Vira Sita, seorang gadis yatim piatu yang sederhana, dijodohkan dengan Vito Hartawan — pewaris kaya raya — sebagai amanat terakhir sang kakek. Tapi di balik pernikahan itu, tersimpan niat jahat: Vito hanya menginginkan warisan. Ia membenci Vira dan berpura-pura mencintainya. Saat Vira hamil, rencana keji dijalankan — pemerkosaan, pengkhianatan, hingga kematian. Tapi jiwa Vira tidak pergi selamanya. Ia bangkit dalam tubuh seorang gadis muda bernama Raisa, pewaris keluarga Molan yang kaya raya, setelah koma selama satu tahun. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Vira kini hidup kembali. Dengan wajah baru, kekuatan baru, dan keberanian yang tak tergoyahkan, ia bersumpah akan membalas dendam… satu per satu… tanpa ada yang tahu siapa dirinya sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Udara Jakarta menyambut Raisa dengan lembap dan sesak, namun justru itulah yang ia rindukan. Setelah sekian lama berada di Milan, hidup di tengah gemerlap dunia mode dan perasaan yang rumit terhadap Reinald, Raisa akhirnya memutuskan pulang. Bukan karena menyerah, tapi karena ingin kembali ke akar—tempat semua dimulai, bersama orang-orang yang paling mencintainya.
Seorang sopir keluarga menjemputnya di bandara. “Selamat datang kembali, Nona Raisa,” ucapnya.
Raisa mengangguk. “Terima kasih, Pak Andi.”
Mobil melaju meninggalkan bandara, menuju kawasan elit tempat rumah keluarga Molan berdiri megah sejak puluhan tahun silam. Ayah Raisa, Darmawan Molan, adalah pengusaha sukses di bidang properti dan logistik. Ibu Raisa, Bu Santi, dikenal sebagai filantropis dan pendiri yayasan seni budaya. Raisa adalah anak bungsu dari lima bersaudara, dan satu-satunya perempuan.
---
Sambutan Keluarga
Begitu mobil berhenti di halaman rumah besar bercat putih itu, keempat kakaknya langsung menyambut.
Jordan, sang sulung yang kini menjadi CEO salah satu grup bisnis keluarga, langsung menarik Raisa dalam pelukan.
Gavin, dokter spesialis jantung yang lembut, merangkul bahunya sambil mengecek wajah Raisa.
Reno, polisi dengan pembawaan tegas tapi protektif, menepuk kepala Raisa.
Dan Rey, si bungsu dari para lelaki, atlet nasional sekaligus bintang film muda, berseru, “Akhirnya, putri Molan kita pulang juga!”
Tangis Raisa pecah dalam pelukan Ibu dan Ayahnya.
“Maaf baru pulang,” bisiknya.
“Tak perlu minta maaf. Kamu sudah keliling dunia. Sekarang waktunya bangun sesuatu di sini,” jawab sang papa, menepuk pundaknya bangga.
---
Studio Akar
Tak lama setelah kembali, Raisa menyampaikan niatnya pada keluarga: ia ingin membangun sebuah studio komunitas bagi desainer muda lokal yang kesulitan mengakses pendidikan formal dan dunia internasional.
“Aku ingin mendirikan Studio Akar,” katanya saat makan malam. “Tempat semua orang yang punya mimpi desain bisa belajar dan berkembang, apa pun latar belakangnya.”
papanya menyambut dengan serius. “Kamu pakai lahan ruko di Kemang itu saja, nanti kami bantu perizinannya.”
“Kita bantu dari sisi kesehatan dan pelatihan mental juga, biar anak-anak itu kuat,” tambah Gavin.
“Dan keamanan. Kalau butuh perlindungan hukum atau kerjasama dengan kepolisian, bilang ke aku,” kata Reno.
“Biar aku bantu promosi dan campaign media sosialnya,” timpal Rey.
Raisa terharu. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar didukung, bukan karena ia anak bungsu, tapi karena mimpinya dihargai.
---
Sesekali Reinald masih menghubungi. Ia bahkan pernah mengirim video fashion show milik Raisa di Milan yang diputar ulang di galeri internasional, seolah mengingatkan bahwa Raisa tetap punya tempat di dunia itu.
Tapi Raisa tidak membalas.
Ia menyibukkan diri dengan Studio Akar, menyusun kurikulum, menjalin kerja sama, dan menyapa satu per satu peserta didik.
Dari remaja dengan latar belakang ekonomi sulit, sampai ibu rumah tangga yang belajar menjahit demi anak-anaknya.
Suatu malam, setelah selesai kelas, Raisa duduk di lantai studio sambil menatap dinding yang penuh coretan ide desain para peserta. Ia menarik napas dalam.
“Mungkin aku dan Reinald cuma dua garis sejajar. Indah saat berdekatan, tapi tak pernah bertemu.”
---
Di halaman belakang rumah keluarga Molan, Raisa dan mamanya duduk sambil minum teh.
“ma, aku belum sepenuhnya bisa lupa Reinald. Tapi aku nggak sedih. Aku tahu aku lagi menyembuhkan diri,” ujar Raisa.
mamanya tersenyum hangat. “Mungkin bukan tentang melupakan, tapi berdamai. Dan kamu sedang menuju ke sana.”
Raisa menatap langit Jakarta yang mulai kelabu.n
Ia tahu… ini baru permulaan.
Bersambung
krain raisa bkln jdoh sm reinald,scra ky ccok gt....tp trnyta ga....mngkn kli ni bnrn jdohnya raisa,scra kluarganya udh tau spa dia....
spa tu????clon pawangnya raisa kah????
wlau bgaimna pun,dia pst lbh ska tnggal d negri sndri....dkt dgn kluarga,dn bs mmbntu orng lain....kl mslh jdoh mh,srahkn sm yg d ats aja y.....
Smbgtttt.....
Hufftt....
jadi, berjuanglah walaupun dunia tidak memihakmu, macam thor, klw ada yg ingin menjatuhkan mu maka perlihatkan dengan karya mu yg lebih baik, semangaaaat thor/Determined//Determined/
ttp smngt...😘😘😘
aku udh mmpir lg,smpe ngebut bcanya....he....he....
smngttt.....😘😘😘