NovelToon NovelToon
Seharum Cinta Shanum

Seharum Cinta Shanum

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Shanum dan Wira Wiguna sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki seorang anak bernama Mariska namun kebahagiaan mereka harus diuji saat Niar, mertua Shanum yang sangat benci padanya meminta Wira menikah lagi dengan Aura Sumargo, wanita pilihannya. Niar mau Wira menikah lagi karena ingin memiliki cucu laki-laki yang dapat meneruskan bisnis keluarga Wiguna. Saat itulah Shanum bertemu Rivat, pria yang membuatnya jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama Tak Terduga

Di ruang keluarga mewah keluarga Wiguna, Aura duduk manis di samping Wira. Senyumnya terlukis sempurna, tangannya menggenggam tangan Wira dengan penuh sandiwara. Seperti biasa, Aura mencuci otak Wira dengan semua kepalsuan dan kebohongan. Ia menceritakan lagi dongeng tentang Paris dan rencana pernikahan yang tak pernah ada.

"Aku sangat bahagia, Wira. Akhirnya kita bisa bersama seperti ini lagi," bisik Aura, matanya menatap Wira lekat. "Setelah kau pulih, kita akan menikah dan memulai hidup baru. Aku janji, aku akan menjadi istri yang terbaik untukmu."

Wira hanya bisa mengangguk, kepalanya terasa kosong. Ia mencoba mencari-cari kenangan yang Aura ceritakan, namun yang ia temukan hanyalah kegelapan. Ia merasa bingung, tapi Aura dan keluarganya termasuk Niar selalu membuatnya yakin bahwa semua yang ia katakan adalah kebenaran.

Tepat saat itu, Niar dan Helmi baru saja tiba di rumah. Niar keluar dari mobil dengan wajah yang masih merah padam karena amarah, sementara Helmi menghela napas panjang, lelah dengan pertengkaran yang tak berkesudahan. Mereka berdua masuk ke dalam, dan Aura serta Wira menyambut mereka.

"Mama, Papa," sapa Aura, senyumnya tidak luntur. "Wira sudah merasa lebih baik."

Niar tidak memedulikan sapaan itu. Ia menatap Aura dan Wira sejenak, lalu langsung berderap menuju kamarnya. Amarahnya masih memuncak, ia tidak bisa mengendalikan diri. Helmi hanya bisa menggelengkan kepala, merasa putus asa.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar yang dibanting dengan keras. "Brak!" Suara itu mengagetkan seisi rumah. Aura menatap Wira dengan sedikit cemas, namun Wira hanya diam, tidak mengerti apa yang terjadi.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara-suara berisik dari dalam kamar Niar. Suara-suara benda yang jatuh dan pecah terdengar nyaring. Niar melempar semua barang yang ada di meja riasnya, menjatuhkan kotak perhiasan, botol parfum, dan benda-benda lain ke lantai. Ia terus berteriak, melampiaskan kekesalan dan amarahnya.

Puncaknya, Niar mengambil vas bunga porselen yang tadi ia lempar ke cermin, lalu melempar vas bunga ke kaca jendela kamar, membuat kaca itu pecah dan hancur berantakan. Suara gaduh itu membuat seluruh penghuni rumah ketakutan. Niar, yang terbaring di lantai, hanya bisa menangis histeris, menyalahkan takdir dan Shanum atas semua kekacauan yang ia alami.

****

Shanum duduk di samping ranjang Rivat, setia menemani. Sudah tiga hari sejak operasi, dan Rivat masih belum siuman. Jari-jemari Shanum tak henti-hentinya mengusap tangan Rivat yang terpasang selang infus. Ia terus berdoa dalam hati, berharap Rivat segera membuka mata. Di luar ruangan, Bu Roro dan Pak Pamuji bergantian menunggu. Mereka tahu, Rivat melakukan ini demi Shanum, dan mereka sangat berterima kasih.

Tiba-tiba, jari Rivat bergerak. Kelopak matanya berkedut, lalu perlahan terbuka. Shanum terkejut, air matanya langsung menetes.

"Mas... Mas Rivat?" panggil Shanum, suaranya parau.

Rivat mengerjap, menatap Shanum dengan pandangan yang masih lemah. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.

"Syukurlah... Ya Allah, terima kasih..." Shanum berderai air mata, rasa haru dan syukur membuncah di hatinya. Pria ini, yang hampir kehilangan nyawanya demi Shanum, akhirnya selamat.

Rivat mengangkat tangannya yang lemah, lalu menghapus air mata Shanum. Sentuhannya terasa lembut, dan Shanum merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, sebuah perasaan aneh yang sudah lama tidak ia rasakan. Degup jantung Shanum semakin cepat.

"Jangan menangis," bisik Rivat, suaranya masih serak. "Aku baik-baik saja."

Shanum menunduk, tidak berani menatap mata Rivat. Ada kebingungan di hatinya. Apakah rasa ini... rasa cinta? Monolog dalam hati Shanum dimulai: Ya Allah, tidak mungkin. Mas Rivat adalah penyelamatku, dia tulus menolongku. Aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Hati ini hanya untuk Mas Wira. Tapi... mengapa jantungku berdebar kencang setiap kali dia berada di dekatku? Apakah ini cinta? Apakah aku mulai jatuh cinta pada pria ini?

Shanum tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia merasa bersalah pada Wira, suaminya, yang kini bahkan tidak mengingatnya. Namun, kebaikan Rivat, pengorbanannya, dan sentuhan lembutnya telah menumbuhkan benih-benih perasaan baru yang tidak bisa ia kendalikan.

Di luar dugaan, Rivat adalah orang yang selalu ada untuknya, melindungi dan menyayanginya tanpa pamrih. Perasaannya terhadap Wira adalah sebuah kenangan, sementara perasaannya terhadap Rivat adalah kenyataan yang ia rasakan setiap hari. Perasaan itu bercampur aduk, membuatnya bingung. Shanum tahu, ia harus segera menentukan perasaannya sebelum segalanya menjadi lebih rumit.

"Mas Rivat... Terima kasih. Terima kasih sudah menyelamatkan saya," ucap Shanum, akhirnya menatap Rivat. Di matanya, Shanum melihat ketulusan yang sama, ketulusan yang membuatnya semakin goyah.

****

Enam bulan telah berlalu sejak Shanum melarikan diri ke desa. Kehidupan di sana terasa tenang, Rivat sudah pulih sepenuhnya, dan ia serta Mariska merasa aman. Namun, ada satu hal yang terus mengganjal di hati Shanum: status pernikahannya dengan Wira. Secara hukum, terhitung 6 bulan sampai saat ini ia dan Wira belum resmi bercerai. Hal ini membuat statusnya menjadi masih jadi istri Wira, meskipun Wira tak lagi mengenali siapa dia. Shanum tahu, untuk bisa benar-benar memulai hidup baru, ia harus menyelesaikan masalah ini.

Oleh karena itu, Shanum memberanikan diri datang ke Jakarta untuk mengurus surat cerai dengan Wira. Ia ingin bisa bebas dan tak terikat lagi secara negara dengan Wira, melepaskan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui. Dengan hati yang berdebar, Shanum pergi ke Pengadilan Agama, berharap dapat menyelesaikan semuanya secara baik-baik.

Saat ia sedang menunggu di lobi pengadilan, Wira dan Aura keluar dari sebuah ruangan, diikuti Niar dan Helmi. Niar, yang melihat Shanum di sana, langsung membelalakkan matanya. Amarahnya meledak seketika.

"Kau!" bentak Niar, suaranya melengking. Niar yang melihat Shanum lagi langsung kalap dan melangkah maju, siap menyerang. "Berani sekali kau muncul lagi di sini?! Kurang ajar!"

Shanum terkejut, ia mundur selangkah, namun sebelum Niar sempat mendekat, Helmi dengan sigap meraih pergelangan tangan Niar. "Niar! Hentikan! Kita di tempat umum!" bentak Helmi, suaranya penuh amarah.

Niar meronta, mencoba melepaskan diri. "Lepaskan aku, Helmi! Aku akan menghajar wanita ini!"

"Tidak!" Helmi menarik Niar dengan paksa, menjauhkannya dari Shanum. Helmi sudah muak dengan tingkah istrinya yang terus-menerus membuat onar. Dengan tangan yang kuat, Helmi menampar dan memakinya.

"Plak!" Suara tamparan itu nyaring, membuat semua orang di lobi menoleh. Niar terdiam, terkejut, ia tidak menyangka Helmi akan menamparnya di depan umum.

"Kau sudah gila, Niar?! Cukup! Kau sudah membuat hidup semua orang menderita!" bentak Helmi. "Aku sudah muak dengan kelakuanmu! Kau membuatku malu! Kau merusak hidup semua orang! Berhentilah!"

Niar hanya bisa menahan amarah dan tangis, menatap Helmi dengan tatapan tidak percaya. Wira, yang melihat semua itu, hanya bisa menatap bingung. Ia tidak tahu siapa wanita yang membuat Niar murka itu. Shanum, yang menyaksikan semua drama itu, hanya bisa menunduk, hatinya merasa hancur. Ia tidak ingin lagi terlibat dalam kehidupan mereka. Shanum hanya ingin bercerai, dan ia ingin mengakhiri semuanya di sana.

1
Rohmi Yatun
dari awal cerita kok wira sama Bpk nya tu gk pinter jdi laki2.. heran aja🤔
Hatus
Shanum yang sabar ya.. terkadang mendapat suami baik ada aja ujiannya, apalagi jika ujian itu dari mertua 🥹
Hatus
Padahal, senang itu di puji🤭
Hatus
Romantisnya 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!