AKU PELAKORNYA

"Kenapa tidak mendatangi ibu untuk melamar?". Pertanyaan yang keluar dari mulut ibunya membuat Nayla terbata untuk menjawabnya.

"Aku melarangnya Bu, karena kesehatan ibu masih kurang baik". Nayla mencoba mencari alasan logis

"Itu tidak bisa menjadi alasan, nayla. Kan bisa menunggu ibu untuk sembuh!". Kata Nayla

"Dan lagi, aku nggak enak, bu. Kita tidak mungkin menyambut tamu dirumah sakit!". ujar bohong Nayla.

"Ibu dia pria baik. Dia yang telah membiayai operasi dan semua pengobatan ibu" Raka mencoba membantu kakaknya untuk meyakinkan ibu mereka.

"Apa tidak bisa di tunda dulu?. Ibu ingin hadir di hari bahagiamu!" Tanya ibu mencoba bernegosiasi

"Sebenarnya pernikahan akan dilaksanakan setelah ibu keluar dari rumah sakit. Hanya saja karena orang tuanya sibuk dan akan berangkat keluar negeri beberapa hari lagi. Pernikahan nya terpaksa di majukan, Bu". Kata Nayla yang semakin pandai berbohong.

"Apa kau bahagia, Nayla?". Pertanyaan ibu arumi berikut nya membuat Nayla kesulitan bernafas.

"Nayla tidak akan menikah kalau tidak bahagia Bu"

"Baiklah. Ibu tau kalau kau sudah dewasa. Kau pasti sudah memikirkannya matang-matang. Ibu hanya ingin kau selalu bahagia". Doa dan harapan ibu membuat Nayla meneteskan air mata.

"Nayla pasti bahagia, bu". Guma

m Nayla "Walau dalam mimpi". Ucap Nayla dalam hati.

---

Suasana di kantor pusat Dimitri corp seperti biasa penuh aktivitas. Telepon berdering, suara sepatu karyawan menggema di lantai marmer dan aroma kopi baru terseduh memenuhi ruangan. Di balik pintu kaca buram tertuliskan CEO OFFICE, Alvaro duduk dengan jas hitam tapi, kemeja putih dan dasi biru tua yang kontras dengan wajahnya yang serius.

Di hadapannya bertumpuk berkas, kontrak, yang harus di tandatangani, dan laporan keuangan triliun. Alvaro menutup berkas, menghela nafas.

"Leo apa jadwalku siang ini?". Tanya Alvaro begitu melihat Leo masuk dengan membawa tablet di tangannya

"Tuan, siang ini anda ada pertemuan bisnis dengan klien dari jepang" jawab Leo sambil menyerahkan tablet yang berisikan jadwal Alvaro hari ini.

"Kosongkan jadwal ku siang ini" kata alvaro tiba-tiba.

Leo mendongak kaget "kosongkan, tuan? Klien jepang? Mereka sudah terbang jauh-jauh.."

"Bilang aku berhalangan, atau suruh mereka bertemu wakil direktur saja".

Leo menatap Alvaro dengan bingung. Jarang sekali Alvaro sekali Alvaro membatalkan agenda, apalagi dengan alasan pribadi.

"Aku harus kerumah sakit". Kata alvaro kemudian, suaranya berat tapi penuh keyakinan.

"Baik tuan". Jawab Leo.

Begitu mengetahui maksud dan tujuan dari tuan mudanya. Leo akhirnya dapat mengerti. Ia paling tau seperti apa tuannya ini, meskipun ia terlihat sangat dingin tapi itu penampilan luarnya saja. Ia tau tuan Alvaro menyimpan perasaan bersalah pada keluarga nona Nayla.

Ia yang menyeret Nayla kedalam permainan ini. Walaupun nona Nayla masuk dengan suka rela. Tapi tuan muda dan nyonya lah yang menyeret wanita lugu dan menyedihkan itu.

---

Lorong rumah sakit itu panjang dan sunyi. Bau antiseptik menusuk hidung, bercampur dengan suara alat monitor detak jantung dari kamar-kamar pasien. Alvaro berdiri didepan salah-satu pintu, tubuhnya tegang. Ia sudah seperti seorang pria yang ingin meminta pujaan hati pada keluarganya - mungkin.

Alvaro sangat mengetahui bahwa pernikahan nya dan Nayla bukanlah pernikahan pada umumnya. Ia menikahi nayla karena ingin membalas dendam pada Dina. Ia juga tau bahwa pernikahan ini, hanyalah permainan - nikah kontrak. Tapi, walaupun begitu Nayla tetaplah, anak gadis dalam keluarga nya.

Alvaro tidak mungkin menikahi nayla tanpa persetujuan keluarga gadis itu. Ia juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada keluarga Nayla. Itu sama saja merusak rencana nya. Mana ada sebuah keluarga yang ingin anaknya menikah lalu diceraikan begitu saja.