NovelToon NovelToon
PENJINAK SANG AROGAN

PENJINAK SANG AROGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pernikahan rahasia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: YuKa Fortuna

Kisah romantis seorang aktor yang arogan bersama sang asisten tomboynya.
Seringkali habiskan waktu bersama membuat keduanya saling menyembuhkan luka masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29. Meilin vs Allen

29

Suasana di lokasi syuting siang itu begitu sibuk. Kru lalu-lalang membawa peralatan, sementara aroma laut bercampur dengan panas matahari membuat semua orang tampak sedikit letih. Tapi di tengah kesibukan itu, satu sosok tampak melangkah penuh percaya diri, Meilin.

Ia mengenakan gaun kasual berwarna pastel, rambutnya disanggul rapi, dan di tangannya ia membawa sebuah bento besar berisi makanan khas oriental yang ia buat sendiri.

Begitu tiba di area tenda pemain utama, Meilin langsung melangkah ke arah Aldrich dengan senyum menawan yang sudah ia latih di depan cermin sejak pagi.

“Aldrich,” sapanya lembut, “aku tahu kamu belum sempat makan siang. Aku buatkan ini khusus untukmu. Menu rumahan Tiongkok, kesukaanmu, kan?”

Beberapa kru langsung melirik, sebagian menahan tawa kecil karena tahu bagaimana Meilin selalu berusaha mencari perhatian sang aktor.

Aldrich yang sedang duduk di kursi sutradara menatap bento itu sebentar, lalu tersenyum tipis. “Kamu repot-repot sekali, Meilin.”

“Gak repot,” jawab Meilin cepat, senyumnya melebar. “Aku cuma ingin kamu tetap sehat dan semangat. Kita kan masih punya banyak adegan berat.”

Aldrich menerima kotak itu… namun tak ada kilatan antusiasme di matanya. Ia hanya mengangguk sopan.

Lalu tanpa banyak pikir, ia menoleh ke arah Allen yang sedang membereskan dokumen jadwal di meja kecil dekat tenda.

“Allen,” panggil Aldrich santai.

Allen segera menoleh, “Iya, Mas?”

“Coba kamu cicip dulu. Aku lagi nggak selera makan berat,” katanya sambil membuka bento tersebut. Aroma ayam madu dan dumpling hangat langsung menyeruak.

Allen tampak kaget, bingung harus menolak atau menerima. “Lho, tapi, itu kan dari Kak Meilin…”

Aldrich malah menyendokkan sepotong kecil dengan sumpit dan tanpa berpikir panjang menyuapkan langsung ke mulut Allen.

“Sudah, makan aja. Kamu belum makan juga, kan?” katanya datar tapi hangat.

Semua yang berada di sekitar mereka spontan membeku sejenak.

Termasuk Meilin.

Gadis itu menatap pemandangan di depan matanya tak percaya. Tangannya yang tadi memegang tas kecil kini mengepal kuat, kuku-kukunya hampir menembus kulit.

"Dia… menyuapi asistennya? Di depan banyak orang?"

Allen sendiri jelas salah tingkah setengah mati. Ia tersedak sedikit karena terkejut. “M-Mas! aku bisa makan sendiri!”

Aldrich hanya menaikkan alis, seolah tidak melihat situasi yang makin canggung. “Kamu ini kenapa sih? Baru disuapin aja udah panik.”

Tawa kecil terdengar dari beberapa kru di sekitar, tapi Meilin tidak ikut tertawa.

Ia menatap tajam ke arah Allen, lalu berusaha menyembunyikan kekesalan dengan tersenyum kaku. “Sepertinya… asistenmu cukup spesial ya, Aldrich.”

Aldrich menatapnya tenang. “Spesial karena dia rajin dan tahu waktu. Itu aja.”

Nada suaranya datar, tapi ada sesuatu di baliknya, sebuah pengakuan samar yang membuat Meilin makin terbakar cemburu.

Setelah itu, Meilin pamit dengan alasan harus bersiap untuk adegan berikutnya, tapi wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan.

Ia berjalan pergi dengan langkah cepat, sementara Aldrich hanya menggeleng pelan, lalu kembali menatap Allen yang masih tampak gelagapan.

“Kamu ini, bisa-bisanya malu karena disuapin,” gumam Aldrich sambil menahan senyum.

Allen menunduk, pipinya memanas. “Aku… cuma kaget, Mas. Nggak nyangka…”

Aldrich memalingkan wajah, pura-pura sibuk menatap laut. Tapi bibirnya melengkung samar. “Lain kali kalo dikasih makanan lagi, biar kamu aja yang makan. Aku nggak begitu suka perhatian manis.”

Allen mendongak sedikit, tersenyum tipis. “Termasuk orangnya, Mas?”

Aldrich melirik sekilas dan menjawab singkat, “Fokus hidupku bukan kesana.”

Angin pantai berembus lembut, membawa aroma laut dan sedikit getar halus yang tak bisa dijelaskan.

Sementara Meilin, dari kejauhan, menatap pemandangan itu dari balik tenda, menggigit bibir dengan tatapan getir.

Untuk pertama kalinya, ia merasa kalah, bukan oleh aktris cantik lain, melainkan oleh seseorang yang bahkan ia belum ketahuo identitas aslinya.

**

Setelah semua orang bubar dari lokasi syuting malam itu, Aldrich masih duduk diam di kursinya, memandangi laut yang mulai berwarna jingga. Angin membawa sisa aroma garam dan debu kamera, tapi pikirannya entah melayang ke mana.

Ia mengingat lagi kejadian siang tadi, tentang bagaimana ia, tanpa banyak pikir, menyuapi Allen di depan semua orang.

Ia sebenarnya hanya ingin membuat Meilin berhenti berfantasi. Perempuan itu terlalu sering mencari celah untuk mendekatinya, dan Aldrich tidak suka hal semacam itu.

Namun, yang tidak ia sangka adalah efek sampingnya.

Sejak momen itu, bayangan wajah Allen terus muncul di benaknya.

Wajah itu, yang biasanya terlihat serius dan penuh tanggung jawab, tadi malah terlihat kikuk, bahkan sedikit memerah.

Reaksi yang… jujur saja, membuat dada Aldrich terasa aneh.

Ia mendesah panjang dan menunduk, menatap ujung sepatunya.

“Bodoh,” gumamnya pelan. “Itu cuma candaan. Cuma cara supaya Meilin berhenti, bukan yang lain.”

Tapi semakin ia mencoba meyakinkan diri, semakin pikirannya berkhianat.

Ia mulai teringat bagaimana mata Allen menatapnya, bukan dengan kagum seperti fans atau canggung seperti bawahan, tapi ada sesuatu di sana. Sesuatu yang sulit dijelaskan, tapi nyata.

Aldrich mengusap wajahnya kasar.

Ini konyol. Dia cuma asisten. Dan lagi... dia bukan perempuan biasa.

Namun, entah mengapa, kalimat itu justru terasa seperti pembenaran yang lemah.

Beberapa kru memanggil namanya, mengingatkan bahwa mereka akan melanjutkan pengambilan gambar untuk adegan terakhir hari itu.

Aldrich mengangguk, berdiri, lalu berjalan menuju set. Tapi bahkan ketika kamera mulai berputar, pikirannya tetap tidak fokus.

Sutradara berulang kali meminta pengulangan adegan karena ekspresinya tidak sesuai naskah.

Biasanya, Aldrich selalu sempurna dalam satu atau dua kali take, tapi kali ini… tidak.

“Cut! Mas Aldrich, coba lebih dalam lagi emosinya. Tokohmu seharusnya sedang menahan rindu, bukan bingung,” tegur sutradara.

Aldrich hanya mengangguk singkat. Ia tahu kesalahannya bukan karena kurang mendalami karakter, melainkan karena pikirannya sedang dihantui oleh sesuatu yang jauh lebih nyata daripada peran.

Di sela jeda syuting, Allen datang menghampiri dengan botol air.

“Mas, minum dulu. Tadi dari take pertama belum sempat minum.”

Aldrich menatap tangan Allen yang menyodorkan botol itu. Sekilas, hanya pemandangan sederhana, tapi di mata Aldrich, segalanya terasa berubah.

Ada sesuatu yang bergetar halus di dadanya, seperti ada tembok yang mulai retak pelan.

Ia menerima botol itu, namun tidak segera meminumnya.

“Allen,” panggilnya datar.

Allen menatap, “Ya, Mas?”

Aldrich sempat membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu, mungkin tentang kejadian siang tadi, atau tentang hal lain yang ia sendiri belum mengerti. Tapi lidahnya terasa kelu.

Ia malah berkata pendek, “Lain kali, jangan terlalu menunduk kalau bicara. Orang bisa salah paham.”

Allen tampak heran tapi mengangguk. “Baik, Mas.”

Ia lalu berbalik meninggalkan area syuting, dan Aldrich menatap punggung itu lama, lebih lama dari seharusnya.

Ketika akhirnya kamera kembali berputar, sutradara berteriak, “Action!”, Aldrich mencoba fokus lagi. Tapi kali ini, ekspresinya bukan lagi hasil akting.

Rasa rindu yang diminta dalam naskah itu, tanpa sadar, muncul alami, karena ia sedang benar-benar menahan sesuatu yang tidak semestinya ia rasakan.

.

YuKa/ 011125

1
🌻sunshine🌻
icikiwir ..sudah mau terbuka ya mas aldrick 🤣
🌻sunshine🌻
tuh kan 🤭
🌻sunshine🌻
mas jangan modus ya 😄
Ria Adek
17.34 wib.. Hadir.. 🕺💃🏻
Nana2 Aja: kutunggu di pertigaan mbk. depan warung bakso bang udin🤭🤭🤭
total 5 replies
Ria Adek
17.15 Wib.. Hadir telat.. 🤣
Ria Adek: 🎶Dekat kamu, aku hangat.. Dekat kamu, aku asyik.. Dekat kamu, aku jadi bergairaahh.. Hangat² asmara.. Asyik² bercinta.. Larut dalam buaian.. Asmaraa..🎶🎤💃🏻🕺
By. Reina Shakila.. ✨Dekat Kamu.. ✨
total 1 replies
🌻sunshine🌻
nyaman terus aman terus apa ya🤭
🌻sunshine🌻
jangan ragu mas 🤭
D.Nafis Union
hari ini hari yang syahdu
adanya adegan romantis mulu
sayangnya tak ada paksu
udah balik cari cuan dulu, 😭😭😭
🌻sunshine🌻
icikiwiir mas aldrick waferr
🌻sunshine🌻
wow 😱😱
🌻sunshine🌻
malu malu meong 🤭
Ratih Tyas
Dalam bahasa tubuh kalian tuh hati kalian sudah bertaut🤭
Jadi lanjut aja sandiwaranya jadi pelaminan🤣
Ria Adek: Mau mereka nikah sandiwara, jika syarat nya terpenuhi & ijab nya sah.. Artinya mereka tetap Sah secara agama & negara.. Yeeayy.. 💃🏻🕺
total 3 replies
Ratih Tyas
Jantung mu aman Len? 🤭
🌻sunshine🌻: deg degan 🤭
total 1 replies
Ratih Tyas
Bayangin kanjeng Romo orang bule tapi dandan pake beskap🤭
Nana2 Aja
14.59 WIB
Seiring berjalannya waktu, double A makin dekat. dan pasti akan mudah bagi mereka saling jatuh cinta krn pada dasarnya mereka berdua udah sama2 ada rasa🥰🥰🥰
Nana2 Aja: tetep sabar
total 4 replies
Ratih Tyas
Ternyata aq blum komen🤣
padahal dah baca sampe bab baru🤭
D.Nafis Union
yeyy yeyy yeyyy, malu-malu meong nih dua-duanya, masih pd ragu, mau gk yah, klo diajak seriusan, 😁
YuKa Fortuna: kyanya mau deh. tp gatau jg🤣
total 1 replies
🌻sunshine🌻
semakin dekat semakin baik 🤭
🌻sunshine🌻
calon ibu mertua yg perhatian ..🤭
🌻sunshine🌻
seret saja mereka ke KUA kanjeng Romo 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!