Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SETAN MAH GITU
Citra menghampiri Yokan yang sedang duduk di pinggir lapangan dengan tubuh memanas bermandikan keringat. Baru saja kelasnya tanding futsal melawan kelas lain. Skill yang sama-sama kuat membuatnya kewalahan, meski yang menang tetap Yokan dan teman-temannya.
"Yokan," panggil Citra.
Yokan menoleh. Senyumannya terbentuk lebar begitu melihat sosok Citra yang ada di dekatnya.
"Eh, Citra. Duduk, Cit. Bersih kok," ujar Yokan menepuk bagian kursi di sampingnya.
Citra pun duduk di sana dengan lembut. Sudah karakternya seperti itu. Citra memang terkenal dengan sikap lemah lembut juga penyabar. Tak heran banyak cowok yang menyukainya. Termasuk Yokan sendiri yang terkenal badung dan urakan.
"Tumben nyari gue. Ada apa?"
Citra menyodorkan novel yang sempat ia pinjam dari Yokan. "Ini novel adik kamu yang aku pinjam. Makasih, ya. Novelnya seru."
"Oh, sama-sama," sahut Yokan mengambil alih novel itu. Yokan heran mengapa Citra tak langsung pergi. Tapi, harusnya ia senang bukan? 'Kok gue nggak excited kayak dulu, ya. Harusnya gue manfaatin nih moment buat narik perhatian Citra. Kok gue jadi klemer gini sih.' batinnya.
"Oh iya, Yokan. Aku boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?"
"Boleh dong. Masa nggak boleh sih. Tanya aja. Apapun itu gue pasti bakal jawab pertanyaan lo. Jadi, mau tanya apa nih?" tanya Yokan tersenyum manis menatap cewek di sampingnya.
"Eummm ... kamu sama Felya ... ada hubungan?"
Yokan cukup terkejut mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan Citra sungguh berada di luar nalarnya. Mengapa Citra tiba-tiba bertanya seperti itu? Yokan tersenyum canggung sambil geleng-geleng.
"Ya enggaklah. Gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa. Tapi ... emang kenapa lo jadi tanya gitu tiba-tiba sama gue? Lo cemburu?"
Citra sontak membulatkan matanya sambil menggeleng cepat. "Enggak! Enggak kok, Yok. A-aku cuma mau tau aja. Y-ya kamu tahu kan kalau Felya itu saudari tiri aku? Jadi aku tahu banyak soal dia. Kali aja kamu suka Felya. Aku mau kok kasih informasi ke kamu tentang Felya. Beneran!"
Yokan malah tertawa mendengar kesungguhan dari Citra. Ia tak menduga momen aneh ini. Yokan yang mengincar Citra, malah Yokan yang akan dijodohkan Citra dengan Felya. Bagaimana konsepnya?
"Jadi maksud lo ... lo mikir gue suka sama Felya? Gitu?"
Citra mengangguk polos. "Emang iya, kan? S-salah, ya?"
Yokan menepuk jidatnya sambil tertawa konyol. Ia menggelengkan kepalanya sambil menatap Citra heran. "Citra, lo tuh nggak paham ya sama sikap gue dari dulu sampai sekarang ke elo? Gue sukanya sama elo. Bukan Felya. Kok lo sok nggak sadar gitu sih?"
Citra terkejut mendengarnya. Cewek itu gelagapan sendiri mendengar begitu jujurnya Yokan padanya. Langsung di hadapannya!
"A-aku pikir udah enggak. Kan kamu sekarang lebih sering sama Felya. L-lagian kan Felya cantik sekarang. Dia juga cocok sama kamu."
"Gue cocok sama Felya atau lo yang nggak mau sama gue? Lo mau jodohin gue sama Felya supaya lo sama Sendrio nggak ada yang ganggu?" tebak Yokan tersenyum miring.
Citra makin gugup. Ia langsung beranjak dari hadapan Yokan. Namun, langkahnya terhenti begitu Yokan kembali bicara.
"Kalau lo emang maunya gitu. Oke. Anggap aja gue sekarang suka sama Felya. Tapi dengan ngelepas gue, maka lo bakal rugi. Rugi besar! Sebab apa? Sendrio bakal jatuh ke tangan Felya," cetus Yokan.
Citra menoleh pada Yokan dengan tatapan cemas. Ia makin merinding melihat seringai yang muncul di bibir Yokan. Citra lupa jikalau Yokan adalah raja antagonis di sekolahnya. Apa yang harus ia lakukan? Apakah yang dikatakan oleh Yokan adalah kebenaran? Sebelum terjadi sesuatu yang tak ia inginkan, Citra langsung pergi dari hadapan Yokan.
Tanpa merasa sadari, Felya menyaksikan semuanya dari atas koridor. Begitu Citra pergi, barulah Felya turun dari tempatnya berpijak menuju kursi panjang di pinggir lapangan yang diduduki oleh Yokan.
"Heh setan! Lo ngomong apa tadi ke Felya?"
Yokan terkekeh mendengar umpatan itu. "Lu nggak usah ikut campur, iblis!"
"Kok omongan lo kek cewek sih."
"Kok omongan lo kek cowok sih," balas Yokan.
Felya duduk di samping Yokan. Tentunya dengan jarak yang lumayan agar tak memicu salah paham.
"Eh, Yokan. Lo masih ingat kesepakatan kita, kan? Gue bantuin lo deketin Citra dan lo bantuin gue deketin Sendrio! Masa lo ngomong kayak gitu sih ke Citra. Ya dia ilfeel dong sama lo. Terus misi kita gimana?!" omel Felya sambil bersedekap kesal.
"Ya berarti misinya udahan. Lo denger sendiri kan tadi Citra ngomong apa? Dia jelas-jelas mau ngejodohin gue sama lo. Itu berarti dia nggak tertarik sama sekali sama gue. Terus gue bakal mohon-mohon gitu supaya dia suka sama gue?" sahut Yokan.
"Ya itulah lo. Pantes kan dikatain setan. Sombong banget nggak mau mohon sama cewek yang lo suka. Gapapa kali ngejar cewek yang disuka. Gue aja ngejar cowok yang gue suka. Gelarnya aja antagonis, tapi mental lo cetek!" cerca Felya.
Yokan tak sabar lagi. Ia menatap tajam Felya dengan tangan mencengkram sandaran kursi. Sontak saja membuat Felya membulatkan matanya terkejut.
'Gila. Nih cowok kenapa? Kesambet apa gimana sih main natap gue pakek tatapan macan tutul kek gini.' batin Felya teramat gugup.
"Denger nih baik-baik. Nggak ada satupun orang yang berhak perintah gue atau membuat gue tunduk! Gue nggak mau ngejar siapapun. Atas kemauan gue sendiri atau disuruh sama orang. Apalagi yang nyuruh elo. Gue nggak sudi nurutin!" ketus Yokan.
Felya langsung mendorong tubuh cowok itu hingga Yokan hendak terjungkal. Namun, cowok itu tetap berusaha cool karena banyak yang menonton mereka dari kejauhan. Walau mulutnya mengumpat pelan.
"Jangan pikir gue takut sama lo! Apa tadi lo bilang? Lo nggak mungkin tunduk sama siapapun? Yakin? Eh, Yokan. Lo belum aja lagi ngerasain cinta yang tulus ke satu cewek! Rupanya lo ke Citra itu bukan cinta karena hati rupanya. Pasti karena lo nggak mau kalah sama Sendrio, kan? Lo ngerasa harga diri lo ternodai kalau kalah sama Sendrio untuk mendapatkan primadona sekolah yaitu Citra. Tapi sorry, gelar primadona atau ratu sekolah sekarang sudah ada di genggaman gue. So, yakin lo nggak mau persiapan diri buat pelet gue?"
Felya melenggang penuh percaya diri meninggalkan Yokan yang terdiam di tempat duduknya. Hatinya memberontak panas begitu diberikan kata-kata penghinaan itu. Namun, mengapa ia berdebar sekarang? Yokan panik sendiri, ia kembali mengingat momen ketika Felya berbicara tepat di depan wajahnya. Ya, dari situlah degup jantungnya yang cepat berasal.
"Nggak mungkin," lirih Yokan.