu.
"Kok Ibu tahu Novi ke sekolah hari ini?" tanya balik Senja.
"Iya, tadi kan Ibu ke rumahnya Novi, mau lihat keadaannya. Ternyata kata ibunya, Novi tetap bersikeras mau sekolah, dan tidak mau pergi malam tadi ke dokter,"
"Oh gitu, Bu. Iya, Novi tadi dia ikut ujian. Awalnya dia pucat lo, Bu, wajahnya, ketika mau berangkat sekolah. Senja saja jadi khawatir. Tapi saat cerita-cerita sama teman-teman, Novi bahagia bangat, dan banyak bicara. Jadi Senja berfikir, kalau Novi memang sudah sembuh."
"Alhamdulillah kalau Novi sudah ceria, nak. Semoga Novi memang sudah sembuh, dan bisa melanjutkan cita-citanya."
"Aamiin," ucap Ibu dan Senja.
"Ya sudah, sekarang Senja ganti baju dulu ya, Bu, lalu sholat zuhur," ucap Senja langsung menuju kamarnya.
"Hmm, iya. Terus selesai sholat langsung makan ya, nak," balas Ibu.
"Hehe, ok, Ibuku tersayang," ucap Senja yang ajukan jempol tangannya.